[47]Winner

393 62 0
                                    

Ohayou minna!!
Happy reading!!

◌●●

"Mana sih??"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Mana sih??"

Eris tak henti-henti mengedarkan pandangannya ke segala penjuru bangku penonton saat pertandingan tengah berlansung. Matanya mencari keberadaan Luna yang masih belum hadir dibangku penonton.

Yang pasti sekarang Eris sangat menanti kehadiran gadis itu, ia ingin memperlihatkan sehebat apa ia dalam bermain bola voli di pertandingan yang sesungguhnya. Tunggu saja Luna.

"ERIS AWASSSS!!!!"

Bug!

Suara hantaman bola Voli terdengar saat ia menolehkan kepala dan sebuah bola Voli datang mengenai wajah mulus dan tampannya. Semua penonton terdiam, termasuk rekan dan lawan timnya.

Panas, perih, dan menyakitkan.

Eris mengerjapkan matanya berulang kali karena pandangannya mulai kabur akibat serangan bola voli itu mendarat tepat mengenai matanya. Rekan timnya lansung menghampirinya, memeriksa keadaan Eris.

"Lo gapapa?" tanyanya menundukkan kepala, melihat Eris dari bawah.

Eris mengangguk sambil menetralkan rasa sakit diwajahnya yang kian terasa. Ia berdecak, dasar ceroboh. Harusnya Eris memfokuskan diri ditengah pertandingan yang sengit, tapi pikirannya terus tertuju pada Luna. Mencarinya.

"Udah gue gak apa-apa," ucapnya menepuk bahu rekannya tadi, semuanya mengangguk dan kembali ke posisi masing-masing.

Eris menggelengkan kepalanya, kepalanya pusing tapi masih bisa ia tahan. Sesekali ia melirikan matanya kearah pintu bangku penonton, ayolah ia harus fokus pada pertandingan ini.

Bahkan pertandingan belum lama digelar tapi ia sudah membuat kesalahan.

"Lo kenapa sih bang?" gumam Gavin disebelahnya saat melambungkan bola yang harusnya menuju Eris.

Gavin juga turun ke pertandingan, jangan remehkan permainannya dan strategi yang ia miliki. Karena kemampuannya, Eris mau tak mau harus bekerja sama dengannya. Ingat, ia masih dendam dengan perbuatan yang dilakukan Gavin dan Olivia waktu itu.

Melukai gadisnya. Miliknya.

Eris mengangkat sebelah tangan kearah pelatihnya yang hendak menggantinya, ia menggelengkan kepala, mengisyaratkan bahwa ia baik-baik saja.

Matanya melirik papan score, menunjukkan 11-13. Team lawan memimpin. Ia menundukkan badan, lutunya ia tekuk dan matanya menyiratkan tatapan tajam.

Kosan Kanjeng MamihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang