Hilau!
Happy reading!◌●●◌
"Ayo keluarkan aura konglomerat mu, mommy!"
"Oke, hold on baby."
Hanna dengan anggun merogoh tas yang ia simpan dan mengeluarkan sebuah kacamata hitam lalu memakainya dengan anggun dan mempesona, membuat Luna bertepuk tangan riang.
"Udah semua? Mau beli apa lagi?" Tanyanya menarik sedikit kacamata yang bertengger dihidungnya, memperlihatkan sudut matanya yang mengatakan bahwa ia akan membayar apapun yang Luna dan Rara sentuh.
"Gue mau Kinder Joy 20 biji!" seru Luna tanpa mematikan api semangatnya yahh semakin berkobar itu.
"Bangkrut gue, jangan itu."
Luna berjalan ketempat dimana es krim dan kawan-kawannya berada, mengambil satu kotak besar es krim. "Ini, ini. Es krim Viennetta."
Hanna mengangguk dan memberi isyarat untuk menyimpannya kedalam troli belanjaan yang sudah menumpuk.
"Alhamdulillah si Hanna cuman tau harga Kinder Joy berapaan satunya." gumam Luna lega dan memasukannya kedalam troli.
Hanna melirik Rara yang memandang dua sejoli itu dengan pandangan yang sulit dijelaskan.
"Lo mau apa lagi, Ra?"
Rara tersentak dan menolehkan kepalanya, "Aaaa kayanya saya cukup."
"Bener? Mau susu?" tawar Hanna.
"Udah beli satu."
"Cola?"
Rara menggeleng dan kembali mendorong trolinya mengikuti Luna yang tak bisa diam menyusuri berbagai rak cemilan.
"Saya gak suka cola."
"Sukanya apa dong?"
"Kamu."
Rara dan Hanna berbalik bersamaan ke belakang saat mendengar suara Lano yang muncul ditengah antara mereka berdua, dengan kesal Hanna melayangkan kacamatanya kepada Lano.
Bug!
Bug!
Bug!
"Ngapain kesini?" kesal Hanna memakaikan kembali kacamatanya.
"Ini kan tempat umum yang, bebas dong aku mau kesini sekeluarga besar juga."
Helaan nafas berat keluar dari mulut Hanna, "Oke, kamu kesini sama siapa?"
Lano menggerakkan matanya, bergerak ke arah depan dimana Eris sedang melakukan tugasnya. Mengganggu Luna.
"Hai pendek." ucap lelaki itu mengambil makanan ringan yang Luna ambil dengan susah payah di rak paling atas.
Luna menoleh, "Hai jangkung, makasih." Ucapnya lalu melewati Eris begitu saja. Padahal niat Eris itu ingin mengejutkan Luna, tapi sepertinya gagal.
Eris bukannya merasa kesal, ia malah semakin menyungging kan senyumannya dan mengejar sang kekasih berjalan beriringan. Kadang Luna merasa rindu dengan Eris yang selalu menebar garam dan kebencian padanya, sekarang Eris bagaikan monyet yang tak mau pisah dengan induknya.
Didepan ada Luna dan Eris, dibelakang ada Lano dengan Hanna. Lalu Rara...
"Ngapain saya kesini?" gumamnya menyesal sambil terus mendorong trolinya, di kepalanya hanya terlintas keinginan untuk segera pulang.
"Akhhh!"
Rara tersadar dari lamunannya dan memberhentikan troli yang ia dorong, wajahnya mendongak melihat siapa yang ia tabrak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kosan Kanjeng Mamih
Teen FictionSetelah Lulus SMA dan tinggal di rumah kakek neneknya di Bekasi. Lunaya Qirla Morinta memutuskan untuk kembali ke Bandung, kerumah kedua orang tuanya dan berencana kuliah diuniversitas dekat rumah orang tuanya. Luna tau betul jika orang tuanya mempu...