Hai hai!
Happy reading!!◌●●◌
"Woy."
Hanna menolehkan kepala saat merasakan sesuatu yang menoel pipinya, ia terdiam. Mengucek matanya dua kali, dan mengedipkan matanya beberapa kali.
"Siapa? Apa gara-gara mantengin laptop dari kemaren malem, gue jadi liat Luna didepan gue?" gumamnya diakhir bingung mengucek matanya kembali.
Pletak!
"Ini gue bego." ujar Luna malas dan mendaratkan pantatnya disebelah Hanna yang mengaduh kesakitan.
"Uhh...sakit..." gumamnya menggosok jidatnya kencang, kelopak mata sebelah kirinya terbuka melirik Luna yang membuka tasnya.
"Lah? Beneran?"
Luna mendengus kesal dan memilih untuk tidak menjawab ucapan Hanna.
"AKHIRNYAAAAAA UDAH BALIK KULIAH JUGA SAHABAT GUE!!!"
Pluk!
"Akhhh!"
Luna meringis pelan saat kakinya yang baru beberapa hari yang lalu dinyatakan sembuh itu lansung dibuat menahan tubuhnya yang hampir terdorong kesamping karena serangan pelukan Hanna yang tiba-tiba.
"Huhuhu tau ga? Betapa gue tersiksanya gak ada temen gibah?" tanya Hanna dengan isakkan yang dibuat-buat.
"Kan ada Lano,"
"Bedaaaa! Si Lano mah kalo gibah ujung-ujungnya ngejulid sampe nyindir-nyindir orangnya, parah banget abang lo."
"Anak orang jadi kena mental." lanjutnya disertai gelengan kepala mengingat bagaimana Lano menyindir seseorang yang Hanna gibahkan terlebih dahulu, karena sikapnya yang centil dan caper, membuat satu kelas terkadang merasa risih.
"Masa sih? Gibahin siapa emangnya?" tanya Luna mengambil binder catatan milik Hanna tanpa persetujuan pemiliknya, toh pemiliknya saja tidak peduli.
"Itu tuh..." tunjuk Hanna menggunakan dagu,
Luna memutar matanya mengikuti arah tunjuk Hanna, seorang gadis berpakaian sweter hijau crop hingga memperlihatkan pusarnya, rok kotak-kotak berwarna senada dengan sweternya.
Jangan lupakan rambutnya yang dikuncir dua sedang tertawa riang---oh tunggu,matanya malah beralih melihat objek yang lebih menarik perhatiannya, ujung bibirnya terangkat.
"Ganteng," gumam Luna.
Hanna membulatkan matanya, "Ganteng? Itu cewek, lo liat kemana sih--"
"Heh,"
Luna tersadar dengan apa yang dilihatnya secara intens sejak tadi dan berdehem pelan, sedangkan Hanna memandang Luna malas saat tau apa yang dipandang dan diucapnya tertuju pada sebuah objek.
Eris.
"Kaki Luna cedera lagi, berarti salah lo." ujar Eris melirikkan matanya ke kaki Luna yang berbalut sepatu tali berwarna biru langit.
Hanna tersentak dan berganti merangkul Luna. Membiarkan Luna bersender padanya, "Hih, galak banget baby sitter nya si Luna--aw!"
Luna mencubit lengan Hanna yang melingkar dibahunya kencang, Hanna meringis dan mengelus lengannya pelan.
"Ngapain lo kesini bang?" tanya Luna menaikkan alisnya, Eris tersentak dan terlihat tidak nyaman membuat alis Luna semakin terangkat.
"Emmm gabut?" balas Eris membenarkan kacamata yang terpasang dipangkal hidungnya ketika suaranya terdengar gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kosan Kanjeng Mamih
Teen FictionSetelah Lulus SMA dan tinggal di rumah kakek neneknya di Bekasi. Lunaya Qirla Morinta memutuskan untuk kembali ke Bandung, kerumah kedua orang tuanya dan berencana kuliah diuniversitas dekat rumah orang tuanya. Luna tau betul jika orang tuanya mempu...