[49]New Day, New Realitionship

444 66 3
                                    

"Mamih, Luna masih diatas?"

Wanita paruh baya itu terkejut, dan menolehkan kepalanya pada Eris. Senyuman simpul tercipta di wajah keriputnya, tentu saja mamih Luna sudah tau dengan hubungan Eris dan Luna.

Mamih Luna menganggukkan kepala, "Iya, bangunin aja sekalian."

Mendengar lampu hijau dari mulut mamih Luna, Eris terkekeh lansung melangkahkan kakinya ke lantai dua dengan perasaan riang, dimana kamar gadisnya berada. Eris membuka knop pintu kayu berwarna coklat itu.

Pintu terbuka, menampilkan suasana kamar bernuansa putih tapi tidak terlihat polos dan membosankan. Netra hitamnya mengarah pada gundukkan selimut berwarna biru langit.

Eris berjalan pelan, nyaris tak terdengar suara langkahnya. Kini, Eris berada didepan Luna yang masih memejamkan matanya damai.

Ia menurunkan badannya, berjongkok, hingga wajahnya sejajar dihadapan wajah Luna.

"Lun..."

"Hm?"

Luna mengerjapkan matanya berulangkali saat tirai kamarnya terbuka, sinar matahari pagi berlomba-lomba untuk memasuki dan menghangatkan kamar Luna.

"Bang."

"Apa?"

"Gue mimpi," Luna mendudukan dirinya, matanya kembali terpejam. "Kalo gue jadian sama lo bang, terus pas malemnya kita telponan sampe tengah malem. Gelay kan?" kekehan Luna terdengar diakhir kalimat.

"Mana lo dimimpi itu nyuruh gue gak kunci pintu kamar soalnya lo bilang mau bangunin gue, yaudah gak gue kunci pintu kamarnya. Tapi kok lo beneran ada disini?"

Pletak!

"Aw! Apasih?" tanya Luna kesal memegang dahinya.

"Bukan mimpi."

"Ha?"

"Bukan mimpi." ulang Eris.

Psssshhh

Seketika wajah Luna berubah menjadi merah padam seperti tomat busuk, apa maksudnya? Otaknya kembali bekerja, mengingat semua apa yang terjadi semalam.


Ingatan kemarin saat ia menonton pertandingan voli team Eris, dan team Eris memenangkan pertandingan. Se... Setelah itu... Eris menariknya keluar dari gedung, tiba-tiba menyatakan cintanya lewat taruhan yang ingin pria itu ubah dan entah bagaimana caranya, keduanya mengungkapkan perasaannya masing-masing. Malamnya mereka berdua melakukan video call layaknya pasangan kekasih semalaman hingga Luna nyaris tertidur meninggalkan Eris.

"Jadi itu bukan mimpi? Anjir gue punya pacar..." gumamnya tak percaya, jari jemarinya meremas kencang rambut hitam miliknya. Rasa malu dan senang memenuhi dadanya.

Eris hanya tersenyum simpul, lihatlah gadis yang kini menjadi kekasihnya. Begitu menggemaskan, rasanya ia ingin memakan pipinya. Tangannya terulur, menangkap tangan Luna yang masih setia meremas rambutnya.

"Jangan ditarik, lo mau botak?"

Luna mendongakkan kepalanya, "Bang, asli bukan mimpi?"

Eris menggeleng, "Bukan."

Kosan Kanjeng MamihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang