BAB 5

1.8K 159 0
                                    

JANGAN LUPA KLIK VOTE.

Merasa terhipnotis dengan sikap gentlenya adit. Indira yang awalnya tidak mau di antar pulang oleh adit, kini sudah duduk manis di mobilnya adit.

Indira mengulum senyumnya terkadang sedikit melirik ke arah adit yang sedang fokus mengendarai mobil.

"Please jantung jangan deg-degan dong.. kalo kedengeran mas adit gimana.." gumam indira di dalam hatinya.

"Raaa" ujar adit tiba-tiba..

"Ehhh.. iya kenapa mas?" Jawab indira yang kaget.

"Gimana kalo kita makan malam dulu.. mas yang traktir.. gimana?" Tanya adit.

"Emm boleh ceh mas.. tapi aku yang traktir yaa.. kan tadi mas uda yang bayarin tiket nonton.. jadi gantian aku yang bayarin makan.. oke?" Ujar indira.

"Emmmm... okeee.. tapi mas yang pilihin tempatnya ya.." pinta adit.

"Okeee" jawab indira sambil senyum..

Indira hanya mengikuti permintaan adit hingga ia tanpa sadar kini ia duduk di sebuah kursi restaurant yang harganya cukup lumayan menguras kantongnya jika makan disana untuk dua orang.

"Beneran mas kita makan disini?" Tanya indira bisik-bisik.

"Iya beneran.. kenapa kamu gak suka makanan disini ra?" Ujar mas adit yang juga bisik-bisik.

"Bukan gitu mas.. tapi kan denger-denger makanan disini ga terlalu enak.. beneran deh mas.. aku kan biasa kerja di restaurant.." ujar indira meyakinkan adit.

"Kamu tenang dong ra.. kalo soal rasa mas berani jamin.. disini gak kalah enak dengan restaurant di tempat kamu bekerja.." balas adit.

"Tapi kan mas.."

"Uda percaya aja sama mas.. mas berani jamin.. soalnya mas sering makan disini loh ra.. percaya deh.." ujar adit sambil senyum.

"Iya deh mas.. aku percaya.." jawab indira sambil meringis membayangkan uangnya akan cukup atau tidak untuk membayar makanan di restaurant seperti ini.
Ia fikir jika mengatakan makanan disini tidak enak, maka adit akan mengajaknya pergi namun ternyata adit malah sering makan di restaurant itu.

Indira berfikir adit akan mengajaknya makan di sebuah cafe biasa. Namun ternyata adit malah mengajaknya makan di restaurant mewah seperti ini.
Karena ia memang bekerha di sebuah restaurant tentunya ia paham betul bagaimana makanan di restaurant.
Sesuai dengan harganya makan di restaurant pasti rasanya juga pasti enak.
Namun untuk porsi sudah pasti tidak sesuai untuk perut. Bagi yang kelaparan ada baiknya memilih untuk makan di warteg atau rumah makan padang saja.

Indira memakan makanannya dengan lahap, ia akui makanannya cukup enak. Karena ia membayar mahal untuk makanan ini sudah pasti ia tidak boleh menyisakan sedikitpun dipiring. Jikalau indira tidak malu ia akan menjilatnya hingga bersih.

"Gimana ra??enak kan?" Tanya adit setelah mereka selesai makan.

"Hehehe iya mas enak kok.." jawab indira yang tengah membersihkan mulutnya menggunakan tisu.

Lalu adit memanggil pelayan untuk mengantarkan bil.
Indira sudah ketar ketir berapa yang harus ia bayar untuk makanan yang mereka pesan.

Pelayan sedang berjalan membawakan bilnya,pelayan hendak memberikan bil itu kepada adit. Lalu indira langsung mengambil bil itu dari tangan adit.

"Kan aku yang traktir mas.."ujar indira sambil senyum.
Lalu ia melihat total harga yang harus ia bayarkan. Ia melotot kaget dan tidak percaya, ia mengingat-ingat uang yang ia miliki di dompet hanya tinggal seratus ribu rupiah.
Dan ia harus membayar tiga kali lipat lebih, dari mana kekurangannya harus ia cari.

"Gimana ini.. masa ceh gue minjem duit mas adit.. atau gue nyuci piring aja.. duh maluu banget sumpah di depan mas adit.." gumam indira di dalam hatinya.

"Kenapa ra??" Tanya adit yang melihat indira sedikit kebingungan.

"Emm gapapa kok mas.. hehehe" jawab indira.

Lalu tiba-tiba adit mencari  dompetnya dan mengeluarkan kartu kreditnya.
Ia mengambil bil dari tangan indira dan memberikannya kembali kepada pelayan.

"Loh mas.. kan aku.." ujar indira kaget namun ia merasa seperti sedang tertolong.

"Udah gapapa biar mas aja yang bayar.. besok-besok baru kamu yang bayar ra.. kan yang ngajakin makan mas bukan kamu.. "ujar adit sambil tersenyum.

Indira mengulum senyumnya, ia tidak menyangka mendapat pertolongan seperti ini dari adit. Apalagi saat adit mengatakan bahwa besok-besok indira yang mentraktir itu artinya adit masih ingin makan bareng indira lagi.

"Mas adit makasii yaa makan malam sama nontonnya hari ini.."ujar indira yang kini sedang berdiri di pagar kosannya.

"Iya sama-sama ra.. jangan sungkan.." jawab adit sambil senyum.

"Besok-besok kalo aku yang traktir aku yang nentuin tempatnya ya mas.. hehehe"ujar indira sambil nyengir kuda.

"Oke.. yauda mas pulang dulu ya.. mau ke rumah sakit dulu tiba-tiba ada pasien dadakan.." pamit adit.

"Oke mas.. hati-hati dijalan.. bye..." ujar indira sambil senyum manis.

Indira kembali ke kamar kosannya sambil senyum-senyum sendiri. Lalu tiba-tiba ada seseorang yang menggodanya.

"Cieeeee yang baru pulang di anterin mas adit.. ada yang lagi jatuh cinta ini.." goda elina yang tengah duduk di depan kosannya indira bersama devan yang lagi makan cilok.

"Lohh kalian kok disini?" Ujar indira kaget melihat elina dan devan.

"Gue uda nunggu sejam lebih disini,mau ngajakin lo makan bareng.. lo tau gue kelaparan sampe beli cilok akang-akang yang lewat barusan." Omel elina sambil menopang tangan dia dadanya.

Namun devan sibuk memakan ciloknya karena kelaparan hingga punya elina pun di embat habis-habisan.

"Sorry el.. awalnya gue mau cepet pulang.. eh rupanya mas adit ngajakin makan malam bareng.." jawab indira yang merasa tidak enak.

"Apaaaaa?? Lo uda makan malem?? Gue sama lakik gue kelaparan disini nungguin lo dan lo enak-enakan makan sama mas adit? Hiks hiks" elina pura-pura menangis.

"Yaampun sorry el.. gini deh.. gimana gue masakin makanan buat kalian.. gimana kalo nasi goreng?" Ujar indira.

"Deal!!!" Jawab devan singkat.

"Okeee cepetan masakin gue nasi goreng lo.. gak pake lama." Ujar elina.

Indira langsung masuk ke dalam kosannya, ia kaget menemukan dua pasutri di depan kosannya sedang kelaparan padahal yang tajir melintir siapa coba. Mereka malah seperti orang yang kelaparan di jalanan.

CINTA UNTUK MAS DOKTER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang