BAB 33

1.3K 118 1
                                    

JANGAN LUPA KLIK VOTENYA.

Indira sedang menatap langit-langit kamarnya, memikirkan apa yang di katakan oleh Adit kekasihnya. Apalagi saat mengingat kata-kata Adit soal anak dan KUA.

"Mas Adit lagi ngawur apa begimana ya.. masa iya mas Adit berniat lamar gue.. ah .. gak mungkin banget deh.. uda ah.. bodo amat, gue mau tidur ngantuk.. capek banget.." gumam Indira.

Indira pun langsung menarik selimutnya dan langsung tertidur karena memang tubuhnya lelah dan masih baru sehat dari sakit.

"Mas Adit.. mas.. mas Adit mau kemanaaa... jangan tinggalin aku mas.. hiks...hiks... jangan tinggalin aku sendirian mas.. mas kan bilang pengen punya anak dari aku.. kenapa malah mas ninggalin aku sama wanita lain mas.. hiks...hiks.." ujar Indira sambil menangis tersedu-sedu.

Meski Indira menangis sekalipun Adit tetap bersikeras meninggalkan Indira. Bahkan Indira sampai terduduk di tanah Adit pun tidak perduli sama sekali.

"Maaf Ra.. mas gak bisa sama kamu lagi.. maaf mas sudah tidak mencintaimu lagi.. maaf.." ujar Adit.

"Engga.. engga bisa.. aku gak akan rela mas pergi dengan dia.. sampai kapan pun aku gak akan pernah rela.." jawab Indira.

"Lebih baik kita pergi saja mas.. buat apa lama-lama disini.. wanita ini juga tidak akan mau mengerti dan dia hanya akan membuat hatimu menjadi goyah.." ujar Rania dengan sombongnya merangkul lengannya Adit.

"Diam kau pelakor.. jangan banyak bicara.. wanita pelakor sepertimu tidak pantas bersama mas Adit.." ujar Indira dengan lantang.

Namun Rania masih terus memaksa Adit untuk pergi meninggalkan Indira. Ia bahkan sudah menarik-narik paksa lengan Adit. Indira sudah menangis meronta-ronta namun Adit sama sekali tidak perduli.

"Massss... jangan pergi.. mas Adit jangan pergi... masss... jangan pergi.." teriak Indira sambil tertidur.

Sontak Indira langsung terbangun saat ia menyadari bahwa semua itu hanyalah mimpi semata. Nafasnya ngos-ngosan dan ia masih mengatur nafasnya dengan benar.

"Apa ini cuma mimpi?? Beneran cuma mimpi yang gak akan jadi kenyataan??" Gumam Indira panik.

Dengan perasaan kawatir Indira langsung beranjak dari tempat tidur. Mengambil tasnya dan langsung keluar  dari kosannya. Indira mencari keberadaan taksi namun karena hari sudah malam sedikit sulit untuk menemukan taksi.

"Mana ini taksi kok gak ada satu pun yang lewat.." gumam Indira kesal.

Namun tiba-tiba Indira melihat sebuah motor yang lewat dan kebetulan itu adalah tetangga sebelah kosannya.

"Mas.. mas.. mas Pandu.." panggil Indira.

"Iyaaa ada apa mbak Indira.." jawab Pandu yang langsung menghentikan motornya.

"Saya boleh minta tolong gak mas.. anterin saya ke apartemen yang ada di dekat sini.." ujar Indira.

"Boleh mbak.. yuk.. silahkan naik dan ini helmnya.." jawab Pandu.

Indira langsung mengambil helm yang di berikan oleh Pandu dan langsung naik ke motor. Saat perjalanan Indira terlihat harap-harap cemas apalagi jalan keadaannya sedang macet. Indira pun jadi lebih lama untuk sampai ke apartemennya Adit.

Akhirnya setelah menempuh beberapa menit sampailah di apartemennya Adit. Indira langsung turun dan mengucapkan terima kasih kepada Pandu karena sudah menolongnya mengantarkan dirinya ke apartemen Adit.

"Mas terima kasih ya karena sudah menolong saya.. ini mas helmnya.." ujar Indira sambil memberikan helmnya Pandu.

"Iya mbak sama-sama kalau begitu saya balik dulu ya mbak.." pamit Pandu.

CINTA UNTUK MAS DOKTER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang