BAB 26

1.5K 115 0
                                    

JANGAN LUPA KLIK VOTENYA.

Di sebuah restaurant yang cukup mewah empat orang duduk manis bersama seorang bayi tampan di strollernya.
Semuanya terdiam dan hanya saling pandang tanpa mengucap sepatah kata pun.

"Jadi kalian beneran jadian?" Tanya Elina tanpa ekspresi.

Adit dan Indira menganggukkan kepalanya.

"Punya uang berapa kamu sampai berani-beraninya mengencani sahabat saya.." ujar Elina sombong.

Adit, Indira dan Devan selaku suaminya Elina sontak kaget bahkan melotot tidak percaya dengan apa yang di dengarnya.

"Huaaahhh.. kenapa kamu sudah seperti nyonya besar yang menyebalkan di drama-drama sih sayang?" Ujar Devan.

Adit dan Indira terkekeh geli melihat ekspresi wajah Elina yang mulai cemberut karna di ejek oleh suaminya sendiri.

"Tapi aktingku bagus bukan sayang?" Ujar Elina sambil mencubit pipi Devan gemas.
Devan pun mengangguk-anggukan kepalanya manja.

Mendadak Adit menutup mata Indira dengan tangannya agar tidak melihat kemesraan sepasang suami istri yang tidak tau tempat itu.

"Mas kok mata aku di tutupin sih?" Ujar Indira sambil memegang tangan Adit yang berada di matanya.

"Jangan dilihat nanti mata kamu ternodai oleh adegan tidak senonoh.." jawab Adit.

Elina dan Devan merasa tidak terima dengan ucapan Adit karena mereka tidak melakukan hal yang berlebihan.

"Adegan tidak senonoh??? Jadi adegan pelukan yang kalian lakuin malam-malam itu.. kurang senonoh apalagi? Haaaa... hmmmmmmppppttt"
Saat Elina mengomel Devan mendadak membekap mulut Elina agar tidak bicara panjang lebar lagi soal apa yang dilihat mereka malam itu.

"Maaf ya mas Adit.. Elina lagi datang bulan jadi maklum aja ngomongnya ngawur.." ujar Devan sambil tersenyum kikuk.

"Datang bulan apanya?" Ujar Elina sewot.

Adit menatap Indira dengan kode keras bertanya bagaimana Elina bisa mengetahui hal itu. Indira hanya menjawab dengan anggukan bahunya saja.

"Kenapa Elina bisa tau.. tidak mungkin Indira yang mengatakannya.." batinnya Adit.

"Mas Adit aku bilangin bunda loh meluk-meluk anak orang tanpa izin.." ujar Elina.

"Hahahaha coba aja kalau berani.. mas gak takut kok.. paling nanti kalau bunda tau kami cuma disuruh buru-buru nikah.." jawab Adit santai.

"Itu sih memang maunya mas Adit kan?? Dasar perjaka karatan.." ejek Elina.

"Apa??? Perjaka karatan memangnya mas besi bisa karatan.. enak aja.." jawab Adit tidak terima di ejek Elina.

Indira dan Devan hanya terdiam melihat dua orang yang sedari tadi hanya bertengkar. Devan dan Indira sudah sangat lapar sedari tadi mereka belum memesan sama sekali.

"Mas.. " teriak Indira memanggil pelayan restaurant yang sedari tadi menunggu pesanan dari meja Indira.

"Sudah bisa memesan mbak?" Tanya Pelayan.

Indira memilih-milih menu yang ada di daftar buku menu Devan pun melakukan hal yang sama. Setelah selesai memilih mereka pun menyebutkan apa saja yang mereka pesan kepada pelayan. Sedangkan kedua kakak beradik itu masih saja saling pelotot-pelototan.

"Kalian uda kenyang berantem ya? Gak mau makan lagi? Yauda berantem aja terus sampe lebaran monyet.." ujar Indira.

"Memangnya ada lebaran monyet ya baby?" Tanya Adit dadakan.

CINTA UNTUK MAS DOKTER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang