BAB 36

1.3K 122 1
                                    

JANGAN LUPA KLIK VOTENYA.

Tanggal pernikahan semakin dekat yang hanya tinggal satu minggu lagi. Saat ini Indira dan Adit sudah di pingit agar mereka dijauhkan dari segala sesuatu yang bisa membahayakan diri mereka jika memaksa diri untuk berkeliaran di luaran.

Semua persiapan pernikahan sudah di percayakan kepada pihak WO. Mereka hanya tinggal terima bersih dan membayar sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak.
Karena Indira yang juga berasal dari panti asuhan, Adit memutuskan agar Indira tinggal di panti asuhan bundanya saja bersamanya disana saat di pingit. Acara pernikahan mereka pun juga di adakan disana.

Indira masih tidak percaya bahwa sebentar lagi ia akan menjadi seorang istri. Apalagi istri dari seorang dokter tidak pernah terbayangkan olehnya akan menikah dengan Adit yang ia kenal hanya sebatas kakak dari sahabatnya.

"Gue gak lagi mimpi kan? Serius sebentar lagi gue bakal nikah? Aaaaaaa... sumpah gue gak nyangka mas Adit bener-bener mau nikahin gue.." gumam Indira girang sambil guling-guling di ranjang.

Baju kebaya yang sudah terpajang rapi terlihat begitu indah, baju khusus yang di jahitkan untuk Indira kenakan saat ijab qabul seminggu lagi.
Saat sedang asyik guling-guling tiba-tiba pintu kamar terbuka dan Indira kaget akhirnya Indira keterusan terguling hingga jatuh ke lantai.

"Awwwwww... sakit..." teriak Indira sambil mengusap pantatnya yang sakit karena terbentur lantai.

"Hahahahaha lo ngapain coba Ra guling-guling kayak gitu.. jatoh kan.." ujar Elina yang sedang membawa nampan berisikan berbagai macam cemilan.

"Lo bisa gak sih jangan ketawa, bantuin gue gitu.." ujar Indira kesal.

"Sorry..sorry.. abis lo sih bikin gue ngakak.." jawab Elina.
Elina langsung membantu Indira namun ia tidak bisa menghentikan tawanya karena melihat Indira jatuh.

"Lo bawa apa sih El.. kok banyak banget.." tanya Indira.

"Gue bawa cemilan buat kita makan.. buat ngerayain kalau bentar lagi lo bakal lepas masa lajang.." jawab Elina.

Indira langsung melihat nampan berisi cemilan yang kebanyakan terbuat dari coklat dan manis-manis.

"Lo mau bikin berat badan gue naik? Itu baju uda diukur sesuai badan gue loh.. kalo berat badan gue naik gimana? Trus pas akad nanti tiba-tiba robek gimana? Malu dong gue.." ujar Indira.

"Lo makan segini juga gak bakal bikin lo gendut dalam semalem kali Ra.. gausah lebay deh.. uda makan aja seneng-seneng kita.. okeeee.." ujar Elina girang.

Melihat sahabatnya itu begitu bahagia membuat Indira juga ikut bahagia. Ia pun akhirnya menyantap cemilan-cemilan yang di bawakan oleh Elina. Saat Elina hendak mengambil coklat kesukaan Indira, Indira langsung mengambilnya secepat kilat.

"Lo tau kan ini coklat kesukaan gue!! Kenapa lo mau ambil.." ujar Indira sambil menyembunyikan coklatnya.

"Dihh!! Tadi ngomel takut berat badan naik.. sekarang coklatnya di ambil malah ngamuk.. dasar.. " gumam Elina kesal.

Indira dan Elina pun tertawa ngakak bersama, mereka menikmati kebersamaan mereka tanpa di ganggu siapa pun. Elina menitipkan Banyu kepada papanya, Devan sampai kewalahan karena harus momongin Banyu yang selalu mencari keberadaan mamanya.

"Kita lihat pohon-pohon ya sayang.. mama mu lagi berubah jadi anak gadis dulu.. soalnya tante Indira mau nikah seminggu lagi.." ujar Devan sambil ngomong sama Banyu, padahal Banyu sama sekali tidak mengerti apa yang di katakan oleh papanya.

"Devan.. sini Banyu biar sama bunda aja.. kamu pasti kewalahan kan ngurusin Banyu yang rewel terus.." ujar Bunda yang kini mendekat ke arahnya Devan.

"Ehh bunda.. beneran bunda mau jagain Banyu?" Ujar Devan memastikan.

"Iya beneran dong.. sini kasiin Banyu ke bunda.. mending kamu ke dalam, bunda ada bikinin bala-bala.. makan sama mas Adit gih.." ujar Bunda.

Devan pun segera menuju ke dapur karena bunda mengatakan ada bala-bala. Dengan girang Devan berlari seperti anak kecil.
Bunda sampai geleng-geleng kepala melihat tingkahnya Devan yang persis seperti anak kecil.

"Lihat deh papamu itu.. mau ngalah-ngalahin cucunya oma yaa.. kayak anak kecil.." ujar Bunda sambil menimang-nimang Banyu.

Benar yang di katakan bunda saat ini Adit sedang duduk menyantap bala-bala di meja dapur. Adit kaget saat melihat Devan sudah berdiri di depannya.

"Kamu mau bala-bala Van?" Tanya Adit.

"Ya mau dong.. justru aku kesini tuh gara-gara ini.." jawab Devan sambil mencomot bala-bala dan langsung memakannya.

Mendadak ponsel Adit berbunyi menunjukkan sebuah notifikasi chat. Adit berfikir chat itu dari Indira, ia pun segera membuka pesan chat itu. Sontak Adit kaget saat melihat siapa pengirim pesan tersebut.

"Airin" gumam Adit.

Ia pun langsung melihat apa yang hendak di katakan oleh Rania, karena ini adalah kali pertamanya Rania mengirim pesan kepadanya. Adit melihat Rania mengirim sebuah foto seorang pria, namun Adit tidak mengenalinya. Saat Adit melihat lebih dekat dan lebih teliti lagi. Ia melihat sesosok yang di kenalinya,Indira terlihat ada di foto bersama seorang pria. Indira terlihat begitu bahagia di foto itu, tidak bisa dipungkiri ada rasa amarah yang muncul di hati Adit.

Adit segera beranjak dari duduknya untuk menemui Indira di kamarnya, padahal untuk seminggu ini mereka tidak boleh saling bertemu namun Adit harus segera menemui Indira untuk meminta penjelasan.

"Mas Adit mau kemana?" Tanya Devan, Adit terus berjalan tanpa menjawab sedikit pun.

Tok..tok..tok..
Pintu di ketuk dari luar.
Indira dan Elina saling pandang siapa yang mengetuk pintu kamar.

"Mungkin Devan El.. Banyu rewel kali.." ujar Indira.

Elina langsung membuka pintu kamar sontak ia kaget dengan sessosok yang kini ada di hadapannya.

"Mas Adit.. mas Adit kok disini.. mas Adit gak boleh ketemu sama Indira loh selama seminggu.." ujar Elina menghalangi Adit agar tidak masuk.

Adit terlihat memperlihatkan ekspresi yang tidak biasa, ia terlihat sangat butuh penjelasan dari Indira saat ini juga. Karena ia sama sekali tidak mengenal sosok pria yang ada di foto. Ia hanya ingin memastikan siapa pria yang ada di foto itu.

"Mas perlu bicara sama Indira, penting!!" Jawab Adit.

"Sepenting apa pun tetep aja gak boleh ketemu mas.. kenapa gak lewat telfon aja sih.." ujar Elina.

"Gak bisa.. harus ketemu dan mas harus pastikan dengan mata kepala mas sendiri.." jawab Adit.

Mendengar perkataan Adit yang kian serius membuat Elina menjadi curiga pasti ada sesuatu hal yang terjadi saat ini. Indira terlihat bingung apa yang terjadi sebenernya siapa yang datang hingga Elina juga tak kunjung kembali ke kamar. Indira pun penasaran dan segera melihatnya.

"Mas Adit.. mas kok disini mas.." ujar Indira kaget.

Elina dan Indira saling pandang terlihat mereka kebingungan dan heran kenapa tiba-tiba Adit menemuinya dikamar. Padahal jelas-jelas mereka tidak boleh bertemu sama sekali dalam seminggu.

***

Airin sedang ongkang-ongkang kaki karena kegirangan sudah mengirimkan foto yang ia anggap menjadi senjata untuk membatalkan pernikahan Adit dan Indira. Ia merasa sangat bahagia karena pernikahan itu tidak akan pernah terjadi.

"Aku kasian sama kamu Indira, karena sebentar lagi kamu akan kehilangan Adit untuk selamanya.. meski pun nantinya aku juga tidak bisa memiliki Adit.. setidaknya baik aku atau pun kamu tidak ada satu pun yang akan memiliki Adit.. hahahaha sungguh aku bahagia.. tidak akan pernah aku biarkan kalian bersatu.. hahahahaha" gumam Rania girang.

Ia duduk di kursi ruangannya dengan ekspresi gembira karena ia fikir sudah berhasil menggagalkan pernikahan Adit. Ia ambil undangan pernikahan Adit dan Indira dan langsung membakarnya. Siapa sangka seseorang tengah sembunyi-sembunyi merekam setiap tindakannya Rania sejak tadi, bahkan pada saat ia mengirim foto itu kepada Adit.

"Sungguh licik kau dokter Rania.. ini akan menjadi bukti agar kau angkat kaki dari rumah sakit papaku.. rumah sakit ini hanya akan tercoreng nama baiknya jika ada dokter yang buruk sepertimu.." gumam Sasya.

CINTA UNTUK MAS DOKTER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang