BAB 22

1.3K 112 2
                                    

JANGAN LUPA KLIK VOTENYA.

Sasya masih enggan melepaskan lengan adit dari lengannya, jika adit memaksa pun akan percuma karena saat ini ada papanya sasya.

"Mbak elina..." gumam sasya setelah melihat elina yang memandang ke arah mereka.

"Ehh.. ada sasya.. kamu sama siapa aja sya?" Ujar elina.

"Sama mas adit juga sama papa.. mbak elina kapan kesini?kok gak ngasih kabar.." tanya sasya dengan mode manjanya.

"Hehehe iya gak sempat soalnya.. " jawab elina basa basi, padahal untuk apa ia memberitahukan kedatangannya kepada sasya, deket pun tidak,fikirnya elina.

Indira sedari tadi hanya menundukkan kepalanya karena ia lebih memilih menyantap makanannya dari pada harus melihat wajah adit. Adit merasa bersalah karena mereka bertemu dengan keadaan seperti ini.

"Kalau begitu kita gabung saja makan malamnya.."ujar pak bryan nyeletuk tiba-tiba.

Adit kaget bagaimana bisa ia bergabung dengan indira sedangkan sasya terus menerus menempel kepadanya. Indira pasti akan memikirkan yang tidak-tidak padanya.

"Tidak usah pak.. kita makan di meja lain saja.. lagian nanti hanya akan mengganggu saja.." ujar adit.

Tidak perduli dengan pendapat adit sasya malah menatap jeli ke arah indira yang masih terus sibuk memakan makanannya.

"Ehhh.. itu bukannya mbak pemilik baby store.." ujar sasya.

Mendengar dirinya di sebut mau tidak mau indira harus menengadahkan kepalanya dan mencoba tersenyum ramah, bagaimana pun sasya adalah pelanggan yang pernah membeli di toko miliknya.

"Waaaahhh benerr.. mbak pemilik baby store, aku fikir salah orang.. mbak elina kenal sama mbak itu?" Tanya sasya penasaran.

"Iya kenal dong.. indira itu sahabat aku dari kecil.." jawab elina bangga sambil nyengir kuda.

"Jadi mas adit sama mbak indira kenal dong.." ujar sasya sambil menunjuk ke arah adit dan indira.

"Ohh.. kebetulan gak kenal.. saya cuma sahabatan sama elina aja.." jawab indira sambil tersenyum lalu ia melanjutkan makan makanannya lagi.

Sasya menganggukkan kepalanya sambil senyum.
Sedangkan adit sudah merubah ekspresi wajahnya saat indira mengatakan bahwa mereka tidak saling mengenal.

Adit sangat kesal dan terus memandang ke arah indira. Elina pun sadar saat ini ada dua sejoli yang sedang menekan ego mereka masing-masing.

"Yaampun ra.. kenapa lo begini, lo mau hibahin mas adit buat si sasya?dan mengesampingkan kebahagiaan lo sendiri? Please deh ra jangan begini.. lo berhak bahagia ra.. " gumam elina di dalam hati sambil terus memandang ke arah indira.

Devan tidak perduli sama sekali dengan situasi yang sangat menegangkan ia malah sibuk dengan banyu di strollernya.

"Gue gak mau ikut campur ah.. nanti elina ngamuk lagi.. mending main sama banyu.." gumam devan di dalam hatinya.

Adit mengepal tangannya kesal, mendadak ia melepas tangan sasya si lengannya dengan kasar sampai-sampai sasya hampir terjatuh namun adit tidak perduli. Adit malah menghampiri indira di tempat duduknya. Meraih tangan indira paksa agar menghentikan kegiatannya.

Indira kaget saat tiba-tiba adit meraih tangannya, indira melihat ekspresi wajah adit terlihat menahan emosi.
Indira menoleh ke arah elina, sasya dan pak bryan mereka terlihat sedikit kaget dengan tindakan tiba-tiba adit.

"Lepasin mas.." ujar indira sambil mencoba melepaskan lengannya yang di genggam adit.

Tidak perduli dengan ucapan indira, adit malah menarik tangan indira hingga indira terbangun dari duduknya dan membawa indira keluar dari restaurant.

CINTA UNTUK MAS DOKTER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang