03

498 50 4
                                    

Pagi-pagi sekali, Areta beserta orang tuanya sudah bersiap untuk berangkat ke tempat wisuda Areta yang akan berlangsung di salah satu hotel mewah di Jakarta. Dengan masih muka bantal, Nabil Aidan, adik Areta, keluar dari kamar untuk mengunci pintu rumah begitu kakak dan orang tuanya pergi nanti.

"Kamu beneran nggak mau ikut, Dek?" tanya sang papa, Novan Siddiq, sambil mengelus kepala anak bungsunya yang bersandar pada pintu, sebelum melewati ambang pintu.

"Nggak, Pa, ntar ada kuliah."

"Tumben rajin, punya pacar pasti di kampus," goda Areta yang berada di belakang ayahnya.

"Iihh... cerewet! Udah sana pergi ah!"

"Eh, kakak wisuda bukannya diselametin. Sini salim," Areta menjulurkan tangannya ke depan muka Aidan.

Dengan malas, Aidan menerima tangan kakaknya dan menciumnya sekilas.

"Ih, pinter," Areta mengulas senyum lebar sambil mengacak puncak kepala Aidan.

"Biar cepet aja. Udah sana pergiiii! Gue mau tidur lagiiii!" Aidan mendorong-dorong tubuh kakaknya supaya segera keluar rumah.

"Gue aduin mama lo kalo tidur lagi."

"Cerewet!" Aidan menutup pintu agak kencang dan kembali ke kamar untuk tidur lagi. Lumayan. Masih ada jeda dua jam sampai kuliahnya hari ini.

Sementara di dalam mobil, Papa Novan memegang kendali kemudi dengan sang istri, Tasya Kusuma, duduk di sampingnya. Areta duduk di kursi belakang.

"Bhumi nggak dateng, Kak?" tanya sang mama.

"Dateng kok, Ma. Udah di jalan katanya."

Mama Tasya manggut-manggut paham. Keadaan di dalam mobil kembali hening. Hanya terdengar suara dua penyiar radio yang sibuk mengoceh tebak-tebakan tak berfaedah.

Suara notifikasi pesan dari ponsel terdengar. Areta segera mengambil benda tipis berwarna hitam itu dari dalam clutch-nya. Pesan dari Isha.

 Pesan dari Isha

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Areta menghela napas berat dan menurunkan bahunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Areta menghela napas berat dan menurunkan bahunya. Isha tidak bisa datang. Padahal awalnya dia ingin menyuruh sahabatnya itu untuk ikut masuk ke dalam ballroom untuk mengikuti upacara wisudanya menggantikan Aidan. Areta sudah terlanjur membeli undangan tambahan untuk Aidan, tapi adiknya itu baru bilang semalam kalau dia tidak bisa ikut karena ada mata kuliah yang tidak bisa ditinggal.

Best (boy)Friend √ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang