"They say, boys and girls can't be bestfriends. Is it true? What if we could be one?"
----------------------
This work may contain harsh words and mature content. Be wise.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Areta menoleh ke arah Bhumi yang sedang berdiri di kubikel milik Heksa yang berada di samping kubikel miliknya. Bhumi sedang memperhatikan proses pengerjaan animasi rekayasa alur keluar-masuk tamu undangan untuk event perdana mereka yang akan dilaksanakan dua bulan lagi.
"Mas Bhumi," panggil Areta pelan dan sedikit ragu-ragu.
Bhumi mengalihkan fokus matanya ke Areta yang memanggilnya. Dia menaikkan kedua alisnya mengisyaratkan tanya kenapa Areta memanggilnya.
"Bisa diganggu bentar nggak? Boleh ke sini bentar?"
"Boleh, Naaa, boleeehh," bukan Bhumi yang menjawab, melainkan Heksa. Pria gondrong itu sedang menggoda Areta, padahal matanya masih fokus pada layar monitor dan tangannya sibuk di atas keyboard dan mouse.
Bhumi terkekeh lalu beranjak dari tempatnya berdiri untuk mendekati Areta. "Kenapa?"
Areta menarik tangan Bhumi supaya pria itu agak membungkuk, agar matanya sejajar dengan milik Areta yang masih duduk di atas kursinya.
"Nanti pulang kerja ada waktu buat ketemu Attala nggak?" tanya Areta pelan.
"Ada, kenapa?"
"Attala mau nuker mobil."
Bhumi terkekeh pelan, "Buru-buru banget minta tuker."
"Yaudah, atur aja mau ketemu di mana. Oh, sekalian kamu bisa tanya ke dia siapa tau dia punya referensi lowker," ujar Bhumi dengan suara yang sangat pelan dan sesekali melirik ke kubikel sebelah, memastikan Heksa tidak mendengar percakapan mereka.
"Atau aku ajakin anak-anak yang lain juga, ya. Biar mereka juga bisa ikut bantuin."
Bhumi mengangguk lalu menegakkan tubuhnya. "Iya, atur aja enaknya gimana. Udah kan? Aku lanjutin ini dulu ya," katanya sambil menunjuk layar monitor milik Heksa.
Areta mengangguk meng-iya-kan lalu kembali memutar kursinya menghadap layar komputer. Dia meraih ponselnya yang ada di samping keyboard dan mulai mengetikkan pesan di chat group-nya.
"Kok cepet? Lama juga nggak apa-apa kali," celetuk Heksa saat Bhumi sudah ada di sampingnya lagi.
"Ngapain lama-lama? Kalo mau lama mah mending di rumah, nggak di kantor," jawab Bhumi sembarangan.
"Apanya yang lama kalo di rumah? Anak orang lo apain anjir?" tawa Heksa pecah mendengar kalimat Bhumi. Hebatnya, matanya masih tetap saja bisa fokus pada pekerjaannya di monitor, tangannya juga belum berhenti bergerak di atas mouse dan keyboard.
"Cerewet lo! Udah cepet kelarin, gue ada rapat habis ini."
"Ya lo nggak usah berdiri di situ juga kali. Gue paling males kalo lagi kerja tapi diliatin kayak gini."