19

180 31 5
                                    

Matahari masih cukup terik ketika Bhumi berjalan masuk ke coffee shop yang cukup lama tidak ia kunjungi. Melewati pintu yang telah dibuka oleh salah satu pramusaji di sana, Bhumi tersenyum dan berterima kasih. Dirinya diberitahu bahwa Gian dan Isha juga ada di sana, duduk di tempat mereka yang biasanya. Pria tinggi itu pun melangkah ke tempat kedua temannya itu berada.

"Hai, Mas, kok udah dateng?" Isha menjadi yang pertama menyapa begitu dia melihat pacar sahabatnya itu datang mendekat.

"Emangnya kenapa?" balas Bhumi setelah mendudukkan dirinya di hadapan Gian.

"Kirain baru besok datengnya."

"Loh, Mas, kok lo udah dateng?" Zaky yang baru keluar dari ruangannya menanyakan hal yang sama pada Bhumi, membuat kekasih Areta itu pun mengerutkan keningnya, bingung.

"Kenapa pada nanya gitu sih? Pada paham banget jadwal gue balik?"

"Nggak usah GR!" sanggah Zaky yang sudah duduk di samping Bhumi. "Besok gue kan ngundang anak-anak buat acara soft opening Chandana yang di Bintaro, Eta bilang dia bisanya dateng malem soalnya lo baru dateng habis Magrib besok."

"Ooh, hahaha, iya rencana awalnya emang gue mau dateng besok. Tapi gue reschedule."

"Kenapa?"

"Ya, nggak apa-apa, gue kangen aja sama cewek gue."

Zaky dan Isha kompak bergidik mendengar kalimat cheesy dari Bhumi. Sementara Gian hanya terkekeh sambil menyesap es kopinya.

"Lo nggak nge-shift, Sha?" tanya Zaky pada Isha yang ternyata dia dan Gian juga baru datang belum lama dari Bhumi.

Isha menggeleng, "Nggak, gue libur hari ini. Makanya bisa nemenin Gian bimbingan, hhe."

"Bimbingan kok ditemenin," cibir Zaky.

"Ya, nggak ditemenin literally gue di samping dia pas bimbingan juga dong, Jaki! Salty banget lo jadi temen. Gue di mobil selama dia bimbingan. At least, seharian ini gue bisa nemenin dia keliling-keliling."

"Pake dijelasin, hahaha," Bhumi tergelak hingga membanting tubuhnya ke sandaran kursi sambil memegangi perutnya. "Cewek lo polos banget, Gi."

Gian turut tertawa lalu mengangguk, "Ya, gitu deh. Ini yang bikin gemes." Gian membawa tangannya ke atas kepala Isha lalu menggoyang-goyangkannya gemas.

Sementara yang dibicarakan hanya melongo bingung kenapa para lelaki di depannya tertawa hingga terbahak-bahak. "Kenapa sih? Aku salah ngomong ya, Bie?" tanya Isha setengah berbisik pada Gian.

Gian menyungging senyum tampan sambil mengusap pipi Isha lembut, "Nggak kok. Cuma tu, kamu mbok ya jangan polos-polos banget jadi orang, Bie. Bikin gemes."

"Gimana caranya?"

"Hahaha, udah udah. Biarin aja sih, Gi. Emang karakter dia dari zaman sekolah udah kayak gitu. kalau berubah ya kan malah aneh," ujar Zaky.

"Maaf, mengganggu sebentar," seorang staf Zaky datang menyela percakapan Zaky dan teman-temannya. Keempat orang itu pun langsung menaruh atensi pada staf laki-laki yang katanya baru bekerja sejak sebulan lalu itu. "Kak Zaky ada telepon dari Pak Indra."

"Oh, oke. Bentar ya," setelah pamit, Zaky berdiri kemudian pergi meninggalkan teman-temannya menuju ruangannya untuk menerima telepon dari salah seorang vendornya itu.

Bhumi, Isha dan Gian lanjut mengobrol tentang banyak hal. Sesekali diisi keheningan ketika mereka sibuk menerima pesan di ponsel masing-masing. Walaupun saat ini mereka terlihat santai nongkrong di coffee shop, pada kenyataannya mereka bertiga adalah manusia sibuk.

Best (boy)Friend √ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang