Bonchap #3

199 15 1
                                    

Attala dan Hana baru saja menjatuhkan pantat mereka di sofa di flat milik Hana saat ponsel Attala berbunyi. Diambilnya benda tersebut dari dalam kantong celana dan menemukan nama Areta pada layar.

Attala berdecak pelan karena sahabatnya itu melakukan panggilan video. Dia tahu kalau Areta pasti ingin memastikan jika dirinya tidak berbohong tentang pertemuannya dengan Hana.

"Kok, nggak diangkat?" tanya Hana heran sebab lelaki di sampingnya hanya menatap layar ponselnya tanpa menggeser ikon hijau di sana.

"Males."

"Kok, gitu?" Dahi Hana berkerut samar.

Dering dari ponsel Attala berhenti. "Nggak apa-apa, paling dia cu— ah, elah!" Attala setengah berseru saat Areta kembali menelepon. Terpaksa, lelaki itu menjawab panggilan tersebut.

"PAPIIIII!!!"

Mata Hana seketika melotot begitu mendengar suara anak kecil memanggil Attala dengan sebutan Papi. Bahkan, dia tidak hanya mendengar satu anak, melainkan dua, perempuan dan laki-laki. Walaupun, suara anak perempuan yang terdengar lebih jelas dan lantang.

"Buset! Nggak bisa pelan-pelan manggilnya?" gerutu Attala. "Assalamualaikum dulu, dong, anak cantik, anak ganteng."

"Assamuayaikum."

Attala tergelak mendengar para bocil yang belum fasih mengucapkan salam. "Waalaikumussalam. Kok, udah barengan aja? Lagi di mana?"

"Cachi di yumah adek Jian. Papi cini?"

"Papi nggak bisa ke sana, Sayang. Papi sekarang, kan, udah jauh."

"Udah jauh?" Sashi membeo.

"Iya. Mana mama kamu?"

"Nih!" Sashi langsung menyerahkan ponsel pada sang ibu, kemudian langsung menghilang entah ke mana.

Layar ponsel pun terganti oleh wajah Areta dan Kiran bersamaan.

"Ngapain nelpon?" tanya Attala ketus.

"Dih, kok sewot? Nggak boleh nelpon lo?" jawab Areta.

"Udah kangen lo? Baru juga ditinggal sehari."

"Najis!!" Areta dan Kiran menjawab bersamaan.

"Cepet, lo mau tanya apa? Gue tau lo kepo soal Hana, kan?"

Dua wanita di seberang sana tertawa bersamaan. "Obvious banget, ya?" tanya Kiran.

"Gue bahkan udah apal di luar kepala," cibir Attala.

"Itu lo beneran ketemu Hana?"

"Ya, iya, lah. Masa bohongan."

"Ya, siapa tau aja lo manips foto gitu, kan. Saking desperate-nya lo sama Hana."

"Anjir! Gue nggak segabut itu sampe harus manips foto gue sama Hana, ya."

"Yaaa ... siapa taauuu."

"Nih, kalau nggak percaya!" Attala mengarahkan ponselnya ke arah Hana.

Gadis itu cukup terkejut saat dirinya tiba-tiba terlihat di layar ponsel bersamaan dengan Attala di sampingnya. Di seberang sana, tampak wanita yang sudah pernah ia lihat dulu, saat dia masih menjadi mahasiswa magang di Efharis. Sementara, wanita yang lainnya, Hana tidak kenal.

"Eh, beneran Hana!" seru Areta spontan.

"Ya, emang beneran! Lo-nya aja yang nggak percayaan!" Attala masih sebal dengan sahabatnya itu.

"Hai, Hana, masih inget gue, nggak?" sapa Areta dengan senyum lebarnya. Tangannya bahkan melambai.

"Hai, Kak. Masih inget, kok. Apa kabar, Kak?" balas Hana sopan.

Best (boy)Friend √ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang