45 - end

497 40 33
                                    

[One year later]

Dengan satu buket bunga di tangannya, Attala berdiri di depan pintu ballroom sebuah hotel dan terus menanti pintu tersebut terbuka dan menampilkan sang pujaan hati keluar dari balik sana. Senyumnya terus terukir, meski dadanya yang berdebar kencang tidak bisa berbohong kalau dia sedang gugup dan gelisah.

Saat yang ditunggu akhirnya tiba. Pintu terbuka dan tak lama kemudian tampak rombongan muda-mudi bertoga keluar bersama dengan orang tua atau kerabatnya. Setelah beberapa saat, Attala menemukan gadis yang dia tunggu sejak hampir satu jam lalu. Bibir Attala terulas makin lebar hingga membuat lesung pipinya terlihat begitu jelas.

"Hana!" panggil Attala dengan suara yang tidak terlalu keras sebab Hana sudah berada di dekatnya. Lelaki itu hanya ingin menarik perhatian Hana yang masih belum menyadari keberadaan dirinya.

Hana menoleh ke sumber suara dan seketika matanya membulat saat mendapati Attala di sana. Gadis itu berjalan cepat menghampiri Attala. "Kak Attala? Ngapain di sini?"

Tidak menghiraukan pertanyaan Hana, Attala mengulurkan buket bunga yang sejak tadi ada di tangannya. "Happy graduation."

Hana menerima buket tersebut dengan agak ragu-ragu, tapi tak lama kemudian, senyum di bibir yang dipoles lipstik berwarna pink itu pun merekah. "Makasih, Kak."

"Siapa, Han?"

Attala dan Hana kompak menoleh saat ada suara lain yang menyeruak di antara mereka. "Oh, ini senior aku di tempat magang aku dulu, Ma," jawab Hana pada sang Mama yang sudah berdiri di sampingnya.

"Kak, kenalin ini Mama aku, terus itu Papa sama saudara-saudara aku."

Attala terlebih dulu menyapa Mama dari Hana sebab wanita itu berada tepat di hadapannya. Baru setelahnya, ia menuju rombongan yang berada di belakang Hana dan ibunya: Papa, satu kakak laki-laki, dan dua adik laki-laki. Hana ternyata tidak berbohong mengenai dirinya yang merupakan empat bersaudara dan satu-satunya anak perempuan dalam keluarga mereka.

Mereka bercakap-cakap sejenak, hingga akhirnya keluarga Hana memutuskan untuk meninggalkan Hana dan Attala supaya dapat menghabiskan waktu berdua terlebih dahulu.

"Nak Attala, nanti ikut makan siang bareng aja," ajak Papa dari Hana.

Attala mengangguk dengan senyum lebar di bibirnya. "Iya, terima kasih, Om."

Sementara Hana justru terlihat kikuk dengan ajakan sang Papa. Gadis itu mendorong pelan ayahnya. "Udah, Papa nunggu di mobil dulu aja, ya. Aku mau ngobrol sebentar sama Kak Attala."

"Eh, Mama!" Hana berteriak memanggil sang Mama yang mulai menjauh. "Bentar, ya, Kak."

Attala mengangguk dengan sorot mata yang terus mengikuti gerakan Hana yang sedang berlari kecil menghampiri mamanya. Gadis itu tampak melepas toganya dan memberikannya pada sang Mama. Hana yang kini terlihat cantik dengan kebaya berwarna peach itu kembali menghampiri Attala.

"Yuk, Kak, ke sana aja."

"Hm? Oh, iya." Attala yang sempat termangu menatap Hana seketika terkesiap saat gadis itu mengajaknya beranjak dari tempat mereka berdiri. Keduanya berjalan menyusuri koridor hotel dan akhirnya memutuskan untuk duduk di kursi taman karena kebetulan suasananya di sana tidak terlalu ramai.

"Kok, Kak Attala tau aku wisuda hari ini?" tanya Hana setelah ada hening beberapa saat di antara mereka.

"Awalnya dikasih tau sama anak magang kalau kampus kalian mau ngadain wisuda. Habis itu, aku cari tau ke kampus sendiri, kamu ikut wisuda atau nggak."

Hana menoleh dengan ekspresi terkejut. "Kok, nggak tanya sama aku aja?"

"Kayak kamu mau kasih tau aja," cibir Attala dengan tatapan masih lurus ke depan.

Best (boy)Friend √ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang