Areta terkekeh membaca isi chat teman-temannya. Tampaknya Zaky masih menyimpan emosi terhadap dirinya dan Attala. Sangat bisa dimaklumi, karena mereka berdua memang menyebalkan. Areta sadar akan hal itu.
Sisi sofa yang bergerak membuat Areta menoleh dan mendapati Attala sudah duduk di sampingnya. Rambutnya yang basah dan ditata rapi ke atas, menandakan kalau lelaki itu baru saja selesai mandi. Dia juga sudah mengganti pakaiannya dengan hoodie hitam.
Attala dan Areta sekarang sedang berada di rumah Attala. Rumah yang masih belum Attala tinggali sepenuhnya karena dia masih sering menginap di rumah orang tuanya. Malam ini mereka mampir ke rumah tersebut setelah seharian pergi menghabiskan waktu dengan berbelanja dan makan. Attala juga sempat mengajak Areta mampir mengunjungi toko vinyl langganannya.
"Ngapain lo senyum-senyum sendiri?" tanya Attala yang sejak dia keluar dari kamar melihat Areta senyum-senyum sendiri sambil menatap layar ponselnya.
"Ini temen lo, gemesin."
Mengerti apa yang Areta maksud, Attala mendengkus. "Gemesin apanya? Yang ada bikin emosi. Jadi orang ngegas mulu hidupnya. Heran."
Areta tergelak melihat Attala yang menggerutu. "Justru itu yang bikin gemes. Zaky kalau nggak ngegas, kan, nggak seru. Kayak kurang berwarna gitu."
"Lagian dia dapet foto kita itu dari mana, sih? Dia ngikutin kita?"
"Tanya sendiri, lah, kalau penasaran."
Attala berdecak kemudian memutar tubuhnya hingga dia dapat menyandarkan punggungnya ke lengan Areta. Keduanya sibuk dengan ponsel masing-masing. Tidak ada yang berbicara tapi mereka nyaman dengan situasi seperti ini.
Sebulan sudah sejak mereka sepakat untuk berpacaran. Tidak banyak yang berubah dengan hubungan mereka. Tidak ada gestur romantis di antara mereka. Bergandengan tangan atau saling bersandar seperti yang Attala lakukan sekarang ini, sudah biasa mereka lakukan sejak dulu, jauh sebelum mereka berpacaran. Jadi menurut mereka, yang saat ini Attala lakukan bukanlah sesuatu yang bisa disebut dengan romantis atau mesra.
Selama sebulan pula, baik Areta dan Bhumi sama-sama tidak ada yang berinisiatif untuk memulai komunikasi terlebih dulu. Areta terlalu takut untuk menghadapi penolakan yang bisa saja Bhumi lakukan. Oleh karena itu, dia memilih untuk diam dan membiarkan perasaan sedihnya menguap dengan sendirinya.
"Ta, lo nggak bisa bikinin gue bekal, ya?"
"Hah?" Areta terkejut dengan pertanyaan Attala yang tiba-tiba. "Bekal apaan?"
"Ya, apa aja. Gue akhir-akhir ini males keluar kantor, beli online juga suka bingung pesen apa. Kalau ada yang bekelin, kan, gue enak, tinggal makan, nggak usah mikir, haha."
"Ngide banget." Areta berdecak tidak menganggap serius pernyataan Attala.
"Dulu waktu Hana masih magang, gue sering dibuatin bekal, tau."
KAMU SEDANG MEMBACA
Best (boy)Friend √ [Completed]
Fanfiction"They say, boys and girls can't be bestfriends. Is it true? What if we could be one?" ---------------------- This work may contain harsh words and mature content. Be wise.