39

204 34 7
                                    

Attala keluar dari ruang rapat dengan mata fokus pada ponselnya hingga tidak sadar jika dirinya menabrak seseorang yang berjalan di depannya, yang tidak lain adalah rekan kerjanya, Danendra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Attala keluar dari ruang rapat dengan mata fokus pada ponselnya hingga tidak sadar jika dirinya menabrak seseorang yang berjalan di depannya, yang tidak lain adalah rekan kerjanya, Danendra. Badan Attala yang tinggi besar membuat Danendra yang lebih pendek darinya hampir saja tersungkur jika saja keseimbangannya tidak baik.

"Lo kenapa dah, Ta?" tanya Danendra menoleh pada Attala.

"Maaf, maaf, nggak liat."

"Gue segede gini bisa-bisanya nggak liat."

"Makanya kalau jalan liat depan, Mas, bukan ke hp," sindir Pak Antoni, salah satu peserta rapat tadi sambil terkekeh pelan. "Dari siapa sih, Mas? Pacar, ya?"

Attala tersenyum saja tanpa berniat menanggapi pertanyaan tersebut, "Hahaha, baik, kalau begitu kami pamit ya, Pak. Nanti saya kabari lagi untuk kelanjutannya."

Attala mengulurkan tangannya dan langsung disambut oleh Pak Antoni, "Siap, Mas Attala, makasih. Makasih juga ya, Mas Danendra."

"Sama-sama, Pak. Kalau begitu kami permisi," pamit Danendra yang juga menyalami Pak Antoni. Setelah itu Attala dan Danendra undur diri dan mulai berjalan menuju lift.

"Eh, Dan, lo balik ke kantor duluan aja. Gue ada perlu dulu bentar," ujar Attala di tengah perjalanan mereka menuju basement tempat mobil Danendra terparkir.

"Mau ke mana?"

"Soetta."

"Ngapain ke Soetta jam segini?"

"Jemput Naraya."

Dahi Danendra mengernyit halus, merasa ada yang aneh dengan jawaban Attala. "Lo nggak bawa mobil tapi mau jemput Naraya tu gimana ceritanya?"

"Mobil Naraya udah di sana," jawab Attala cepat dan tidak menjelaskan detailnya karena teman-teman kantornya, termasuk Danendra, tahunya Naraya adalah pacar Attala.

Danendra ber-oh panjang sambil manggut-manggut, "Yaudah, gue anter aja, ayo."

"Hah? Nggak usah. Ngerepotin."

"Ngerepotin apanya? Come on," Danendra menepuk lengan Attala dua kali lalu berjalan mendahului Attala menuju mobilnya terlebih dulu. Attala mengedikkan bahunya dan memutuskan untuk mengikuti Danendra. Sepertinya memang lebih efektif diantar Danendra dibandingkan dirinya harus naik taksi.

Attala dan Danendra saat ini memang kebetulan sedang berada di Tangerang, menghadiri meeting dengan vendor pengadaan jaringan untuk kantor baru Efharis. Namun, meskipun mereka ada di Tangerang, perjalanan menuju bandara tetap saja tidak bisa dibilang singkat akibat lalu lintas yang padat merayap.

Hampir satu jam dihabiskan Attala dan Danendra untuk sampai di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta. Walaupun bukan akhir pekan, suasana bandara tersebut tetap saja ramai. Attala berterima kasih pada Danendra sebelum dirinya turun dari mobil. Lelaki itu juga sempat menitip pesan pada Danendra untuk memberi tahu security kantor kalau kemungkinan mobil Attala akan menginap di kantor hari ini.

Best (boy)Friend √ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang