"Sayang, lagi chat siapa?"
"Hm? Nggak ada kok. Biasa, urusan kerjaan," Attala menoleh pada Giska yang sudah berdiri di sampingnya. Lelaki itu mendongak untuk menatap sang gadis. Tangannya memasukkan ponsel ke dalam saku celana dengan segera. "Udah selesai?"
Giska duduk di samping Attala lalu meletakkan beberapa paper bag ke atas meja, "Udah. Aku beli beberapa gaun sama kebaya."
Attala mengerutkan dahinya, "Buat apa?"
"Ya, buat dicoba-coba terus ditentuin yang paling cocok yang mana. Tenang aja, aku pake uang aku sendiri kok. Nih, kartu kamu nggak jadi aku pake," Giska menyodorkan kartu debit milik Attala yang lelaki itu berikan tadi kepada Giska belanja keperluannya untuk menghadiri wisudanya esok hari.
Attala menerima kartu tersebut dengan tatapan heran, "Kok gitu? Padahal dipake aja nggak apa-apa. Kan aku udah bilang aku yang mau beliin kamu baju buat dipake besok pas aku wisuda."
Giska menggeleng, "Aku belinya banyak. Dan aku belum berhak pake uang kamu buat kebutuhan aku sendiri."
Attala mendengus geli, "Lagian ngapain beli banyak-banyak sih, Gis? Besok tu aku cuma wisuda."
"But still, aku nggak boleh tampil jelek. Apalagi ada orang tua kamu."
Walaupun tertutup masker, terlihat dari matanya kalau Attala kini sedang tersenyum. Di balik masker itu pasti terpampang jelas lekukan dalam di pipi pria tampan itu. Attala mengusak puncak kepala Giska gemas. Dia bangkit dari bangkunya kemudian mengulurkan tangannya, "Yaudah, ayo pulang."
Giska menerima tangan Attala dan menggenggamnya erat. Dia turut berdiri dan mengikuti Attala berjalan menuju mobil untuk pulang. Attala akan mengantar Giska ke hotel tempat gadis itu menginap terlebih dahulu, baru setelah itu dia akan pulang ke rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best (boy)Friend √ [Completed]
Fanfiction"They say, boys and girls can't be bestfriends. Is it true? What if we could be one?" ---------------------- This work may contain harsh words and mature content. Be wise.