Walaupun seharian ini Areta tidak melihat Bhumi, karena kekasihnya itu sibuk meeting dengan beberapa kliennya, Areta tetap merasa senang karena hari ini mereka berdua berangkat ke kantor bersama setelah sekian lama Bhumi berada di Semarang pasca papanya meninggal.
Ponsel Areta berdenting menandakan ada pesan masuk. Gadis itu meraih benda tersebut untuk mengecek isi pesan yang ternyata berasal dari chat group dengan ketiga sahabatnya. Isha hanya ingin memastikan ulang bahwa teman-temannya itu akan datang ke acara soft opening cabang baru Chandana pukul lima sore, yang langsung dibalas cepat oleh Attala. Lelaki berlesung pipi itu membenarkan pertanyaan Isha.
Seketika Areta termangu membaca pesan tersebut.
Dia masih merasa canggung bertemu dengan Attala. Bukan apa-apa, dia hanya tidak mau ada keributan lagi di antara Attala dan Giska. Tapi membatalkan kedatangannya secara tiba-tiba juga tidak terdengar bijak. Areta mengacak rambutnya, frustrasi.
**
Matahari sudah hampir sepenuhnya tenggelam di ujung barat, namun Areta masih terlihat sibuk dengan pekerjaannya. Bhumi yang sejak tadi berada di kubikelnya sendiri memandang heran kekasihnya itu. Kubikel Areta dan Bhumi berhadap-hadapan, sehingga Bhumi bisa melihat dengan jelas apa yang Areta lakukan di kubikelnya sendiri.
"Belum selesai, Yang?" tanya Bhumi pada akhirnya.
Areta hanya menjawab dengan gumaman.
"Ngerjain apa sih? Emang ada project yang harus diselesein hari ini ya?"
"Iya," Areta kembali menjawab dengan singkat tanpa mengalihkan pandangannya dari layar monitor komputer.
"Yaudah, lanjutin dulu."
Bhumi masih setia menunggu walaupun dirinya sendiri penasaran apa yang sedang Areta kerjakan. Meskipun dia hanya freelancer, Bhumi tahu persis proyek apa saja yang sedang dikerjakan oleh Kiwari. Menurutnya, tidak ada pekerjaan urgent yang mengharuskan Areta kerja sampai overtime di hari Jumat begini. Apalagi saat ini hanya mereka berdua yang masih berada di sana. Jika Bhumi tidak menemaninya, otomatis Areta akan sendirian.
Dering ponselnya menyadarkan Bhumi dari lamunan. Lelaki itu segera menerima panggilan telepon tersebut saat mendapati nama Zaky di sana.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam, di mana, Mas?"
"Masih di kantor."
"Lah, nggak jadi ke sini?"
"Jadi, tapi gue masih nunggu Naraya. Dia masih ada kerjaan yang belum selesai. Udah pada dateng?"
"Udah, tinggal lo sama Eta doang ni, makanya gue nelpon lo. Eta nggak angkat teleponnya."
"Hm? Lo udah nelpon Naraya?" tanya Bhumi dengan merendahkan suaranya. Sesekali dia mencuri pandang ke arah Areta untuk memastikan Areta tidak memperhatikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best (boy)Friend √ [Completed]
Fanfiction"They say, boys and girls can't be bestfriends. Is it true? What if we could be one?" ---------------------- This work may contain harsh words and mature content. Be wise.