Mobil Attala berhenti di depan rumah yang sudah lima hari terakhir selalu menjadi persinggahan pertamanya setelah dia pulang kerja. Dengan tangan masih berada di atas roda kemudi, Attala terdiam tidak melakukan apa-apa kecuali memandang lurus ke depan, tanpa ada satu kata pun yang keluar dari mulutnya. Pun dengan gadis yang duduk di sampingnya juga melakukan hal yang sama.
Hening, sunyi, sepi.
Hingga akhirnya terdengar suara lirih dari helaan napas sang gadis yang memutuskan untuk mengakhiri keheningan di dalam mobil itu. "Makasih, Kak."
"Hm?" Attala menoleh dan mendapati Hana yang tengah menunduk sambil meremas-remas tangannya sendiri.
"Makasih buat hari ini," Hana menoleh ke arah Attala yang masih setia memandanginya dalam diam. "Makasih karena udah bikinin farewell party buat saya tadi di kantor."
Attala tersenyum hingga tercipta lubang di pipinya, "Nevermind. Itu udah semacem tradisi nggak tertulis di kantor, kok. Kalau ada yang keluar atau berhenti kerja, pasti dibikinin farewell party kecil-kecilan kayak tadi."
"Tapi saya kan cuma mahasiswa magang."
"Mahasiswa magang sebelumnya juga dibuatin farewell party setiap mereka kelar magang kayak lo tadi. Tanyain aja kalau nggak percaya."
Hari ini adalah hari terakhir Hana magang. Awalnya semua berjalan normal seperti biasa saja, sampai pada akhirnya menjelang jam makan siang tiba-tiba dirinya digiring ke pantry dan ternyata di sana hampir seluruh karyawan Efharis sudah berkumpul di sana, termasuk Mas Denni. Lengkap dengan beragam macam makanan yang tersaji di meja besar yang ada di sana, Hana dibuatkan pesta perpisahan di hari terakhirnya magang.
Kata Dini, acara tersebut merupakan ide dari Attala. Seluruh makanannya pun dipesan sendiri oleh Attala. Pakai uang dia sendiri.
Mengetahui hal tersebut, Hana bingung harus mengungkapkannya seperti apa. Dia terharu dan sangat berterima kasih atas perhatian yang diberikan mentornya itu. Tapi tidak dipungkiri juga kalau dirinya juga merasa tidak enak hati karena Attala harus merogoh kantong pribadi hanya untuk membuat acara untuk dirinya.
Di tengah pestanya tadi siang, Hana baru menyadari alasan sebenarnya di balik Attala yang tidak mau dibuatkan bekal hari ini. Padahal hari ini adalah jatahnya membuat bekal setelah kemarin ia dan Attala pergi makan siang di luar kantor. Ternyata Attala sudah menyiapkan acara untuknya, lengkap dengan makanannya.
Oh iya, selama lima hari ke belakang juga, Attala selalu mengantarnya pulang ke rumah. Setiap ditanya kenapa dia harus mengantar Hana pulang, lelaki itu selalu menjawab karena rumah Hana searah dengan rumah temannya yang akan dia kunjungi setelah mengantar gadis itu pulang.
Hana penasaran sebenarnya, siapa teman Attala itu hingga membuat mentor tampannya itu harus datang ke sana setiap hari? Tapi atas dasar apa dia penasaran dengan segala kegiatan Attala? Dia tidak punya hak sama sekali atas Attala dan Hana sadar betul akan hal itu. Akhirnya dia memilih untuk mengubur dalam-dalam rasa penasaran itu walaupun sebenarnya sangat terganggu.
"Yaudah, kalau gitu saya turun ya, Kak," ujar Hana setelah hening kembali menyelubungi keduanya. Attala mengangguk pelan sebagai jawaban. Saat Hana hendak membuka pintu mobil, Attala lebih cepat menahannya, membuat gadis itu kembali menoleh pada Attala dengan ekspresi bertanya.
"Sukses buat skripsi lo, ya. Semoga lancar supaya bisa lulus tepat waktu. Jangan lupa kabarin kalau wisuda," pesan Attala pada Hana yang kembali diangguki oleh gadis itu.
"Makasih banyak, Kak. Kak Attala juga sukses terus, ya. Jaga kesehatan juga, jangan terlalu sering skip makan."
Yang baru saja dinasihati hanya tersenyum dan mengangguk. "Gue masih boleh hubungi lo, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Best (boy)Friend √ [Completed]
Fanfiction"They say, boys and girls can't be bestfriends. Is it true? What if we could be one?" ---------------------- This work may contain harsh words and mature content. Be wise.