Best (boy)Friend √ [Completed]

18

Berulang kali nada dering pada ponsel yang tergeletak di atas meja meraung panjang lalu berhenti dengan sendirinya. Terus menerus. Hingga empat kali dan kemudian berhenti.

Sepasang mata menatap layar ponsel tersebut dengan tatapan kosong sejak tadi. Dia tahu ponselnya menyala, seseorang di sana mencarinya, tapi dia sama sekali tidak ada niat untuk menjawabnya.

Entahlah, rasanya berat untuk mendengar suara di seberang sana yang bisa dipastikan akan membuat dirinya makin terpuruk menahan rasa rindu sekaligus sesak yang menyerang dadanya.

Embusan napas yang tersengal membuat gadis berambut panjang itu menjatuhkan kepalanya ke atas kedua tangannya yang terlipat di atas meja. Disembunyikannya wajah cantiknya ke dalam lipatan tangan seraya menahan sesak yang dapat memicu tangisnya kembali tumpah.

Sekian menit berikutnya, gadis itu kembali menegakkan duduknya dan meraih ponsel yang ada di depannya. Bukan, dia bukan hendak memberi respons pada si penelepon tadi, apalagi meneleponnya balik. Dia membuka aplikasi chat dan mencari ruang obrolan dengan teman-temannya.

Usai meminta teman-temannya untuk datang menemaninya, Areta menyeruput habis kopinya yang semula masih setengah gelas, kemudian bangkit dari kursi menuju meja kasir untuk memesan satu gelas kopi lagi.

Dia baru satu jam berada di gerai kopi tersebut tapi gadis itu sudah menghabiskan satu cup kopi ukuran grande, dan kini dia memesan satu cup lagi dengan ukuran yang sama. Jika orang-orang terdekatnya tahu, dia pasti akan kena omel sepanjang malam nanti.

**

Sudah hampir setengah jam sejak obrolan Areta dengan kawan-kawannya di group chat, sebuah pesan dari Attala muncul di ponsel Areta.