Attala mengulum senyum setelah membaca pesan dari Areta. Senang rasanya Areta mau menghubunginya terlebih dulu, tapi terselip juga rasa bersalah dalam dirinya karena hingga hari ini dia belum sempat mengunjungi Areta di rumah sakit.
Sabtu lalu, Giska dan Rian akhirnya memutuskan untuk menginap di Jakarta karena acara bersama teman-teman SMP mereka berlangsung hingga pukul sembilan malam. Praktis, hal itu membuat Attala masih harus menemani Giska serta Rian di hari Minggu-nya.
Sebuah tepukan di pundak, membuat Attala mendongak demi menemukan Heksa yang kini sudah duduk di hadapannya.
"Gabung, ya," ujar Heksa.
"Sure. Kan pantry bukan punya gue," jawab Attala sekenanya.
Mereka berdua sedang berada di pantry sekarang. Pantry Efharis -nama kantor Attala- tidak seperti pantry kebanyakan yang umumnya hanya berupa ruangan kecil di mana di dalamnya tersedia berbagai minuman instan dan makanan ringan, atau maksimal ada kompor bagi mereka yang ingin membuat mie instan.
Pantry di Efharis berada di lantai satu, di sisi paling belakang kantor tersebut, semi outdoor, dengan meja besar berbentuk elips yang dikelilingi beberapa stool pendek. Di sudut ruangannya terdapat kompor, kulkas, magic com, dispenser, hingga microwave. Di dalam kabinet, terdapat minuman sachet berbagai merk dan juga beberapa jenis mie instan, serta bumbu dapur lengkap. Di dalam kulkas, bermacam-macam bahan makanan, baik berupa sayur, daging-dagingan, dan juga makanan beku ada di sana. Minuman karbonasi serta kopi dan teh botolan juga lengkap.
Bagi yang pertama kali datang ke Efharis, pasti akan terkesima dengan pantry yang dimiliki kantor tersebut. Dibanding pantry, rasanya tempat tersebut lebih pantas disebut kafe, apalagi ditambah dengan penataan interior yang bisa dibilang terlalu artsy untuk sebuah pantry.
Para staf suka menghabiskan waktu mereka di sana jika sedang senggang, entah untuk makan siang, sekedar ngobrol, atau tidak jarang ditemukan staf yang hanya melamun di sana sambil merokok.
Seperti yang dilakukan Attala sebelum Heksa datang, melamun sambil merokok. Attala bukan pecandu rokok, tapi jika sedang penat, rokok merupakan pilihan terakhir pelariannya kalau tidak ada lagi yang bisa membuatnya lebih tenang, karena dia tidak minum alkohol.
"Nggak makan, Ta?" tanya Heksa di sela-sela dirinya yang tengah meniup mangkok berisi mie rebus supaya lebih cepat dingin.
"Belum laper," jawab Attala setelah mengembuskan asap rokok ke samping supaya tidak mengganggu Heksa.
"Mas, panas-panas gini lo makan mie rebus pake cabe?" Attala bertopang dagu memperhatikan Heksa dengan heran.
"Gue butuh sesuatu yang panas dan pedes, biar gue bisa melek dan otak gue fresh. Buntu banget dari tadi nggak dapet-dapet ide buat bikin desain baru."
KAMU SEDANG MEMBACA
Best (boy)Friend √ [Completed]
Fanfiction"They say, boys and girls can't be bestfriends. Is it true? What if we could be one?" ---------------------- This work may contain harsh words and mature content. Be wise.