6.

364 53 5
                                    

🔉🔉kata lebah kecil, kakak-kakak yang baca jangan lupa klik bintang di pojok kiri ya,komen juga biar teteh semangat nulisnya hihi😋😋

Happy reading all,hope you enjoy 😘😘

🐝🐝🐝

Mobil Galung berhenti di depan sebuah rumah bercat biru muda di kawasan Sukajadi. Malam ini, ia tak ingin pulang ke rumahnya, ia ingin menginap di rumah orang tuanya karena memang sudah lama ia tak mengunjungi mereka.

Senyum kotaknya tak pernah luntur sedari tadi, hatinya sedikit lapang karena hal yang selama ini mengganjalnya itu sudah tidak ada.

"Assalamualaikum.., Buu," sapanya saat melanglah masuk ke rumah.

Sedangkan Sandra, sang ibu langsung saja terbangun dari duduknya saat melihat anak semata wayangnya itu pulang dengan keadaan muka yang penuh lebam.

"Kamu kenapa, A?" Tanyanya sedikit panik.

Sedangkan Galung hanya terkekeh, sungguh keadaan hatinya saat ini sedang benar-benar baik. "Jawab dulu salamnya, Buu."

"Eh iya, wa'alaikumsalam."

Setelah mencium tangan dan kening sang ibu, Galung memilih duduk di sofa.

"Buuu, obatin dong, hehe," pintanya dengan nada yang manja.

"Ga mau, kamu kenapa dulu ih? Berantem lagi? Astaghfirullah Aa inget umur, udah tua jangan berantem terus, cepet nikah sanaa," ucap Sandra tak memberi Galung kesempatan untuk menjawab.

Alhasil kini Galung hanya bisa menggelengkan kepalanya, mencoba maklum dengan kebawelan sang Ibu.

Ibu gue, ampun dah.

"Aa ga berantem ih, di pukul sama temen ini, Aa mah ga ngelawan," jawabnya santai.

"Ya kenapa ga ngelawan? Kenapa diem aja?"

"Kalo ngelawan jadinya kita berantem atuh, Buuuu," balas Galung jadi gemas sendiri.

Sandra kini hanya tersenyum lebar melihat anaknya yang berhasil ia jahili.

"Obatin sendiri ah, kamu kan dokter," tolak Sandra kemudian.

Kontan saja Galung mengerucutkan bibirnya lucu. "Galung teh dokter kalo di RS, kalo di rumah mah tetep anaknya Ibu sama Bapa."

"Hahaha yaudah iyaiya, ambil kotak P3K nya gih," perintahnya.

Menurut, tanpa banyak ba bi bu lagi, Galung pergi mengambil kotak yang Sandra maksud. "Nih Buu."

Dengan telaten, Sandra mengusapkan obat di pipi Galung. Sedangkan yang di obati hanya tercengir dan sedikit meringis saat sang ibu menekan cukup kerasa pada lukanya.

"Pelan-pelan buu ya Allah, tidak berprikeanakan aww," ucapnya diakhiri dengan ringisan.

"Siapa yang mukulin kamu?"

Galung diam, menimbang dulu apakah ia harus jujur atau tidak dengam ibunya ini.

"Ada lah, temen Aa."

"Iya siapa, temenmu banyak bejibun gitu," tutur Sandra sedikit menuntut.

Galung menghela nafas, mencoba mengelak pun pasti sulit. "Defrik."

Sandra mengernyit, terlihat cukup kaget dengan jawaban yang keluar dari mulut anaknya ini, pasalnya Sandra tahu betul karakter semua anak geng mundor, tak pernah ia mendengar mereka berkelahi seperti ini. Mundor, geng yang terbentuk sejak anaknya ini kuliah dan ssmpai saat ini ke tujuhnya sudah bekerja.

"Kenapa?"

"Kakaknya Defrik, pernah Aa sakitin, tapi Defrik baru tau tadi." Galung terdiam, ingin melihat bagaimana respon dari sang Ibu.

"Terus Defrik nyuruh Aa jauhin kakaknya," lanjutnya lagi.

"Terus kamu ga mau? Kamu apain itu anak orang?" Tanya Sandra.

"Galung mainin bu. T-tapi sekarang Galung ga main-main, Galung beneran mau sama kakaknya Def, Galung udah sadar Galung salah," jawab Galung sedikit panik.

"Wajar Defrik marah. Bapak ga pernah ajarin kamu buat jadi lelaki bejat A, hargai wanita, perlakukan mereka kaya berlian, ingat ibumu itu perempuan." Ntah sejak kapan, kini Ferdi, Bapak dari lelaki yang sedang di introgasi itu bergabung dengan mereka di ruang tengah.

"Iya Pak, Aa udah kena batunya, sekarang Aa ga bisa jauh dari Bia, kakaknya Defrik," jelas Galung, mencoba meyakinkan kedua orang tuanya.

"Tapi kalau kakaknya Defrik udah ga mau, kamu mending cari yang lain ya, A?" Saran sang ibu. "Hati itu ga boleh di paksain, Bisa kakaknya Defrik juga berhak bahagia walau ngga sama kamu."

"Tapi Defrik udah kasih lampu ijo lagi, buat Aa perbaiki semuanya."

Mendengar itu, tentu saja Sandra dan Ferdi di buat sedikit tercengang.

"Serius kamu?"

"Last, kesempatan terakhir sebelum Defrik buat Bia beneran ilang dari hidup Galung," jawab Galung bersemangat.

"Kejar kalau memang kamu serius, cepat-cepat bawa ke sini, keburu Ibu sama Bapak ga ada, A."

"Apa sih Pak, ga suka ah ngomongnya kemana aja," protes Galung, sungguh ia sangat benci dengan topik seperti itu.

Sedangkan kedua orang tuanya hanya tersenyum melihat Galung protes seperti tadi.

"Jangan mainin perempuan lagi, inget kembaran kamu..,juga perempuan."

Suasana yang sempat mencair itu kini kembali menjadi beku karena perkataan Sandra. Setelah satu kalimat itu keluar dari mulutnya, tak ada lagi yang berbicara sepatah katapun. Semuanya sibuk dengan pikirannya masing-masing.

Berbicara tentang saudara kembar, memang benar Galung mempunyai saudara kembar, namun sayangnya hingga saat ini mereka tak tahu dimana keberadaan gadis yang manjadi putri bungsu di keluarga kecil ini.

"Dia apakabar ya, bu?" Tanya Galung yang pandangannya menerawang seolah membayangkan dia dapat menemukan adiknya itu.

Hatinya selalu sakit saat topik ini terbahas. Meskipun tak pernah bertemu, tapi ikatan itu sangat kuat.

Bahkan jika tiba-tiba perasaannya tak enak atau tiba-tiba Galung ambruk sakit, ia selalu berfikir adiknya sedang sakit juga. Sedikit tak masuk akal namun itulah isi pikiran Galung.

"Semogaa," jawab Sandra dengan helaan nafas.

Begitu Sandra beres mengobatinya, Galung langsung pergi ke kamarnya, merebahkan diri karena rasa lelah mulai menyelimutinya.

Rasa senang yang tadi sempat ia rasakan sedikit demi sedikit menjadi terkikis, saat mengingat orang tuanya mengkhawatirkan adik kembarnya.

Galung menghela nafasnya, sejujurnya sudah hilang harapan untuk mencari kembarannya itu. Namun setiap ia mulai hilang harapan, sorot mata yang memancarkan sejuta rindu milik kedua orang tuanya selalu mampu membuatnya kembali bersemangat. Setidaknya, ia memilik alasan untuk terus berjuang mencari.

Perlahan tapi pasti, matanya lama-lama memberat, membuat Galung langsung menarik selimutnya untuk segera terlelap ke alam mimpi. Bahkan kembali terbangun hanya untuk sekedar menyikat giginya saja terasa berat. Tenaganya terkuras banyak, sehingga biarkanlah untuk kali ini ia melewatkan jadwalnya untuk bersih-bersih sebelum terlelap. .

🐝🐝🐝

Pendek ya? Next chapter ga akan sependek inii koo,tenang😊💜🐝

After Letting You GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang