4.

456 63 0
                                    

🔉🔉kata lebah kecil, kakak-kakak yang baca jangan lupa klik bintang di pojok kiri ya,komen juga biar teteh semangat nulisnya hihi😋😋

Happy reading all,hope you enjoy 😘😘

🐝🐝🐝

Masih dengan pendiriannya, Fabia tetap berdiri di tempatnya tanpa bergerak sedikitpun. Padahal kini kepalanya sudah berat, pandangannya sudah sedikit mengabur. Namum egonya yang sangat tinggi itu membuat Bia tetap bertahan.

"Bi..,plis?" Lelaki di depan Bia, masih mencoba membujuknya, ia sengaja menurunkan suaranya sembari mendekat pada Bia.

Selangkah lelaki itu mendekat maka selangkah pula Bia mundur membuatnya frustasi.

Wajahnya kentara sekali bahwa ia sangat khawatir, sebenarnya sudah menduga jika ia mendekat akan seperti ini akhirnya. Tapi sekali lagi, ia tak punya pilihan.

Sorot matanya kini menajam, rahangnya mangatup tegas, dengan gerakan cepat ia menarik pergelangan tangan Bia cukup keras membuat Bia mau tak mau maju beberapa langkah ke dekatnya. Sedangkan tangan dan kakinya yang lain sibuk menahan dan menstandarkan motor Bia.

Setelah bisa membuat motor itu tak jatuh, lelaki itu berbalik masih dengan tangan yang memegangi Bia.

"Lepas," ucap Bia dingin.

"Gue anter lo, abis itu gue ga akan ganggu lo lag-"

"Lung, minggir," balas Bia mencoba maju untuk mengambil alih kembali motornya.

"Gak, masuk mobil sama gue."

Galung, lelaki yang sedari tadi sedang frustasi untuk membawa Bia bersamanya itu masih bersikeras seperti Bia. Namun sayang, aura dingin yang ia keluarkan tak cukup membuat seorang Fabia Bherta Ghiyandra takut di buatnya.

"LEPASIN TANGAN GUE BRENGSEK."

"GA SEBELUM LO IKUT GUE," Balas Galung tak dapat menahan untuk tidak berteriak pada Bia.

Fabia terkekeh sinis. Meski kepalanya pusing, ia sama sekali tak ingin ikut bersama Galung, sungguh.
Gadis itu maju mendekat dengan senyum miring yang tercetak jelas di bibirnya. "Siapa lo? Berani ngatur gue? hah?"

Galung diam, cukup kaget dengan pertanyaan tiba-tiba itu. Namun itu tidak bertaha lama sebelum ia memilih menggendong Bia layaknya karung menuju mobilnya. Tentu Bia berontak, namun Galung pikir, tak ada cara lain.

Begitu sudah di dalam mobil, lelaki itu langsung mengunci pintu, memblokir semua akses yang memungkinkan Bia untuk kembali keluar.

"Galung, ini ga lucu, sumpah."

"Gue ga lagi ngelawak."

"Buka, gue mau keluar anjing," umpatan itu akhirnya keluar setelah lama ia tahan.

Tapi bukannya tersinggung, Galung justru tersenyum sambil mengulurkan tangannya untuk mengacak rambut Bia. "Tidur."

Merasa sudah kalah telak, Bia berakhir dengan duduk manis di sebelah Galung. Tentunya dengan muka yang jauh dari kata bersahabat. Sayangnya Galung tak peduli, ia hanya terkekeh, lalu menyetel instrumen piano yang lama-kelamaan membuat mata Bia berat dan terlelap di sebelahnya.

After Letting You GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang