27

191 30 2
                                    

Galung terus memandangi ponselnya yang tak kunjung berdering, sudah hampir 45 menit ia menunggu sebuah pesan dari Gema. Perempuan yang satu bulan lebih ini menolongnya menjaga Bia, biasanya sore hari seperti saat ini gadis itu akan memberikan informasi secara konsisten. Setidaknya, selama satu bulan kemarin, namun tidak untuk hari ini.

Apakah hal yang tak di inginkan terjadi pada Bia? Apakah Sintia serius dengan ucapannya yang akan bermain-main dengan Bia?

Lucunya, ia bahkan melupakan bahwa kini ia tengah berada di rumah Alga. Lelaki itu bahkan sampai tersentak begitu Ragil mendekat dan merangkulnya.

"Pelototin aja terus pelototin, sampe hape lo bisa kayang," Sindir Ragil.

Sementara senyum Galung tiba-tiba muncul, bodoh sekali ia melupakan bahwa Ragil dan Alga juga satu lingkup dengan gadis pujaannya.

"Eh Sintia di sekolah kalian gimana deh? Baik ga dia?" Tanya Galung mulai menggali informasi.

"Kenapa lo? Mau balikan lagi? Inget Bia anjing." Sarkas Alga menatap tak suka. Karena sejatinya, sejak awal hubungan Sintia dengan Galung terjalin. Alga lah orang paling menentang itu semua, karena menurutnya Sintia tak sebaik itu.

Dan seluruh perkataannya terbukti dengan seiring berjalannya waktu. Lelaki satu itu juga menasehati Galung panjang lebar saat minggu kemarin Geng mereka berkumpul untuk saling terbuka 1 sama lain, saat itulah Galung jujur akan hubungan dengan Bia yang selama ini ia tutupi.

"Kaga elah Bang, nanya doang gue," Elak Galung berusaha tenang. Diam-diam ia melafalkan doa supaya Alga tak menceramahi nya setelah ini.

"Sejauh ini baik sih, emang dia mau ngapain juga? Ga akan aneh-aneh lah orang guru baru," Komentar Ragil.

Galung mengangguk, setuju dengan ucapan Ragil tadi. Benar juga, ini masih terlalu awal untuk Sintia membuat ulah. Masih terlalu dini untuk dirinya mengotori tangannya, setidaknya ia butuh waktu agar mendapat kepercayaan bukan?

Selama itu pula Galung harus secepatnya mendapat maaf dari Bia, supaya ia mampu menjaganya secara utuh dan nyata. Tidak lewat orang lain, namun dengan tangannya sendiri.

Galung terus mengetuk ponselnya dengan wajah yang sedikit gelisah, sampai 1 notif yang masuk membuatnya langsung membaca pesan tersebut. Namun wajahnya kembali datar saat tau sang pengirim bukanlah Gema yang membawa kabar tentang Bia, melainkan Sintia yang meminta dirinya untuk menjemputnya di sekolah. Jelas saja Galung mengabaikan pesan itu. Namun beberapa detik kemudian, Sintia sudah mengiriminya pesan yang berisi ancaman jika Galung tak menurutinya. Maka mau tak mau lelaki itu sekali lagi di buat pasrah dengan kegilaan Sintia.

Ia bangkit, menyambar kunci mobilnya dengan setengah hati sambil mendumel tak jelas meninggalkan kediaman Alga saat itu.

~~~

Mobil Galung kini sudah terparkir di halaman sekolah tempat Bia mengajar, dan perasaannya tidak tenang karena Sintia tak kunjung menunjukan batang hidungnya.

Galung takut jika Sintia benar-benar berbuat hal yang aneh pada Bia. Namun di sisi lain ia juga ketakutan jika Bia melihatnya di sini untuk menjemput Sintia. Wajah kusut nya kaya itu memperjalas berapa ia sedang tak dalam mood yang baik, seolah siapapun mampu ia marahi kali ini.

Begitu netranya menangkap sosok yang sedari tadi di tunggu, Galung reflek keluar dari mobilnya. Niat awalnya ingin mengomel pada Sintia, namun yang terjadi adalah tubuh Galung yang membeku karena ternyata tak jauh di belakangnya Bia tengah berjalan beriringan dengan Gema, Radin dan Aya.

After Letting You GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang