18

268 43 0
                                    

🔉🔉kata lebah kecil, kakak-kakak yang baca jangan lupa klik bintang di pojok kiri ya,komen juga biar teteh semangat nulisnya hihi😋😋

Happy reading all,hope you enjoy 😘😘

🐝🐝🐝

Bia masih berdiam diri di kamarnya, merutuki Galung dan sikap menyebalkan yang ternyata mampu membuatnya menjadi salah tingkah.

"Biaa, jangan goyah. Astaga Galung cuma ngacak-ngacak rambut lo doang. Kenapa hati lo yang berantakan anjrit?" Monolognya sambil mengerucutkan bibirnya.

"Ah sialan, Galung tai," umpatnya benar-benar merasa kesal.

Padahal tadi sebelum pulang, Galung hanya tersenyum hangat sambil mengusap kepalanya pelan sebelum akhirnya berbalik untuk pulang.

Senyum kotak khasnya itu lagi-lagi membuat Bia terpana, senyuman khas yang jarang di miliki oleh orang kebanyakan. Senyuman yang sialnya Bia rindukan. Bertahun-tahun terlihat biasa saja, nyatanya ia masih merindukan lelaki itu. Merindukan senyuman khasnya, bahkan merindukan tatapan hangatnya.

Bia lalu menggelengkan kepalanya, mencoba mengenyahkan pikiran aneh yang mengganggunya sejak tadi. Ia memilih turun ke bawah untuk menghampiri orang tuanya.

Tanpa kata, perempuan yang sudah dewasa itu mendudukan dirinya di sebelah Bunda dan memeluknya. Bia ingin tidur, namun rasanya ia sama sekali tak mengantuk.

"Kenapa, Teh?" Tanya Bunda khawatir. Takut anak sulungnya ini kembali merasa sakit atau pusing.

"Pengen peluk aja Bun, pengen tidur tapi ga ngantuk aku," jujurnya.

"Mau di bikinin mie sama Ayah?" Tawar lelaki paruh baya di sebelahnya.

Namun kali ini Bia menggeleng sambil tersenyum hangat. "Kan aku bilang mau tidur bukan mau mam, Yah."

"Defrik beneran pergi ya?" Tanyanya kemudian tanpa mengubah posisinya.

Bunda yang pasrah di peluk pun hanya bisa mengusap-usap rambut Bia pelan, membuat Bia jadi tersenyum senang.

"Iya, katanya mau nongkrong sama temen-temennya."

"Enak banget dah ada temen nongkrong," gerutunya pelan. "Bia juga ada deng hehe."

"Baru aja Bunda mau protes. Orang kayanya kamu juga sering kumpul tuh sama Gema, Aya sama Dias."

"Bunda udah lama ga liat mereka main ke sini?" Tanya Bunda. "Sibuk kali ya."

"Idih sibuk apanya, Bunda ga tau aja pas kemarin Bia sakit mereka hampir tiap hari ngerecokin ke kamar. Apalagi Mba Dias, aduh," omelnya sambil menepuk jidat.

"Haha, waktu itu juga pas ada Ayah Dias yang omelin dia gara-gara makannya dikit, Bun," beritahu Ayah.

"Mba Dias itu serem sumpah kalau udah ngomel," adunya. "Mirip Galung."

Bia otomatis memejamkan matanya, merutuki dirinya begitu sadar sudah salah berucap. Lagi pula, kenapa tiba-tiba ia refleks membicarakan lelaki itu sih?

"Galak mana Galung sama adek kamu?" Tanya Ayah jahil.

"Sama-sama galak, pusing di omelin terus."

"Suruh siapa bandel terus?" Ucap Bunda sambil mencubit gemas pipi gembil Bia.

"Ga bandel, cuma emang males aja nurut," jawab Bia kelewat polos.

"Eh Bun, Defrik bilang pulang jam berapa? Dia nginep ga?" Tanya Bia mengalihkan pembicaraan.

"Nginep dimana?"

"Ya di sini lah, dimana lagi?" Tanya Bia balik.

"Ohh, iya nginep. Bunda kira kamu nanya Aa nginep di rumah temennya atau engga gitu."

"Kenapa gitu?" Tanya Ayah.

"Tadinya pengen titip boba, tapi kayanya ga akan di kasih sama dia," ucap Bia merenggutnya lucu.

"Jangan dulu, kasian atu Teh adiknya di buat khawatir terus," nasehat Ayah yang hanya di balas anggukan malas dari Bia.

~~~







"Bangsat, udahan anjing senyum-senyumnya. Serem sumpah," umpat Defrik menoyor kepala Galung.

Pasalnya dari ia melangkah keluar dari rumah Bia, Galung sama sekali tak melunturkan senyumannya. Sebenarnya Defrik juga senang, hanya saja jika begini jadinya ia akan mengingatkan Bia agar tak lagi membuat Galung bahagia.

"Udah lewat juga, dan lo cuma dia buatin smoothies Lung, plis okey jangan lebay," katanya lagi menasehati.

"Lo ga tau aja gimana gedenya pengaruh cewe itu, Def," kata Arsyad yang berada di sebelahnya.

"Ya gue tau, tapi ga sampe senyum terus gini, nyengir-nyengir apa ga kram tu mulut?" Sarkas Defrik yang kali ini sukses membuat Galung menandang kakinya.

"Gue lagi seneng, bisa diem ga sih?" Katanya menatap Defrik tak suka.

"Dah lah, cape gue sama lo," kata Defrik memilih memainkan ponselnya.

"Calon kakak ipar nih, yang sopan yang sopan," ucap Galung percaya diri.

"Bang, sah kan kalau gue mukul dia detik ini juga?" Tanya Defrik melirik pada Arsyad yang hanya terbahak melihat berdebatan yang keduanya lakukan.

"Bucin banget anyink, hahahah" komentar Arsyad kali ini mengakui.

"Yakan, tuh dengerin, Lung," kata Defrik merasa ada teman mengejek Galung.

"Gue kaget sih, tiba-tiba denger crush Galung itu kakaknya lo."

"Semua orang kaget anjir Bang, emang kampret mereka berdua tuh," adu Defrik.

"Ga tau aja, susah banget gue nyembunyiinya anjiir, ga gampang," beritahu Galung membela diri.

"Bia juga pasti ga gampang nyimpennya."

"Ya lagian, backstreet segala."

"Bia yang mau, dari awal dia yang minta buat yaudah keep aja berdua gitu," jelas Galung lagi.

"Tapi gue ga nyangka aja dia beneran keep sampe sekarang."

"Dia masih ngejaga nama baik lo. Sumpah itu keren sih," komentar Arsyad yang di angguki Galung.

"Sakit yang gue kasih aja dia masih jaga gue. Kebayang ga gue kasih perhatian, bakal gimanaa anaknya?"

"Lo itu yang pertama buat dia, beneran spesial banget. Jadi jangan buat dia kecewa lagi gue mohon."

"Ga lah gila. Gue  ga akan pernah berhenti, dan kalo dah dapet ga akan gue lepasin sih, ga akan."

Defrik tersenyum senang, sebelum akhirnya mengambil jaket serta kunci mobilnya.

"Balik?"

"Yoi, gue jam segini takut di cariin."

Galung pun refleks mengikuti Defrik yang berdiri, dan memakai jaketnya.

"Pengen ikut," kata Galung tercengir lebar.

"Ga akan masuk gue, cuma mau di luar kaya biasa mastiin sendiri Bia udah tidur atau belum," jelasnya sebelum terkena amukan Defrik.

Namun sepertinya penjelasan Galung tadi lebih mengundang amukan dari cowok bergigi kelinci itu.

"Lo udah gila?"

"Ngapain anjjir?" Tanya Arsyad tak habis pikir.

"Apasih? Ini gue tiap ada waktu kalau ga ship malem gue emang suka gini, nungguin depan rumahnya sampe lampunya mati."

"Beneran gabut banget hidup lo, Galung Anggara," komentar Defrik yang tak habis pikir.

Mulanya saat Galung bercerita ia sering menunggui kakaknya di depan rumah itu adalah sebuah kebohongan, namun kini dengan mata kepalanya sendiri Defrik mampu melihat bagaimana Galung memang tulus tehadap Bia.

After Letting You GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang