17

248 45 0
                                    

🔉🔉kata lebah kecil, kakak-kakak yang baca jangan lupa klik bintang di pojok kiri ya,komen juga biar teteh semangat nulisnya hihi😋😋

Happy reading all,hope you enjoy 😘😘

🐝🐝🐝

Bia menepuk jidatnya pelan, baru teringat bahwa Eldo ingin menjenguknya nanti.

"Ya Allah Bia lupa, itu anak satu nanti juga katanya mau nengok di rumah Bun," katanya menjelaskan tanpa beban.

"Pas kamu di rumah sakit dia ga nengok?" Tanya Ayah penasaran.

"Nengok, itu makanan segitu banyak dari dia. Padahal liatnya aja udah kenyang banget," ucap Bia jujur.

"Terus nanti dia ke rumah kamu?"

"Tadinya, malah pengen anterin Bia ke rumah tau pengen jemput." Ucapan Bia memelan saat sadar perubahan Galung yang seketika menjadi diam seribu bahasa.

Diam-diam ia mengutuk mulutnya yang jika sudah bercerita tak mampu ia kontrol lagi, terbiasa bercerita hal sekecil apapun kepada orang tuanya membuat Bia lupa bahwa di sebelahnya ada Galung Anggara.

Ah, apakah Bia telah menyakiti hatinya? Tapi, sakit hatinya lelaki itu bukan tanggung jawab Bia bukan? Toh mereka juga tidak ada hubungan apapun.

Setidaknya, untuk sekarang.

Tapi kenapa rasanya Bia sangat takut menyakiti perasaan Galung? Haruskah ia akui bahwa ia sangat takut benteng kokohnya akan rubuh kapanpun jika terus seperti ini?

Bia menggeleng pelan, mencoba mengenyahkan semua pikiran itu, dan kembali fokus pada ponselnya.
Gadis itu mencoba memberitahu Eldo supaya tak usah menjenguknya hari ini karena sepertinya Bunda akan memaksa Galung untuk berdiam diri di rumahnya dulu untuk beberapa saat.

Setelah perjalanan yang terasa jauh bagi Bia, akhirnya mobil yang mereka kendarai berbelok ke daerah komplek rumah Bia. Lalu setelah sampai di depan rumahnya, gadis itu turun dari mobil untuk membuka pagar lebar-lebar. Memberi celah bagi mobil tadi untuk parkin cantik di halaman rumah Bia.

"Galung pokonya ikut makan dulu ya? Jangan dulu pulang," kata Bunda mengingatkan.

Galung mengangguk saja sebagai jawaban, lalu setelah memarkirkan mobilnya Galung turun di ikuti oleh Bunda dan Ayah.

Bertepatan dengan masuknya mereka, ada sebuah motor yang juga berhenti di depan rumah Bia. Setelah membayar ojek onlinenya, Defrik melangkah masuk ke sana.

Lelaki itu tercengir lebar saat semua pasang mata memandang heran ke arahnya.

"Hai," sapa Defrik polos.

"Loh kok Aa udah pulang lagi? Gimana pasiennya?" Tanya Bunda heran.

"Hehe aman Bunda, ternyata cuma butuh penanganan sebentar aja," jawab Defrik yang kini selesai mencium tangan kedus orang tuanya.

Lelaki itu menepuk pundak Galung sebelum akhirnya mendudukan diri di sebelah sahabatnya itu. "Thanks ya, Lung."

Belum sempat Galung membuka mulutnya untuk menjawab, suara Bia sudah lebih dulu terdengar. "Dih, kirain bakal lama," protes Bia merenggut sebal.

"Yaa gue juga ga tau bakal sebentar banget. Pas beres soalnya gue cari mobilnya udah ga ada," jelas Defrik.

"Yaudah, Bunda buat dulu makanan kalau gitu ya," ijin Bunda yang kini melirik ke arah Bia. " Teteh kalau lemes atau pusing tidur aja, mau di buatin apa sama Bunda?"

"Pengen yang pedas-pedas enak kali yah, Bun?" Tanya Bia yang tentunya langsung mengundang pelototan dari Bunda dan Galung.

Di tempatnya Ayah dan Defrik jadi terkekeh saat melihat Bia menciut begitu saja. "A, Galung sama Bunda mirip ya, sama-sama galak," bisiknya pada sang anak.

"Emang, lebih galak dari aku tau dia, Yah," jawabnya ikut berbisik.

"Teteh kamu mah tapi tetep aja bandel," kata Ayah. "Tapi kalo cowonya Galung lama-lama juga nurut dia."

"Ayah, Bia denger ya," ucap Bia merasa tak nyaman. Gadis itu mendelik ke arah sang Ayah dan Defrik yang jelas-jelas tengah membicarakannya.

Sementara yang mempunyai dosa hanya terkekeh polos, lalu keduanya saling berhighfive ria.

"Gimana mau ga galak kalau anaknya bandel kaya Teh Bia," komentar Bunda yang langsung di angguki Galung.

"Bener."

"Tuh makannya jangan bandel, Teteh," kata Defrik jadi menceramahi. "Ga enak nguras energi buat marahin orang yang di sayang tuh."

"Pengalaman ya lo," komentar Bia mendelik tajam.

"Haha iya Gema itu mirip banget kamu emang Teh, agak bandel sama suka buat orang lain khawatir."

"Paling jago dah kalian tuh bikin orang khawatir," kata Defrik menyetujui ucapan Bundanya.

"Udah ih udah. Bunda ayok katanya mau masak? Bia mau buat smoothies nya, pada mau kan?" Tanya Bia melirik ke arah mereka, ia lalu bangkit dan merangkul Bunda agar segera pergi ke dapur.

"Ga pusing kamu?" Tanya Bunda khawatir.

"Engga, I'm totally fine," jawabnya mantap.

Menurut saja, Bunda akhirnya pasrah saat di bawa Bia ke dapur.

"Mau masak apa ih?" Tanya Bunda kebingungan saat sudah sampai di dapur.

"Ada spaghetti Bun, buat itu aja." Bia kini membuka kulkasnya dan mengeluarkan sebungkus spaghetti juga bahan-bahan untuk membuat smoothies.

"Nih spaghettinya," ucap Bia mengulurkan satu bungkus spaghetti tadi pada Bundanya.

Lalu setelah itu keduanya sibuk dengan bahan-bahan di depan mereka, sampai Bunda melirik ke arahnya.

"Loh, tumben bikin yang stoberi? Biasanya mangga semua," kata Bunda sedikit heran.

Tapi sayangnya Bia hanya tersenyum. Diam-diam jadi merutuki dirinya karena tanpa sadar ia membuatkan minuman yang berbeda karena tau Galung menyukai segala sesuatu yang berbau buah merah ini.

"Bunda udah selesai?" Tanya Bia jadi mendekat.

"Udah, tinggal bawa ke depan, yuk," ajak Bunda yang melangkah lebih dulu.

Seringai kecil khas milik Defrik muncul begitu saja saat netranya menangkap satu minuman yang berbeda dari yang lainnya. Dengan tatapan berbinarnya, ia menyenggol lengan Galung pelan.

"Gue berani taruhan, Bia kasih lo yang rasa stoberi," bisiknya pelan.

Sementara Galung yang otomatis jadi melihat ke arah Bia hanya tersenyum tipis, tak berharap banyak bahwa gadis itu masih mengingat salah satu kesukaannya.

Namun pikirannya lenyap begitu Bia benar-benar menaruh gelas berwarna merah muda itu tepat di hadapannya tanpa kata, senyuman kotak itu tiba-tiba saja muncul. Mati-matian Galung menahan diri agar tak berteriak karena kegirangan.

"Teh, kenapa Galung aja yang di buatin rasa stoberi, kan gue juga mau," ucap Defrik benar-benar jahil.

"Berisik," kata Bia melotot kecil, mengancam agar adiknya itu diam.

"Oohh jadi itu khusus buat Galung," goda Bunda langsung menyambar juga.

"Thanks Bi, gue kira udah lupa sama rasa kesukaan gue."

Ucapan terakhir Galung itu mampu membuat Bia berdecak sebal, kenapa sih mulutnya sangat tak bisa diajak berkompromi sekali saja?

"Gue ambil lagi nih ya?" Ancam Bia benar-benar emosi.

Namun dengan cepat Galung mengambil gelas tersebut dan memangkunya.

"Kan gue cuma bilang makasih aja?" Protes Galung sudah mirip seperti anak kecil.

Membuat Bia mendelik kesal

After Letting You GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang