48

115 22 5
                                    

🔉🔉kata lebah kecil, kakak-kakak yang baca jangan lupa klik bintang di pojok kiri ya,komen juga biar teteh semangat nulisnya hihi😋😋

Happy reading all,hope you enjoy 😘😘

🐝🐝🐝

Bagi sebagian orang yang melihat Galung mungkin akan mengira lelaki itu sudah berlapang dada atas kepergian Ibundanya, bagi sebagian orang Galung terlalu cepat bangkit untuk seorang anak yang di tinggalkan orang tuanya dengan cara yang tragis.

Namun hal itu runtuh tepat di hari ke 3 kepulangan Ibu. Mungkin ia bisa mengelabui semuanya dengan tetap tersenyum dan bersikap konyol seperti biasa, namun sayangnya tubuh Galung sudah tak lagi mampu di ajak bekerja sama. Tubuhnya sudah tak bisa lagi berbohong bahwa setengah kekuatannya kini menghilang, hingga membuat lelaki itu ambruk begitu ia bersiap untuk pergi ke salah satu pasiennya.

Beruntung saja saat itu ada seorang perawat yang menuntunnya kembali ke sofa yang ada di ruangannya. Tidak, Galung tidak sepenuhnya kehilangan kesadaran. Tubuhnya hanya sudah tak lagi memiliki tenaga untuk bergerak, tubuhnya memberontak ingin di istirahatkan. Karena memang dari hari pertama kepergian Ibu, Galung begitu memaksakan tubuhnya untuk selalu melakukan hal apapun.

Ntah itu di rumah, ataupun di rumah sakit. Ia pasti akan menyibukkan dirinya sendiri 3 hari kebelakang ini.

Bukan tanpa alasan, Galung sengaja melakukan semuanya demi mengalihkan fokusnya. Karena jika sudah berdiam diri, maka ia akan kembali teringat dengan Ibu, ia akan kembali kacau dan menangis saat harus kembali ke kenyataan bahwa Ibu tersayangnya sudah pergi.

Anggap saja Galung belum ikhlas dengan kepergian Ibu, karena kenyataannya memang seperti itu. Tapi percayalah, merelakan tak semudah membayangkannya. Belum lagi rasa kecewanya dengan Ozzy dan Gian membuat hubungan geng Mundor jadi cukup renggang. Semua hal itu cukup membuat kepalanya berisik, dan Galung benci itu hingga akhirnya memilih menyibukkan diri seperti kemarin.

Dan puncak pemberontakan tubuhnya adalah siang ini. Kini ia hanya mampu mengatur nafasnya sambil memejamkan matanya erat-erat, tangannya juga tak lupa terus memijat pelipisnya dengan harapan peningnya akan hilang.

"Thanks Rin, saya udah ga apa-apa," Ucap Galung memberi kode agar perawat tadi tak usah mengkhawatirkan dirinya.

"Jadwal dokter Galung udah beres, dokter Galung sekarang bisa pulang terus istirahat di rumah," Kata Rina, perawat yang tadi menolongnya.

"Iya, tadi saya cuma mau cek pasien dulu sebelum pulang."

"Dokter beneran ga apa-apa? Muka dokter pucet, ga mau saya periksa? Atau saya panggilin dokter lain ke sini mau?" Tawar Rina masih terlihat khawatir.

Galung tersenyum sambil menggeleng. "Ga apa-apa, nanti kalau udah tidur aman ko. Makasih ya."

Barulah setelah itu Rina keluar, memilih mengalah pada partnernya yang keras kepala itu. Sementara Galung kini menyimpan gelas yang tadi di beri Rina perlahan, lalu dengan mata yang terbuka setengah ia menempelkan ponselnya di telinga.

"Ha-"

"Def, lo hari ini ga bawa mobil kan? Nanti balik pake mobil gue aja, soalnya gue mau balik pake ojol kayanya."

"Kenapa pake ojol?"

Demi Tuhan, Galung langsung otomatis membuka matanya dan mengambil ponsel yang tadi ia letakan di telinga dengan asal-asalan. Jantungnya cukup terkejut ketika bukan suara Defrik yang terdengar oleh rungunya, melainkan suara sang kekasih.

Tidak, dirinya tidak salah memencet nomer. Lantas mengapa yang mengangkat panggilan ini malah Bia?

"Eh, ada teteh pacar."

Terdengar kekehan kecil dari sebrang sana membuat Galung jadi otomatis tersenyum simpul juga.

"Kaget ya? Ini HP Defrik tadi di titipin ke aku, anaknya tadi di panggil perawat."

Untuk kedua kalinya Galung di buat terkejut. Jika penuturan Bia tadi benar, berarti gadis itu tengah berada di sini. Astaga, jangan sampai kekasihnya itu melihat Galung yang tengah berantakan seperti sekarang.

"Loh ke sini ko ga bilang-bilang aku?"

Galung mencoba memaksakan untuk bangkit, namun malah ringisan yang berhasil keluar. Sebelum itu juga ia mendengar Defrik yang bertanya siapa yang sedang kakaknya itu hubungi.

"Eh kenapa?"

"Kejeduk tadi kaki aku hehe."

Tepat setelah menyelesaikan ucapannya, pintu ruangan Galung terbuka lebar. Menampilkan Bia yang masih menempelkan ponsel di telinganya, juga Defrik yang menyusul di belakangnya.

Keduanya kompak mendekat ketika melihat Galung yang terlihat tak baik-baik saja. Namun lelaki itu malah tercengir bodoh dengan wajah pucatnya.

"Anjir pucet amat lo," Komentar Defrik.

Sementara Bia spontan mendudukan dirinya di samping Galung sambil mengecek keadaannya.

"Aman ko, ga apa-apa," Kata Galung sebelum Bia sempat membuka suara.

"Ga apa-apa ga apa-apa, tadi mau pulang pake ojol jadi gara-gara kamu sakit?" Tanya Bia memicingkan matanya.

Melihat Galung seperti maling yang tertangkap basah sukses membuat Defrik tersenyum simpul, ia yakin setelah ini Bia akan mengomelinya.

"Hehe, pusing yang, jadi balik pake ojol," Jawab Galung seadanya.

Mendengar jawaban jujur itu, Bia jadi menghela nafas. Ia melirik pada sang adik. "Tolong periksain dia bentar bisa? Abis itu baru gue bawa balik."

"Bawa balik banget, emangnya aku barang," Protes Galung.

Defrik mengangguk, menurut begitu saja tanpa banyak protes, pun Galung yang memilih pasrah ketika sahabatnya mengecek keadaannya kini.

"Kecapean dia, belakangan ini jadwal lo emang padet banget ye?"

Galung hanya mengangguk pelan, sementara Bia jadi menghela nafas. Ia ingin marah namun tak tega juga melihat wajah Galung yang terlihat amat lelah.

"Aku tau kamu sengaja padetin jadwal kamu supaya perhatian kamu ke alihin, aku tau dan aku ga larang kamu. Tapi plis, jaga kesehatan kamu juga. Jangan sampai drop kaya gini."

Galung mengangguk sambil mengusap pelan kepala Bia, padahal ia sudah siap jika kekasihnya itu akan mengomelinya panjang lebar. Namun syukurlah kali ini Galung berhasil lolos dari omelan itu.

"Iya sayang, ga akan. Maafin udah buat khawatir."

~~~

Bia memiringkan kepalanya, memperhatikan wajah tampan sang kekasih yang kini sedang terlelap. Lihatlah wajah itu, begitu polos jika sedang tertidur seperti ini. Lengkung di bibir Bia terbit begitu saja, dahulu awal mereka kembali bersama Galung merawat Bia yang ternyata kembali tumbang. Dan kini giliran dirinya yang menjaga lelaki itu.

Benar, sudah sepatutnya Galung beristirahat total. Bia paham betul alasan di balik kesibukan itu, ia paham bagaimana Galung mencoba mati-matian untuk mengusir seluruh suara berisik di kepalanya. Bia juga paham bagaimana hancur dan lelahnya Galung. Karena di depannya, Galung benar-benar tak menutupi apapun. Kekasihnya itu benar-benar menjadikannya sebagai rumah, dan Bia amat bersyukur atas hal tersebut.

Biarlah Galung melepas topengnya untuk sementara jika sedang bersamanya, biarlah lelaki itu membohongi semua orang dan hanya jujur kepada Bia saja.

"Anak hebat, makasih udah bertahan ya? Makasih udah ijinin aku ada di proses bangkitnya kamu, ayo cepet sembuh, aku sedih liat kamu sakit gini," Lirih Bia saat itu




🐝🐝🐝

Lg agak melow tapi serius mau ucapin banyak makasih buat yang selalu nyempetin hadir, kasih vote bahkan komen dan nunggu ceritaku 😭
Maafin kalau ceritaku kadang ga ngefeel dan aku kadang ilang-ilangan. Tapi aku sayang banget sama kalian tauuu😭😭 makasih banyak yaaa😭🐝💜🐝💜🐝💜🐝

Aku ada rencana mau tamatin mereka, gimana kalo aku update tiap hari? Tapi janji tinggalin jejak ya bole? 🥺

After Letting You GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang