8.

322 49 5
                                    

🔉🔉kata lebah kecil, kakak-kakak yang baca jangan lupa klik bintang di pojok kiri ya,komen juga biar teteh semangat nulisnya hihi😋😋

Happy reading all,hope you enjoy 😘😘

🐝🐝🐝
"Gue harap lo ga pernah ngebentak orang lain kaya tadi lagi. Meskipun lo khawatir tapi lo harus sadar posisi lo."

Perkataan Bia, tak ada emosi di dalamnya. Gadis itu berucap dengan nada yang datar, sangat datar membuat Galung seolah tertampar.

Lelaki itu menatap Bia dengan memelas, seolah memohon agar gadisnya itu mengerti mengapa ia sampai lepas kendali. Tatapannya semakin lama semakin menyayu, menatap Bia yang kini perlahan melepas genggamannya di tangan Bia.

"Nunggu apa lagi? Bukannya gue pasien kritis?" Tanya Bia sarkas.

Pusing di kepalanya sesungguhnya sudah tak mampu ia tahan lagi, dan sialnya baru saja ia melangkahkan kakinya. Kepalanya berdenyut keras, pandangannya semakin lama semakin memberat sampai akhirnya semuanya menjadi gelap.

Dengan gesit Galung yang berada di sisinya menangkap gadis tersebut, jelas ia panik. Dengan tergesa ia mengangkat Bia dan membawanya ke ruang ICU dan segera memberinya penanganan.

Beberapa saat kemudian, Galung hanya bisa menunggu di luar karena Bia di tangani oleh dokter lain. Untung sekali jadwalnya kali ini sudah tidak padat, karena akan sangat bahaya jika ia harus berjaga dengan keadaan pikiran yang sedang kalut seperti ini.

"Galung," panggil seseorang dari arah barat membuatnya otomatis mendongak.

Di sana ada Defrik dan Shila yang mendekat ke arahnya. "Teteh mana? Udah balik?" Tanyanya sambil celingukan mencari sosok sang kakak.

Perasaannya tidak enak begitu melihat Galung yang berada di depan ruang ICU.

"Di dalem," ucapnya singkat.

Baik Defrik ataupun Shila, keduanya sama-sama membolakan matanya.

"Ken-"

"Trombosit dia..,jauh jauh jauh di bawah normal, dia kritis makannya gue langsung bawa ke ICU," Jelas Galung menjelaskan terlebih dahulu sebelum Defrik bertanya.

Sedangkan lelaki kelinci itu mengusap wajahnya kasar. Sial, dia kecolongan kali ini.

"Gue ga habis pikir kakak lo masih mikirin ulangan di sekolahnya, sedangkan posisinya dia lagi ga baik-baik aja. Kritis malah," adu Galung jadi teringat perdebatannya tadi dengan Fabia.

"S-sorry, gue harus visit pasien kebetulan. Gue duluan gak apa-apa?" Tanya Shila menyela, sejujurnya merasa tak enak juga, tapi sungguh ia sudah telat untuk menjenguk pasiennya ini.

Galung dan Defrik kompak mengangguk.

"Nanti gue jenguk teh Bia kalau jadwal gue udah kosong," ucap gadis itu sebelum benar-benar pergi.

"Iye, tiati lo," pesan Galung.

Dan setelah Shila tak nampak batang hidungnya, saat itulah Defrik mendudukan diri di sebelah Galung. "Gue kecolongan, dari kemarin Bia sakit gue pikir dia udah sehat gara-gara kemarin ngeyakinin banget gayanya kaya orang sembuh."

Defrik menghela nafas kasar. "Harusnya gue dari waktu itu gusur dia ke sini sih," omelnya ntah kepada siapa.

Sedangkan di sisinya Galung menunduk, rasa bersalah dan khawatirnya sekarang bersatu membuatnya kesal.

"Gue tadi bentak dia lagi," ucap Galung lirih.

"Gue baru dua kali nampakin diri di depan kakak lo, tapi setiap gue ketemu gue malah ngebentak dia," lanjutnya lagi.

After Letting You GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang