56

92 12 0
                                    

Haii hehhee. Buat sahabat lecil tinggalin jejak bolee? Ntar kalo update ini komennya lbh dari 7 + vote banyak aku janji besok sore/malem update lagii hihiii mwahh💜🐝💜🐝

Bantu follow dan mampir juga ke ceritaku yg lain ya sahabat lecil💜💜💜

🐝🐝🐝

Hari ini, baik Bia atau Galung sepakat untuk saling menghabiskan waktu dengan sahabat-sahabat mereka. Katanya, 2 hari sebelum hari H adalah waktunya dengan teman terdekatnya, sementara 1 hari sebelum hari H adalah milik keluarga mereka.

Maka, sejak tadi Bia sudah menyulap rumahnya agar lebih rapih dari biasanya. Dan rumahnya jadi lebih ramai sejak beberapa saat yang lalu karena ke 6 sahabatnya sudah berkumpul saat ini. Jika di ingat lagi pendekatan mereka berawal dari pasangan masing-masing yang juga terkumpul dalam 1 geng, dan berakhirlah mereka juga jadi membuat geng versi wanita. Bia tentu bersyukur mendapatkan sahabat sebaik mereka, bahkan tak ada sedikitpun dalam bayangannya bahwa mereka bertujuh akan sedekat ini.

Shila yang saat itu tengah bersender pada Bia jadi tercengir saat Aruna meletakan hasil makanan yang sudah di buat Gema, Radin dan Dias di meja makan. Gadis itu langsung duduk tegak sambil mengulurkan tangannya ingin mencoba cookies yang tadi mereka buat. Memang sebelumnya sudah sepakat jika tim juru masak adalah Gema, Dias dan Radin. Sementara sisanya bertugas untuk mencuci piring dan bersih-bersih agar mereka bisa mengobrol dengan nyaman.

Tangan Shila yang terulur untuk mengambil 1 cookies otomatis di tahan oleh Bia saat itu, belum lagi pelototan dari Aya yang berada di belakang Aruna kian membuatnya menciut.

"Galak banget teteh teteh ini," Sungutnya dengan bibir yang cemberut lucu.

"Tunggu yang lain duduk dulu anjir, tuh mereka udah selesai ko," Kata Aya memberitahu.

"Iya, tunggu sebentar lagi ya Sil hahahaa, sabar."

Benar saja, tak butuh waktu lama, ketiga juru masak itu mendekat ke arah mereka dengan beberapa makanan yang memang sudah mereka buat.

"Gue mauu, sumpah ini cookies lo lambai-lambai minta di makan dari tadi," Kata Shila langsung mengambil 1 cookies itu dengan senang, sayangnya detik selanjutnya ia sudah membola. Merasa panas cookies itu langsung membakar lidahnya.

Kontan saja hal itu mengundang tawa dari seisi penghuni rumah itu, terutama Bia, Gema dan Radin yang melihat jelas bagaimana wajah Shila yang membola tadi.

"Demi apapun cape banget anjiir, napa sih Shila lo tuh?" Kata Gema menggelengkan kepalanya tak paham.

"Berdoa dulu makannya, jangan main hap aja," Sungut Dias sambil terkekeh kecil.

"Mana sempat, lapar keknya dia hahaha," Tempal Bia.

"Nih, makan yang ini dulu udah anget." Memang hanya Aruna yang sedikit memiliki hati nurani, karena lihatlah gadis itu kini mengulurkan 1 buah dimsun pada Shila.

"Buatan Mba Dias ya? Gue mau nyoba, tadi belom," Serobot Gema menerima garpu yang tadi di ulurkan Aruna, membuat Shila mendelik sebal ke arahnya.

"Hahahha, engga engga, nih aaaa, buka mulutnya," Perintah Gema yang bodohnya di turuti Shila. Dan berakhirlah makanan itu di mulut Shila.

"Enwak," Ucapnya sambil memberikan tanda 2 jempol pada mereka.

Aya menggelengkan kepalanya, lalu ia melirik pada Bia. "Gimana nih, calon manten. Deg-degan ga?"

"Mules Mba kalo harus jujur mah," Jawab Bia dengan kekehan kecil.

"Relate, gue juga pas dulu gitu anjir. Kaya, aduh ini beneran? Mimpi ga sih? Hahaha."

"Hahaha iya bener. Gue sebagai kakaknya Defrik ga pernah berani bayangin lo bakal nikah sama dia."

"Mana kalian ngebalakin kita-kita yang tua lagi," Ucap Aruna menyauti ucapan Bia tadi.

"Ekhem, gue juga sebagai kembaran Galung ga ngira Bia bakal mau nerima dia lagi." Ucapan Dias barusan di akhiri dengan tawa dari semuanya.

"Bener, dulu gue sampe susah nenangin ade lo Teh. Dia kesel setengah mampus."

"Kata cowo gue juga dia banyak di nasehatin sama abang-abangnya. Terus dia bakal ciut kalau Bang Ozzy sama Defrik udah natap dia dingin."

"Tapi demi apapun, gue juga ngeri sama tatapan dingin cowo lo Mba," Kata Radin yang di angguki oleh Gema dan Aruna.

"Si Gema ngangguk, padahal lakinya juga serem," Celetuk Shila tanpa beban.

Bia tersenyum, hatinya menghangat tak kala menyadari ia di kelilingi oleh orang-orang baik seperti mereka ini. Ntah harus bersyukur seperti apa, ntah harus mengucapkan terimakasih seberapa sering ia pada semesta yang telah mengirimkan kebahagiaan ini bagi Bia.

"Gue tuh mau tanya gimana persiapannya. Tapi gue udah sering nanya dan jawabannya tetep sama. Yaitu-"

"Aman ges," Ucap mereka serempak memotong ucapan Aya tadi.

"Hahaha, Alhamdulillah emang semuanya aman. Berantem-berantem kecil mah biasa ga sih? Kaya cekcok dia pengen ini gue pengen itu, terus atau kaya pas prewed." Bia melirik sebentar pada Dias. "Kakak lo ya Mba, masa pengen di dalam kandang burung yang gede, duh anjrit rasanya pengen gue tinggal ajaa dah si Galung."

"Geblek, cape banget ya Allah. Begimane ceritanya anjir Teh?" Tanya Shila kepo.

BIA POV

Ingatan saya kembali di tendang pada beberapa bulan lalu, saat dimana saya dan Galung merencanakan untuk melakukan prewedding di sebuah tempat di daerah Lembang. Tempat itu outdoor dan jujur saya langsung jatuh cinta pada saat pertama kali melihatnya. Saat itu semula berjalan lancar, setidaknya sampai Galung menemukan sebuah tempat yang memang belum kami jamah sama sekali. Di sama, memang ada tempat yang mirip seperti kandang burung yang cukup besar. Dan dia, merengek ingin berfoto di situ. Benar, lelaki berusia kepala 3 itu merengek layaknya anak 5 tahun yang ingin membeli permen.

"Ada tempat tuh yang ga kita jamah, karena emang rencananya ga akan sampai ke bawah gitu loh. Karena buat gue tempat yang gue sama dia pilih di awal aja bagus banget. Bener deh, pas nemu tempat itu matanya langsung berbinar, kayanya abis nemu harta karun."

Saya menjeda kalimat saya, sekilas memandang wajah teman-teman saya yang terlihat antusias mendengarkan. "Terus lo tau? Dia ninggalin gue, brengsek. Dia beneran ngirbrit, dan gue mau ga mau ngikut dia dong. Terus dia ngerengek pengen di poto di sana. Di kandang burung yang jumbo."

"Pantes, dia waktu itu bilang nemu kandang gede banget. Terus ngajak gue sama Bapak buat ke sana. Katanya Bapak kudu di poto di sana," Beritahu Dias.

"Mba, ntu kandang di atas, kaga bisa di taekin anjir, itu kaya hiasan doang." Saya menggeleng kecil sambil terkekeh. Galung ini, memang sesuatu sekali. "Terus kalaupun bisa yah, masa dia mau gue sama dia kaya di kurung, ga banget anjir. Mana gue pobia ketinggian kan, emang kampret."

"Heh gitu-gitu juga calon laki lo Bia," Peringat Kak Aya pada saya. Ya, memang benar sih, mau bagaimana pun Galung lah yang saya pilih sebagai rumah terbaik bagi saya.

"Terus..., pernah sekali gue ketemu Sintia," Ucap saya membuat mereka langsung membola.

🐝🐝🐝

Haahahaha hayoo, kira-kira ketemu Sintia ngapain?

After Letting You GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang