14

278 48 0
                                    

🔉🔉kata lebah kecil, kakak-kakak yang baca jangan lupa klik bintang di pojok kiri ya,komen juga biar teteh semangat nulisnya hihi😋😋

Happy reading all,hope you enjoy 😘😘

🐝🐝🐝

Di tempatnya Bia sama sekali tak membuka suara, bahkan ia sama sekali tak menatap ke arah Galung yang kini sedang menatapnya dalam.

Bia tak sudi menatapnya, ia tak siap hatinya semakin berantakan. Ia tak siap menerima serangan dari Galung yang bisa kapan saja meruntuhkan dinding yang di bangunnya dengan susah payah.

"Lucu ya, dulu gue yang menjauh dari lo Bi, tapi sekarang gue ga tau diri malah mendekat lagi ke lo." Galung tanpa sadar sudah meremas tangannya sendiri. Menahan rasa sesak yang menderanya.

"Gue emang brengsek banget ya?" Lanjut Galung masih berusaha membuat Bia berbicara, atau setidaknya melirik ke arahnya.

Tapi angan tetaplah angan belaka, kenyataannya Bia sama sekali tak menoleh, masih mempertahankan wajah dinginnya yang menatap sembarang arah.

"Bia.., gue harus gimana? Gue kesiksa," lirih Galung. Kalimatnya barusan sangat menyiratkan bahwa dirinya benar-benar tersiksa.

Siapapun yang mendengar kalimat itu pasti akan ikut merasakan apa yang Galung rasakan, termasuk Bia. Dia tidak buta, hatinya masih berfungsi dengan baik. Ia mampu menangkap itu semua dengan jelas, sangat jelas malah. Kini ia memejamkan matanya, mencoba menata kembali kepingan bentengnya yang terpukul telak oleh kata-kata Galung tadi.

Jika bisa, jika saja Bia sanggup ia ingin sekali memeluk Galung dengan sangat erat. Ingin sekali Bia berteriak padanya bahwa Bia masih menyimpan nama Galung di hatinya. Memberitahu Galung bahwa dirinyalah pemenang hatinya hingga saat ini. Namun sisi lain dirinya masih lebih mampu mengendalikan hati Bia, masih mampu membuatnya tetap bungkam seribu bahasa.

"Gue ga tau, kenapa gue pernah sebodoh itu, ngelepas, bahkan ngedorong perempuan sebaik lo. Parahnya lagi gue berkali-kali ngelakuin itu." Galung tak berhenti di sana, dia masih terus melanjutkan semua yang ada di hatinya.

Dan gue ga tau kenapa gue juga sebodoh ini masih nyimpen nama lo sebagai pemenang hati gue.

"Harusnya gue ga balik sama dia kan? Harusnya gue ngejar lo lebih cepat kan? Bukan jadi pengecut kaya beberapa tahun terakhir."

Dan harusnya gue ga pernah ngejar lo saat itu, seharusnya gue ga berkali-kali jatuh bangun ngejar lo buat jagain hati gue.

Andai Galung tahu, bahwa Bia selalu menanggapi kata-katanya dalam diam, sibuk bergelut dengan dirinya sendiri. Andai Galung paham, hal ini juga menyiksa Bia. Bukan hanya Galung di sini yang tersiksa.

"Nyatanya sekarang gue udah kena batunya, sekarang gue yang tergila-gila sama lo, selalu cari tahu tentang lo, apa aja kegiatan lo, gimana keadaan lo. Bahkan pas Defrik suruh gue menjauh gue beneran setakut itu," ucap Galung mengecil di akhir kalimatnya.

Galung tak tahu saja, Bia kini sedang tersenyum sinis, menertawakan kisahnya yang benar-benar seperti dalam drama.

Nyatanya kehadiran lo masih jadi hal yang paling gue tunggu, dan gue sukai, Galung.

"Tolong.., kasih gue kesempatan, Bia. Gue mohon," ucap Galung penuh harap.

Bia kini terkekeh sini, gadis itu lalu menatap tepat ke mata Galung dengan mata kucingnya. "Cuma orang stress, yang langsung ngasih lo kesempatan terakhir.., setelah semua yang udah lo lakuin."

Galung mengangguk, mengakui semua yang di ucapkan Bia tadi. "Tapi bodohnya, gue berharap lo salah satu dari orang-orang stress itu."

Galung kembali tersenyum kecut saat melihat Bia hanya melengos malas, tak lagi menanggapi ucapannya. Tapi tidak apa, setidaknya Bia menanggapi ucapannya. Itu berarti Bia masih mendengar seluruh ocehan Galung tadi. Tapi bodohnya Galung tak menangkap arti tersirat dari kata-kata Bia tadi, kata-kata tersirat yang menandakan suatu hari besar kemungkinan ia akan kembali menerima Galung.

"Lo ga kangen gue?" Tanya Galung lirih, kepalanya terangkat untuk menatap Bia yang malah terlihat tidak sudi untuk membalas tatapannya.

"Gue kangen banget sama lo," lanjut Galung.

Kangen, gue selalu kangen sama lo dan ini nyiksa gue.

Bia kemudian menoleh, menatap tepat ke mata Galung membuat pandangan mereka bertemu.

"Gue mau istirahat, lo ganggu gue," ucap Bia membuat Galung jadi otomatis menunduk.

Ingin sekali rasanya Galung protes pada Bia, kenapa senang sekali mengusirnya. Namun ia juga sadar bahwa yang ia lakukan dahulu jauh lebih kejam dari yang Bia lakukan sekarang. Rasanya Galung juga ingin menjelaskan bagaimana sulitnya ia menemukan waktu yang pas untuk memulai percakapan dengan Bia, bagaimana lamanya Galung mengumpulkan keberaniannya untuk berhadapan dengan Bia. Gadis yang pernah ia sia-siakan keberadaannya.

"Tidur aja, gue juga di titipin Defrik kan?" Kata Galung beralasan. Padahal ia hanya benar-benar tak ingin pergi. Galung ingin sedikit lebih lama dengan Bia, memandang wajah gadisnya yang memiliki mata kucing yang sangat indah.

"Gue tungguin ya?" Pinta Galung lembut.

Sementara itu, Bia sibuk memutar otaknya memikirkan bagaimana caranya agar Galung mau keluar dengan sukarela. Karena semakin lama dengan Galung nyatanya Bia merasa sesak dan juga tak tenang, karena pikiran dan hatinya terus berdebat hebat.

"Lo ga ada kerjaan apa? Urus pasien lo aja," usir Bia masih berupaya sekali lagi.

"Buat sekarang pasien gue lo." Galung tersenyum hangat, menampilkan senyum kontak yang terlihat begitu lucu.

Senyum lo, masih tetep sama, Lung.

"gue serius, lo mending kerja, gue bisa sendiri," titah Bia sekali lagi mencoba mengusir Galung.

🐝🐝🐝

Ga tega sejujurnya sama Galung, cuma yang gitu harus di uji dulu supaya tau rasanya berjuang😣

Mohon bersabar kapal Galung Bia yaa hehehehee

Marie berpegangan yang erat sahabat lecill😘🐝

After Letting You GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang