29

158 27 0
                                    

Bia yang tengah fokus pada laptop yang ada di hadapannya terpaksa harus menghentikan kegiatannya saat ponselnya berdering. Bia sempat diam beberapa saat begitu melihat nomer tersebut adalah nomer asing yang menghubunginya, namun pada akhirnya tetap ia memilih mengangkat panggilan tersebut.

"Halo?"

"..... "

"Hah? O-oh iya tunggu Mas, saya ke bawah sebentar."

Setelah panggilan tersebut berakhir, Bia cepat-cepat mengecek ponselnya. Memeriksa apakah ia tanpa sadar makanan, karena ternyata tadi yang menghubunginya adalah kurir yang mengantar makanan atas nama dirinya.

Namun nihil, ia juga sempat berfikir bahwa itu bisa saja dari Defrik. Tapi sekali lagi itu tak mungkin, mengingat sang adik yang menyebalkan itu sudah jelas pasti akan memberitahu dirinya jika ia memang memesankan makanan untuk Bia.

"Kak, mesen makanan?" Tanya Bia melirik pada Aya yang memang sedang menginap di rumahnya ini.

Aya yang di beri pertanyaan itu lantas mengangkat alisnya tinggi-tinggi. "Kaga Bi, kenapa gitu? Mau mesen makanan? Laper lo?" Tanya Aya memastikan.

"Kaga, itu ada mang gojek di bawah anterin makanan padahal gue ga pesen?" Jawab Bia dengan nada bingung.

"Aturannya kalo kaya gitu ya lo ke bawah ga sih Teh? Bukannya malah diskusi sama kita di sini," Saran Shila yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Lah bener juga." Dengan panik, Bia langsung lompat dari kursinya dan berlari kecil ke bawah.

"Aduh mangg, maafin malah ngebug dulu gue nyaa hahaha," Monolog Bia yang masih bisa di dengar oleh Aya dan Shila di kamarnya.

Keduanya terkekeh kecil, kepalanya juga menggeleng samar merasa geli jika Bia sudah mode seperti itu.

"Kak, itu dari Galung ya?" Bisik Shila saat Bia sudah tak terlihat oleh netranya.

"Yes, dia yang pesenin. Tau anaknya lagi lembur ngejar laporan soalnya," Jawab Aya seadanya. "Nih anaknya tadi nanyain juga soalnya kita mau apaan. Yaudah gue jawab pengen mixue yekan terus gue minta kebab kesukaan lo juga, tekor tekor dah anaknya haha."

Aya menjawab sambil menunjukan isi chatnya dengan Galung saat itu, membuat Shila jadi tersenyum senang. "Demi apasih dia baik banget kalo ada urusan sama Bia, giliran di RS ngeselin naudzubillah."

"Ya gimana Shil, bucin mah susah."

"BANYAK BANGET GILA!"

Baik Shila ataupun Aya, keduanya sama-sama bungkam begitu Bia mengeraskan suaranya sambil berlari kecil. "Liat anjiir, banyak banget."

Benar saja, Bia kembali dengan 3 kantong keresek yang di bawanya. "Fiks sih, ini kayanya Defrik yang mesenin. Atau kalau bukan dia, siapapun itu bener-bener berniat buat gue gendut sialan."

Meski mendumel seperti itu, Bia kini mendudukan dirinya sambil mengeluarkan isi dari 3 keresek yang ia bawa tadi. Di sana ada bola ubi kesukaannya, eskrim yang tadi Aya pesan dan kebab langganan Shila. Galung benar-benar membelikan semua itu. Jangan lupakan cemilan dan beberapa minuman juga yang ia belikan untuk Bia.

Sayang saja, pikiran Bia sama sekali tak sampai kepada lelaki itu. Atau lebih tepatnya ia menolak memikirkan ke arah sana, sudah cukup. Ia tak lagi ingin di permainkan oleh Galung untuk ke sekian kalinya.

"Tau gitu ya di sini ada tiga umat, cenayang banget lo, buru nih ambil satu-satu, " Lanjut Bis dengan senyum tipis di bibirnya.

"Asikk, inimah lo yang pesen ga sih Teh," Canda Shila.

"Ga ada sumpah haha, Eldo kali ya? Tapi biasanya dia kalo gini langsung anter ga pake mang gojek."

Mari ucapkan bela sungkawa untuk Galung, karena otak Bia benar-benar memblokir agar nama tersebut tak terucap meski hanya sekali.

"Dari pada mikirin itu, makan aja ga sih? Gue ngiler liat mixue nya," Tutur Aya sambil tangannya terulur untuk mengambil eskrim tersebut.

"Lo, kapan ga bosen sama eskrim itu sih? Herman."

"Eh Teh, itu ada note nya. Coba baca," Titah Shila.

Bia yang tengah menyiapkan eskrim itupun menurut begitu saja, mengambil note yang sepertinya sengaja di tempel di tempat bola ubi.

Kunyahannya seketika berhenti, eskrim yang tadinya terasa begitu nikmat juga jadi tak lagi begitu menarik minatnya. Karena pikiran Bia tiba-tiba saja di tarik paksa pada kenangannya dulu dengan Galung. Saat mereka tengah dekat-dekatnya, saat Galung benar-benar menjaganya dan tak membiarkan genggamannya lepas meski hanya beberapa saat.

Rindu itu tiba-tiba merayap naik, membuat sesak yang menyebalkan.

"Apa katanya apa?" Tanya Shila yang mendekat, kepo ingin tahu apa yang Galung tulis di sana.

"Makanan dari guenya di makan ya bii, seengganya makanan itu ga salah kaya gue. Semangat lanjutin laporannya." Dengan senang hati Shila membacakan note itu cukup nyaring, membuat keadaan hening untuk beberapa saat.

"Ko hening, jangan hening anjirr," Protes Bia yang sudah kembali dari lamunannya. Ia lantas melanjutkan acara makannya dan tampak tak terganggu.

"Apa? Kenapa?" Tanya Bia acuh tak acuh.

"Ga mau bilang makasih gitu lo sama si Galung? Itu dari dia kan?" Aya bertanya, berharap Bia akhirnya mau mengubungi lelaki itu.

"Ga mau, ga punya nomernya juga dan ga ada niat juga," Final Bia masih terlihat biasa saja.

"Sebenernya hubungan lo sama Galung tuh apa Teh? Dia bilang katanya ke kak Aya waktu itu mantan lo?"

Bia menghela nafas, benar juga ia tak pernah bercerita secara gamblang pada siapapun. Dias, Gema atau teman-temannya Galung yang tahu atas cerita ini bukanlah dari mulut Bia. Lelaki itulah yang menceritakan kisah mereka dulu.

"Bukan mantan, tapi kami pernah deket, saling jaga satu sama lain, saling kasih kenangan. Pas satu langkah lagi kita mau ke pacaran dianya balik sama mantan dia. Mantan dia itu, sahabat gue. Terus yaudah gue ngejar dia tapi dianya menjauh, dan here we go. Gue yang mati-matian ngubur perasaan yang terlalu dalam itu harus berhadapan lagi sama dia yang sekarang ngejar gue. Gue yang dulu di paksa buat bangkit sendirian, ga akan gampang nerima Galung sekarang. Percayanya gue udah surut banget mau gimana juga," Jelas Bia secara singkat.

"Kalian tau ga sih yang lucunya apa? Dia sama mantannya itu dateng di saat yang barengan, kalo dulu siklusnya gue ngejar Galung, Galung ngejar sahabat gue sekarang sahabat gue ini yang ngejar Galung tapi dianya ngejar gue. Lucu banget kan dunia." Bia tersenyum tipis.

"Plot twist nya, sahabat gue ini sekarang satu kerjaan sama gue," Lanjut Bia.

Aya kontan mengerutkan keningnya. "Siapa anjir?"

"Sintia," Jawab Bia dengan tenang.

🐝🐝🐝

SELAMAT MALAM MINGGUUU, SEMOGA CERITA YG DI BAWA LECIL INI BISA NEMENIN KALIANNN AYANGIEEE🐝💜🐝💜🐝🐝🐝

After Letting You GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang