45

127 13 3
                                    

🔉🔉kata lebah kecil, kakak-kakak yang baca jangan lupa klik bintang di pojok kiri ya,komen juga biar teteh semangat nulisnya hihi😋😋

Happy reading all,hope you enjoy 😘😘

🐝🐝🐝

Apakah Galung berbicara bahwa harinya terlalu berjalan sempurna belakangan ini? Semuanya bukanlah bualan belaka, semuanya amat membahagiakan sampai Galung lupa jika semesta kerap kali bermain-main dengan manusia. Ia melupakan jika masalah bisa saja singgah dan berlaku kapan pun. Tak kenal tempat dan juga waktu, persis seperti sekarang.

Seluruh tubuhnya bergerak tanpa mampu ia tahan, pun dengan air mata yang lolos begitu saja membasahi pipinya. Tadi, begitu ia selesai dan ingin beristirahat setelah menyelesaikan tugasnya tiba-tiba Galung mendapat kabar bahwa Ibunya tertabrak dan kini tengah di bawa ke rumah sakit. 3 detik pertama tubuhnya membeku, seolah tengah menimang apakah berita itu benar atau tidak. Namun di detik ke 4 kakinya melangkah dengan langkah besar, perlahan tapi pasti pandangannya mengabur karena di pelupuknya ada banyak air mata yang lama kelamaan mulai turun.

Saat itu langkah Galung terhenti karena Defrik menahannya, ntah dari mana lelaki itu datang, yang jelas kini Defrik tengah berusaha sebisa mungkin untuk menahan pergerakan Galung. Sementara di sisi lain, ternyata Ibu tengah bersiap di beri pertolongan oleh Dias.

"Lung, Lung, udah stop. Percayain ini sama Dias." Defrik terus mengulangi ucapannya, meski tahu itu tak akan membuat Galung langsung terdiam.

"TAPI GUE ANAKNYA, GUE MAU OBATIN IBU GUE," balas Galung berteriak karena terus di tahan, sementara sang Ibu sudah kian menjauh. Ayolah, Galung hanya ingin menolong apa susahnya?

"LO MAU NOLONG ORANG TUA LO? COBA LIAT KONDISI LO SEKARANG, GA MUNGKIN LO NOLONG MEREKA," tak di sangka, ternyata Defrik balas membentak Galung. Berharap temannya itu sadar dan menunggu di sini bersamanya. Karena Galung saat ini terlihat tak baik-baik saja, bahkan pandangannya pun kosong. Lantas bagaimana ia bisa menolong Ibunya?

"Percaya sama Dias, lo tau kemampuan cewek itu, kan?" Ucap Defrik menurunkan nada suaranya.

Galung tak menjawab, mulutnya masih bungkam dengan wajah panik yang tak bisa ia sembunyikan. Tapi setidaknya lelaki itu kini tak brutal seperti tadi.

Defrik perlahan menarik Galung untuk menunggu dan duduk di kursi yang ada di sana, lelaki itu juga sempat pergi untuk membeli minum untuk sahabatnya ini. Kepalanya terus menunduk dengan tangan yang sedikit gemetar, demi Tuhan Galung begitu takut saat ini. Tak ada yang mampu membuatnya mengangkat kepala kecuali suara Bapak yang tak lama menyapa rungunya.

Ah, ternyata Bapak datang bersama Arsyad. Keadaan lelaki paruh baya itu tak kalah kacau dengannya saat ini.

Tak ada yang membuka suara, baik Galung, Bapak, Arsyad atau Defrik semuanya bungkam. Sampai akhirnya  Ozzy keluar, membawa suatu kabar yang sebenarnya tak pernah ingin mereka dengar.

Ya, 30 menit yang terasa amat mencekik itu akhirnya di akhiri dengan kenyataan menyakitkan. Kenyataan pahit yang terasa seperti mimpi itu menghancurkan dunianya dalam sekali pukul, membuat goresan yang sama sekali tak pernah Galung sangka akan menyakitinya.

Air mata yang sejak tadi sudah membasahi pipinya itu kian turun semakin deras, tanpa kata Galung melangkah mengekori Bapak yang sudah lebih dulu menghampiri Ibu. Kedua lelaki itu sama kacaunya, keduanya tak ada yang baik-baik saja begitu mereka melihat tubuh Ibu yang sudah terbujur kaku di hadapannya.

Galung mengusap air matanya, mencoba menguatkan diri begitu sadar Bapak tak mampu menahan gemetar di tubuhnya saat ini.

"Kita yang kuat ya Pak? Ikhlasin Ibu, hm?" Bujuk Galung dengan suara yang begitu lirih.

After Letting You GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang