22

290 37 0
                                    

🔉🔉kata lebah kecil, kakak-kakak yang baca jangan lupa klik bintang di pojok kiri ya,komen juga biar teteh  semangat nulisnya hihi😋😋

Happy reading all,hope you enjoy 😘😘

🐝🐝🐝

Dengan sedikit tergesa, Defrik menghampiri Bia. Niatnya ingin melindungi sang kakak, namun pergerakannya terhenti begitu melihat Bia mengangkat tangannya. Memberi kode agar Defrik tak perlu melakukan apapun.

Gadis itu malah tersenyum pada Sintia, senyum yang tak kalah ramah namun jelas menatap Sintia dengan remeh.

"Hai juga, Tia."

"Apakabar Bi? Masih waras kan setelah di tolak Galung?" Tanya Sintia dengan polosnya.

Demi Tuhan jika saja ini bukan di sekolah, jika saja Bia tak menatapnya dengan tajam untuk memperingati. Defrik jelas pasti sudah maju untuk memberi pelajaran pada Sintia, ia tak peduli jika Sintia itu perempuan atau lelaki. Yang jelas tak boleh ada yang menyakiti keluarganya, itu yang Defrik tau.

"Oh ya, gue waras alhamdulillah. Gue juga sehat wal'afiat. And i'm totally happy," Balas Bia dengan percaya diri.

"Lo sendiri gimana? Masih punya muka setelah ninggalin tu cowo kaya barang bekas yang udah ga berguna?" Tanya Bia balik dengan seringai di bibirnya.

Kontan saja, Defrik juga Sintia di sebelahnya jadi membola. Sedikit tak menyangka Bia akan menyerang balik seperti itu.

Pasalnya dulu perempuan ini selalu saja diam, selalu saja bersabar dan tak pernah menyerang balik jika di injak. Namun sepertinya Bia yang lama sudah menghilang, karena kini tersisa Bia yang tak ingin lagi di anggap lemah oleh siapapun.

"Ga usah di jawab deh, gue ada kelas juga buru-buru. Duluan Sintia, semoga kita ga ketemu lagi ya." Bia tersenyum remeh sambil menepuk pelan pundak Sintia, lalu setelahnya ia melirik ke arah Defrik.

"Balik sana, tiati di jalan," Pesannya melambai ke arah Defrik.

"Sayangnya, sekarang ini jadi tempat kerja gue juga Bia, jadi sekarang kita bakal sering ketemu," Ucap Sintia membuat Bia yang ingin melangkah jadi berbalik lagi.

"Oh oke, goodluck," Pesan Bia sebelum benar-benar melangkah pergi.

Senyum angkuh di wajahnya seketika sirna seiring langkahnya yang menjauh dari tempat Sintia berada. Bia berani bersumpah sebenarnya ia tak seberani itu, ia cukup pintar untuk paham siapa itu Sintia. Gadis yang dulu pernah menjadi sahabatnya itu adalah gadis yang cukup gila, ia akan menghalalkan segala cara demi mendapatkan apa yang ia inginkan.

Seperti dahulu ia membuat hubungan Galung dengan Tasya, mantannya saat jaman kuliah kandas begitu saja. Dan seperti ia membuat Galung kembali ke dalam pelukannya sebelum selangkah lagi Bia bisa memiliki lelaki itu. Lantas, apakah kali ini ia akan kalah juga? Apakah kali ini ia akan di pukul mundur untuk kesekian kalinya? Apakah belati itu akan kembali tertancap ke hatinya?

Apalagi dengan koneksi juga kekuasaan keluarganya tentu akan membuat pergerakan Sintia begitu leluasa, jelas Bia kembali kalah dengannya.

Tapi, persetan dengan segala pikiran buruknya tentang Sintia. Fabia hanya muak untuk selalu terlihat tunduk di hadapannya. Fabia juga bisa melawan, Fabia bukanlah gadis lemah yang ia temui bertahun-tahun yang lalu. Yang bisa Bia lakukan kali ini adalah berdoa agar segalanya berjalan lancar seperti biasa, karena ada atau tidaknya Sintia hidupnya tetap akan terus berjalan.

~~~

Pagi itu, Galung hanya berniat ingin melihat Bia dari kejauhan. Bibirnya otomatis melengkung ke atas membentuk senyum kotak khasnya begitu netranya menangkap mobil yang tak asing baginya. Itu mobil Defrik, dan Galung tau pasti Bia berada di dalamnya.

Saat pintu itu terbuka, pandangannya jadi sedikit menyayu. Teringat kemarin malam ia kembali membuat Bia kecewa, lagi-lagi ia menjadi alasan di balik runtuhnya pertahanan gadis itu sampai akhirnya ia menangis dengan tatapan nyalang yang tak bisa Bia tutupi.

Sayangnya, baru beberapa langkah Bia menjauh dari mobil Defrik, dapat Galung lihat gadis itu berbalik dan sedikit menegang. Dan saat mata kepalanya melihat Sintia berada di depan Bia, umpatan itu tak lagi mampu Galung tahan.

"Anjing, dia kerja di sini juga?" Umpatnya.

Dapat ia lihat juga Defrik yang otomatis kembali menghampiri Bia kala itu, mungkin khawatir juga seperti dirinya. Karena kini Galung mati-matian untuk memaku dirinya agar tak melangkah keluar menghampiri Bia.

Jarak yang cukup jauh itu membuat Galung tak mampu mendengar percakapan mereka. Hanya saja yang bisa ia lihat wajah Bia yang kembali tenang, jangan lupa seringai andalannya yang belakangan ini sering ia tunjukan juga muncul kala itu.

Berbalik, kali ini ia melihat Sintia lah yang mematung, ntah apa yang Bia ucapkan saat itu. Namun Galung menarik kesimpulan bahwa gadisnya berhasil menang telak kali ini.

"That's why gue tergila-gila sama lo Bi. Lo keren dengan gaya lo sendiri, lo sekarang jauh lebih kuat. Meskipun gue ga tau itu cuma topeng lo atau bukan," Monolognya.

Galung lantas memutar mobilnya saat Bia tak lagi terlihat di sana. Ia memilih untuk pergi ke rumah sakit meski jadwal praktik dirinya masih cukup lama.

Perjalanannya pagi itu di temani oleh lagu dari Bruno Mars, sesekali Galung ikut bersenandung berharap rasa cemasnya sedikit teralihkan. Karena bagaimanapun juga Galung paham siapa itu Sintia. Gadis itu bisa saja melukai Bia cepat atau lambat, dan tentunya Galung terusik dengan keberadaan Sintia di dekat Bia.

Juga, kehadirannya bukankah akan membuka kembali luka lama untuk Bia? Astaga, sekali lagi takdir kembali bermain-main dengannya. Bolehkan sekali saja Galung mengutuk takdir yang sangat jahat padanya dan Bia?

Fokus Galung saat itu teralihkan saat ponselnya berdering beberapa kali, membuatnya mengambil benda pipih itu dengan sedikit tak niat.

Sintia : aku tau tadi kamu dateng
Sintia : dan lihat semuanya juga
Sintia : jadi boleh ga aku main-main dikit sama fabia?
Sintia : boleh lah ya? Wkwk

"Anjing." Dengan cepat, ia menepikan mobilnya saat itu juga. Pikirannya jadi tak mampu tenang, ia terus memutar otak mencari siapa yang mampu ia mintai pertolongan namun tak akan tersentuh oleh Defrik. Karena selain Arsyad, Alga juga Ragil yang ada di sana, Galung perlu setidaknya satu perempuan yang benar-benar mampu mengawasi Bia dengan benar.

Atau haruskah ia memberitahukan ini semua pada adik dari gadis yang ia cintai?

"Jangan jangan, nanti gue makin di jauhin anjir, gue makin di benci. " Galung menggeleng, langsung menolak apa yang baru saja ia pikirkan.

Sampai akhirnya satu nama muncul di kepalanya. Sedikit gila, namun ia yakin Defrik tak akan mampu menyentuh pertahanan gadis ini.

Maka tanpa pikir panjang, ia mencari nama gadis itu di ponselnya. Lalu senyumnya muncul begitu orang di sebrang sana mengangkat panggilannya.

"Galung? "

"Halo, Gema. Sorry tiba-tiba nelpon."

🐝🐝🐝

Haiiii!!! Long time no see.

Maaf kalo aku ilang-ilangan, tapi please belive me. Kalau aku di sini juga ga ninggalin cerita ini gitu aja, aku lagi berusaha sebisa mungkin bikin cerita yg menarik🙏🙏

Ntah suka atau engga, tapi semoga kalian terhibur yaa lecill🥰🥰💜💜🐝🐝🐝

After Letting You GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang