21

266 35 0
                                    

🔉🔉kata lebah kecil, kakak-kakak yang baca jangan lupa klik bintang di pojok kiri ya,komen juga biar teteh semangat nulisnya hihi😋😋

Happy reading all,hope you enjoy 😘😘

🐝🐝🐝
Bia menatap pantulan dirinya yang berada pada cermin di hadapannya. Matanya sedikit bengkak karena nyatanya ia semalam kembali menangis, padahal tak pernah ia bayangkan sebelumnya bahwa ia akan kembali menangisi lelaki yang sudah menorehkan luka begitu dalam padanya. Lelaki yang dulu jelas mendorongnya dan menatapnya dengan tak minat. Juga lelaki yang nyatanya masih menjadi pemenang di hatinya.

Ia menghela nafas sambil memejamkan matanya, mencoba melupakan kejadian semalam agar tak mengganggu jadwalnya. Barulah setelah merasa lebih baik, akhirnya Bia berbalik dan melangkah keluar dari kamarnya.

Malam kemarin, seluruh keluarganya menginap di sini. Beruntungnya saat Defrik menghubungi Galung kemarin memang sudah hampir larut, hingga yang mengetahui Bia menangis hanyalah sang adik saja.

Bia tak bohong saat ia merasa sesak begitu tau Galung kembali bersama Sintia, sahabatnya saat dahulu. Ntah mereka kembali bersama atau tidak, Bia tak peduli banyak lagi. Yang jelas jika sudah berhubungan dengan Sintia, maka ia akan mengaku kalah. Kalah sebelum berperang. Karena nyatanya, Bia belum siap kembali merasakan jatuh dan hancur karena lelaki bernama Galung, tidak untuk sekarang. Apalagi dengan Sintia di sampingnya, bukankah itu jelas seperti membaca buku yang sama setelah bertahun-tahun di simpan?

"Teteh." Panggilan itu berhasil membuat Bia mengalihkan pandangannya secara otomatis. Gummy smile miliknya terlihat jelas saat netranya bertemu dengan milik Defrik.

"Jangan senyum, matanya makin ga keliatan," Ejek Defrik mencoba mencairkan suasana.

"Sialan lo," desis Bia tak terima.

Keduanya lantas berjalan beriringan menuju meja makan, lebih tepatnya menghampiri wanita cantik yang tak lagi muda disana. Lalu dengan kompak keduanya mencium pipi Bunda.

"Selamat pagi."

"Good morning, Bunda."

Ucap keduanya kembali bersamaan yang membuat Bunda otomatis mengelus kepala keduanya. Lihatlah bagaimana kedua anaknya ini sangat lembut, keduanya sudah tak lagi bisa di katakan anak kecil. Namun terkadang sikap kekanak-kanakan juga manja mereka selalu saja muncul, tak dapat di pungkiri Bunda juga Ayah senang atas itu.

Karena sejatinya, kedua anak mereka tak ada berubah. Keduanya tetap anak yang sangat mencintai mereka berdua.

"Morning sayang, ayo sarapan," Ajak Bunda yang langsung di angguki keduanya.

"Bunda aja yang di sun? Ayah engga?" Protes Ayah yang sedari tadi hanya diam memperhatikan ketiganya.

"Udah duduk ah Yah, sun jauh aja mwah," Ucap Bia yang lagi-lagi mengundang tawa pagi itu.

"Haha dasar ya, kamu ini."

"Teteh beneran mau ngajar? Ga libur dulu sehari lagi?" Tanya Ayah kemudian.

"Ih ga apa-apa Yah, Bia ga apa-apa serius. Kalo pusing pulang deh ntar," Jawab Bia meyakinkan.

"Defrik hari ini off praktek, ntar teteh Defrik aja yang anter jemput." Bia kali ini mengangguk, menyetujui ucapan Defrik barusan.

After Letting You GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang