🔉🔉kata lebah kecil, kakak-kakak yang baca jangan lupa klik bintang di pojok kiri ya,komen juga biar teteh semangat nulisnya hihi😋😋
Happy reading all,hope you enjoy 😘😘
🐝🐝🐝
"gue serius, lo mending kerja, gue bisa sendiri," titah Bia sekali lagi mencoba mengusir Galung.
"Ini gue lagi kerja," kata Galung enteng. "Kerja buat dapet maaf sama kesempatan dari lo lagi."
Hati Galung menghangat, padahal Bia masih menjawab semua pertanyaannya dengan ketus tapi rasanya semua itu sudah cukup. Cukup untuk mengisi energinya lagi supaya dapat terus mengejar Bia.
Ntah keberanian dari mana, Galung meraih tangan Bia sambil mengelusnya pelan. "cepet sembuh, jangan sakit lagi. Jangan buat khawatir."
Bia jadi refleks menarik tangannya kasar, gadis itu lalu mencibir dan memilih berbalik memunggungi Galung tanpa kata. Dalam hati Bia mengumpat karena bisa-bisanya hatinya berdebar hanya karena di genggam seperti itu.
Gadis itu memejamkan matanya mencoba mengenyahkan rasa yang mencoba muncul kembali, dan menguatkan kembali tembok pertahanannya.
Sementara di belakangnya, Galung merapatkan bibirnya. Lagi-lagi dirinya tak mampu mengendalikan dirinya. Lagi-lagi ia membuat kesalahan yang membuat Bia semakin merasa tak nyaman dengan keberadaannya.
Tetapi Galung tak banyak berkomentar, ia memilih tak membuka suara karena sepertinya sebentar lagi Bia akan tertidur. Bagaimana juga Bia masih sangat membutuhkan istirahat supaya bisa segera pulih.
Melihat Bia dan memastikan keadaannya baik-baik saja membuat rasa khawatirnya sedikit memudar, meski ia harus menelan bulat-bulat sikap dingin Bia tapi dirinya rela. Selagi masih mampu melihat dan memastikan gadisnya tak dalam bahaya.
Dan benar saja, tak sampai 10 menit dari depannya sudah terdengar Bia yang mendengkur halus. Galung jadi terkekeh, kemudian ia pindah ke sisi lainnya. Lelaki itu memiringkan kepalanya, memperhatikan seluruh wajah Bia dengan sayang.
Bibirnya tersenyum, namun matanya menyayu. Tiba-tiba perasaan bersalah itu kembali datang, menohok Galung dengan keras. Bagaimana teganya ia dulu mendorong Bia begitu kasar tanpa ampun, belum lagi kata-kata yang ia lontarkan jauh lebih kejam dari apa yang Bia lontarkan. Karena saat ini sebenarnya gadis itu lebih banyak diam dan menghindar dari pada melayangkan kata-kata kasar kepada Galung.
Tangan kirinya ia gunakan untuk merapihkan anak rambut Bia yang sedikit berantakan, kemudian Galung mengelus kepala Bia pelan, sangat pelan karena takut membangunkan perempuan itu. Sejujurnya masih banyak sekali yang ingin Galung sampaikan, ada banyak hal yang ingin ia upayakan untuk meruntuhkan benteng kokoh yang sudah Bia buat.
Namun sepertinya itu butuh waktu, dan untuk kali ini kesempatan Galung hanya sampai di sini. Lelaki itu kemudian memposisikan dirinya untuk bersiap tidur di kursi sebelah Bia, dengan kepala yang ia tumpukan di kasur gadisnya perlahan matanya tertutup.
Tak lama setelahnya, Defrik kembali dan dengan santai memasuki kamar rawat sang Kaka. Tapi sedetik kemudian ia sudah menempelkan jari telunjuknya di bibir, memberi kode pada Dias yang kembali ikut dengannya supaya tenang dan tak berisik begitu melihat Galung dan Bia yang sama-sama tertidur.
"Udah akur mereka?" Bisik Dias pada Defrik.
Lelaki di sebelahnya itu kemudian mengangkat bahunya dan menggeleng. "Tapi kayanya belom sih, mungkin pas Bia udah tidur baru Galung pindah ke sana," ujarnya menebak.
"Iya sih, gue kasian sama Galung masa tapi gue juga kalau jadi dia ogah nerima lagi," komentar Dias yang paham bagaimana posisi keduanya.
Defrik yang perlahan duduk di kursi lain yang ada di sana jadi ikut mengangguk. "Posisinya sulit, idup Bia pernah berantakan banget karena Galung, tapi idup Galung yang sekarang berantakan gara-gara Bia."
"Karma is work," tambak Defrik.
"Tadi Aya nanya sama gue, apa Galung beneran mantannya Bia. Gue bilang aja ga tau, bingung juga jawab apaan," cerita Dias mengingat pertemuannya tadi dengan Aya dan Gema. "Gema apalagi tuh, kaget banget kayanya."
"Apakabar gue? Adenya sendiri aja ga tau anjir. Tiba-tiba Galung dateng ke rumah Bia terus jelasin semuanya, apa ga kaget gue?"
"Dia ceritain semua dari awal?" Tanya Dias kepo.
"Hmm, dari awal. Kaget banget gue, karena selama ini Bia beneran ga cerita ke siapa-siapa barang satu orang pun gila ga tuh."
"Itu dia hebatnya Kakak lo, dunianya udah di acak-acak tapi masih nyoba buat jaga nama baik Galung."
Defrik menghela nafas, ia kemudian melirik ke arah dua orang di depannya yang masih tertidur. "Itu tandanya, Galung masih punya tempat tertinggi di hati Bia. Bia sekarang cuma takut berantakan lagi kaya dulu, dia ga siap rasain itu meskipun Galung ngomong ribuan kali kalau dia udah berubah."
"Trauma dia.., mungkin buat Bia setakut itu," lanjut Defrik.
~~~
Bia mengerjapkan matanya, mencoba menyesuaikan cahaya yang menerobos masuk menusuk matanya. Ia hampir saja berteriak saat netranya melihat Galung yang masih tertidur di sampingnya.
Sejak kapan dia tidur di sebelah gue?
Rasanya tangan Bia gatal ingin membangunkan Galung dan menyuruhnya pindah ke sofa yang ada di sana, karena jika terus dalam posisi ini lehernya tentu akan terasa sakit. Namun kenyataannya bibir Bia tetap mengatup rapat tanpa mengeluarkan sepatah katapun.
Gadis itu hanya memperbaiki posisinya, menyimpan kedua tangannya di pipinya dan memperhatikan wajah tampan Galung. Bia paham resiko yang akan ia terima atas perbuatannya kali ini, tapi ijinkan Bia mengikuti kata hatinya untuk sekarang. Persetan dengan semua rasa takut dan pertahanannya yang mungkin akan menipis, Bia hanya ingin memperhatikan wajah lelaki yang sangat ia rindukan ini dari dekat.
Wajah Bia tak tersenyum, masih tetap datar. Hanya saja kali ini tatapannya melunak, mata kucingnya itu sangat menunjukan bahwa ia merindukan Galung di lubuk hatinya.
Lelaki itu terlihat jauh lebih tirus dari pada beberapa tahun yang lalu, bahkan kini kantung matanya terlihat jelas. Bia jadi penasaran bagaimana Galung menjalani kehidupannya selama ini. Apakah Galung mempunyai kehidupan yang nyaman atau malah sempat mengalami guncangan besar seperti yang Bisa rasakan setelah kepergian Galung?
Tapi sepertinya, lelaki itu tetap baik-baik saja tanpa adanya Bia. Ada atau tidaknya Bia mungkin tetap tak berarti seperti dulu, setidaknya itulah yang di pikirkan gadis itu ini. Sampai akhirnya Bia mengangguk, meyakinkan dirinya sendiri untuk tetap pada pendiriannya agar menjauh dari Galung. Sungguh meskipun Galung sudah memohon di hadapannya, rasa sakit itu tak hilang.
Semakin Galung mendekat, semakin kenangan buruk itu menghantuinya. Dan Bia benci itu semua.
🐝🐝🐝
Hiyaaaa apdet laginih😘😘😘
![](https://img.wattpad.com/cover/252128017-288-k619270.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
After Letting You Go
Fiksi RemajaStart : 7 Januari 2021 End : Ayo save dulu aja kak, siapa tau jodoh sama ceritaku yakan. Ceritaku yang ini berkaitan ya sama cerita : -Endless Maze -Love Swan -Abyss of Pain -Second Pride -Invisible Rope -Gade of Regret Jadi boleh ya mampir juga ke...