38

145 24 0
                                    

🔉🔉kata lebah kecil, kakak-kakak yang baca jangan lupa klik bintang di pojok kiri ya,komen juga biar teteh boul semangat nulisnya hihi😋😋

Happy reading all,hope you enjoy 😘😘

🐝🐝🐝

2 bulan yang lalu, adalah pertama kalinya Bia mengetahui bahwa Sintia ingin bermain-main dengannya. Sejak saat itu tentu ia jadi berhati-hati, teman-temannya juga melindunginya jika sedang di sekolah. Hubungan Bia dengan mereka semakin erat, malah belakangan ini sering kali mereka berkumpul secara dadakan. Yah, walaupun jarang sekali semuanya bisa bersama, pasti saja ada yang absen.

Sampai kemarin Sintia tak lagi macam-macam kepada Bia, paling-paling gadis itu hanya menatap Bia dengan sinis, atau sengaja menubruk bahu Bia jika berpapasan. Selebihnya Sintia bersikap normal. Yah, normal sampai kemarin. Tapi sepertinya saat ini Sintia akan kembali mengganggunya lagi.

Mungkin selama ini ia berdiam diri demi menyusun strateginya, dan hari ini semua rencananya sudah matang. Atau ntah karena kemarin Sintia melihat Galung mengantarnya ke mall untuk memberi kado pernikahan Defrik. Tak tau mana yang jadi alasannya, yang jelas kini Bia ingin sekali angkat kaki dari hadapan gadis itu. Demi apapun Bia sudah malas, sungguh.

Apa Sintia tidak lelah ya? Padahal Bia saja yang di ganggu nya lelah.

"Ck, apa lagi si kucing. Ga cape apa ganggu hidup orang terus?" Tanya Bia, dalam ucapannya jelas terselip nada frustasi yang sama sekali tak coba ia sembunyikan.

Lantas Sintia melipat tangannya di depan dada, memasang wajah angkuh dengan dagu yang terangkat.

"Kalau ga mau di ganggu makannya nurut, gue bilang jauhin Galung, jangan nempel terus kaya cewe ganjen," Kata Sintia dengan penuh penekanan.

Hal itu tak ayal membuat Bia membola, bahkan ia kehilangan kata-kata untuk membalas saking syoknya mendengar penuturan Sintia barusan.

"Woah, hey lo..., woaaahh." Bia tercengang untuk beberapa saat, tapi tak lama setelahnya ia terkekeh kecil dengan di akhiri senyum miring khasnya. Senyuman yang nyatanya mampu membuat Sintia diam-diam meneguk ludahnya sendiri.

"Oh iya lupa, lo kan ratu ganjen ya? Jadi kalau gue ganjen takut kesaingin gitu, iya?" Tanya Bia sambil menyeringai. Ia begitu puas apalagi ketika Sintia membola begitu saja.

Posisi mereka kini berada di taman belakang sekolah, taman yang jika bukan istirahat jarang sekali di kunjungi oleh siapapun. Maka hal itu membuat Sintia berani mengangkat tangannya dan menampar Bia dengan cukup keras. Bahkan kepala gadis itu sampai tertoleh, suara tamparannya pun terdengar sangat keras.

"Jaga mulut lo ya sialan," Gertak Sintia yang kini maju dan dengan cepat menjambak rambut Bia dengan kasar.

"Kenapa? Lo mau marah? Lo ga terima, iya?"

Bia kini menghempaskan tangan Sintia dari rambutnya dan menahan saat Sintia ingin kembali melayangkan tamparan padanya. Tidak, Bia tidak akan membiarkan Sintia berlaku kasar lagi padanya.

"Sadar bodoh, ga semua yang lo mau bisa lo milikin, ga semua orang bisa lo injek, dan ga selamanya lo beruntung," Tutur Bia yang masih memegang tangan Sintia.

"Oh ya? Kalau gue berhasil buat lo di benci sama semua warga sekolah atau gue berhasil bikin lo di pecat dari kerjaan kesayangan lo ini, gimana?"

Bia mengangkat alisnya tinggi-tinggi, ingin tertawa karena melihat Sintia begitu berambisi menghancurkannya.
Sebenarnya Bia punya dosa apa sih sampai harus bertemu kembali dengan manusia seperti Sintia ini? Hidupnya tidak lagi bisa setenang dulu, dan itu menyebalkan.

"Astaga, salah gue apa coba di masa lalu sampai harus kenal manusia nyebelin kaya lo," Rutuk Bia yang sudah lelah.

Saat itu bel istirahat mulai terdengar, tentunya Bia ingin pergi dari sana. Ia rasa pembicaraan mereka yang hanya seputar itu-itu saja tak seharusnya terus terulang, apalagi kini mereka berada di lingkungan sekolah. Bukankah Sintia sedikit tak profesional saat ini? Maka dengan kasar Bia menghempaskan kembali tangan Sintia, lalu berniat meninggalkan gadis yang pernah jadi sahabatnya itu sendirian di sana.

Namun belum sempat kakinya melangkah, hal yang Sintia lakukan di detik berikutnya benar-benar membuat kaki Bia seperti di paku dengan kuat hingga tak bergerak barang sedikit pun.

Bagaimana tidak? Sebelum Bia tadi sempat merealisasikan rencananya meninggalkan Sintia, gadis itu malah mengambil rambutnya sendiri. Tidak sampai sana, ia juga dengan cepat meraih tangan Bia lalu mengarahkannya pada pipinya. Seolah Bia tengah menamparnya saat itu.

"AWWW."

Tubuh Bia membeku, otaknya tak mampu mencerna apa yang sebenarnya Sintia rencanakan. Sampai saat ia sadar ringisan Sintia yang cukup nyaring tadi sukses membuat murid-murid juga beberapa guru yang mulai keluar memperhatikan mereka, kala itu juga Bia baru paham apa yang Sintia rencanakan. Dan Bia, berhasil masuk ke dalam perangkap licik gadis itu.

"Saya minta maaf kalau memang perkataan saya ada yang salah Bu Bia, tapi semuanya bisa di bicarain baik-baik bukan? Jangan pakai tangan gini, apalagi ini lingkungan sekolah, Bu."

"Ada apa ini? Astaga kenapa kalian ribut di sekolah huh?" Tanya Bu Kinan, salah satu guru yang terkenal disiplin di sini.

"Maaf Bu, tapi tadi Bu Bia ini nuduh saya yang ilangin datanya yang sempet ga ada waktu itu. Mungkin ada kata-kata saya yang salah sampai Bu Bia jadi emosi terus nampar sama jambak saya," Jelas Sintia tanpa di minta kala itu.

Sementara di hadapannya, Bia masih mematung. Kepalanya mulai pening dengan tubuh berkeringat. Semuanya kian memburuk tak kala rungunya mendengar guru dan murid yang berada di sana saling berbisik membicarakan Bia dengan pandangan menghakimi. Mereka termakan dengan permainan ini.

Katanya Bia tak cocok jadi guru, katanya Bia perempuan kasar, katanya Bia mencoreng nama baik sekolah juga anak-anak di club yang ia ajar.

Siapapun, tolong selamatkan Bia sekarang. Rasanya Bia ingin sekali berteriak bahwa semuanya hanyalah bualan belaka, Bia juga ingin menghujat seluruh orang yang sudah mengatainya. Bagaimana mereka bisa percaya semudah itu? Apakah di mata mereka Bia memang sudah buruk?

Namun yang ia lakukan hanyalah menggeleng dan terus menggeleng. Berharap setidaknya ada yang percaya padanya, atau setidaknya ada yang akan membelanya saat ini.

🐝🐝🐝

Agak gila ya update jam sgini? Wkwkw gapapa lah, sebelum aku bobo wkwkw.

Btw gimana nih sahabat lecil, ada yg mau di sampein sama Sintia ga? Wkwkw

After Letting You GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang