58

94 14 1
                                    

Haii hehhee. Buat sahabat lecil tinggalin jejak bolee? Ntar kalo update ini komennya lbh dari 7 + vote banyak aku janji besok sore/malem update lagii hihiii mwahh💜🐝💜🐝

Bantu follow dan mampir juga ke ceritaku yg lain ya sahabat lecil💜💜💜

🐝🐝🐝

Rasa mual yang saat itu terus mengganggu Bia sejak pagi hari nyatanya tak membuat senyumnya luntur. Senyuman bahagia itu bertahan bahkan hingga malam hampir tiba, tangannya terus saja mengusap perutnya yang baru ia sadari sudah tak serata dulu. Tuhan, di perutnya ini sekarang ada 1 nyawa yang kelak akan menjadi sumber bahagianya, 1 nyawa yang kelak akan menambah daftar bahagianya. Tepat 3 bulan setelah pernikahannya, ia di beri karunia ini.

Tadinya Bia ingin langsung menghubungi Galung begitu tau bahwa dirinya tengah mengandung buah hati mereka, namun semua itu baru terealisasikan detik ini. Katanya, Bia tak ingin mengganggu sang suami yang tengah bekerja. Sayangnya, panggilan itu tak kunjung di angkat oleh Galung. Padahal kini jelas seharusnya shift kerjanya sudah berakhir.

"Masih kerja kah? Atau udah otw pulang ya anaknya?" Monolog Bia sambil mencoba menghubungi Galung sekali lagi, namun tetap panggilan itu tak kunjung di angkat oleh Galung.

Sampai sebuah pesan masuk ke ponselnya sukses membuat Bia membeku seketika. Tiba-tiba saja Bia tak mampu berfikir jernih, ia ketakutan saat melihat foto Galung seperti sedang di sekap. Sangat ketakutan sampai langsung menghubungi nomer tersebut tanpa pikir panjang.

"Bangsat, jangan macem-macem lo anjing! Ngaku lo siapa hah? Urusan lo sama gue kan? Jangan bawa-bawa Galung."

"Wooow, keep calm sweety. Lo tambah lucu kalau marah gitu, Bi."

"What the fuck? Lo..., anjing banget, jangan lo sentuh suami gue setan!"

"Jangan berani lo sebut Galung suami lo depan gue anjing!"

Gertakan itu hanya di balas decihan oleh Bia.

"Waras dikit, dia emang suami gue sat. Tolong jangan apa-apain dia, ya? Please gue mohon, lo mau apa? Gue turutin, sumpah."

"Gue? Gue mau lo bunuh anak yang ada di perut lo Bia, bunuh dia."

"Jangan gila, gue mohon apapun itu asal jangan ngancem nyawa mereka berdua, tolong."

Runtuh sudah pertahanan Bia, emosi yang tadi sempat menyentuh kepalanya kini seolah menguras habis tenaganya. Lututnya lemas, kepalanya juga tiba-tiba menjadi pening.

"Fine, kalau gitu lo ikutin arahan gue. Di depan rumah lo 5 menit lagi bakal ada mobil, masuk ke dalam sana. Nanti, lo bisa ketemu suami kesayangan lo ini."

Mau tidak mau, suka tidak suka, pada akhirnya Bia menurut. Gadis cantik itu melangkah ke sebuah mobil yang tadi di sebutkan oleh seseorang di sebrang sana. Sial otak pintarnya tak mampu berfikir jernih, apalagi Galung sama sekali tak mengangkat panggilannya sejak tadi semakin membuat Bia kalang kabut.

"Lo liat, di sana ada sapu tangan, hirup itu. Dan gue pastiin, lo bakal sampe ke tempat yang lo mau."

Tak punya pilihan lain, sekali lagi Bia menurut dengan mudah. Air matanya terus mengalir, tangannya terus mengelus perutnya sampai kesadarannya benar-benar hilang.

~~~



Galung mengambil ponselnya yang tadi ia tinggalkan karena tiba-tiba IGD di rumah sakit butuh bantuannya tadi, ia terkekeh kecil saat melihat cukup banyak panggilan tak terjawab dari sang istri.

"Hehe lupa ngabarin, anaknya pasti khawatir ama gue," Monolog Galung sambil menempelkan ponselnya di telinga, menunggu Bia mengangkat panggilannya saat ini.

Tapi saat itu, nomor wanita yang paling ia cintai itu ternyata tidak aktif membuat Galung mengernyitkan keningnya. "Marah gitu ya? Tapi masa?"

Saat itu perhatiannya teralihkan oleh 1 pesan yang di kirim Bia 40 menit yang lalu. Gadisnya itu tak menuliskan banyak, hanya meminta Galung agar cepat pulang karena ia menunggunya di rumah.

Maka, dengan kekehan kecil dan tanpa rasa curiga sedikitpun lelaki itu memilih untuk menyambar tas juga kunci mobilnya agar segera bisa pulang. Tak biasanya Bia seperti ini, jarang sekali gadis itu memintanya untuk pulang lebih cepat. Kecuali ia sedang ingin memiliki quality time dengan sang suami.

Mobil merah yang Galung kendarai kini sudah terparkir cantik di gerasi rumahnya, setelah perjalanan beberapa puluh menit akhirnya ia sampai juga. Langkah besarnya itu masih di iringi oleh raut senang yang ia pertahankan, namun lambat laun ia jadi mengendurkan senyumannya. Alisnya yang terangkat seiring tangannya yang masih memencet bel itu kembali membuat ingatannya pada ponsel Bia yang tak aktif. Biasanya Bia akan cepat membuka pintu rumahnya, biasanya Bia akan menyambutnya dengan senyuman. Maka, dengan cepat ia merogoh kunci yang di pegangnya. Ingin memastikan apakah Bia ada di dalam atau tidak. Dan saat rumahnya bisa terbuka rasa takutnya mulai merambat naik, pikirannya langsung memikirkan skenario yang kurang mengenakan. Dan saat ia melangkah masuk, kakinya langsung lemas begitu melihat piring yang di balik, dan kursi makan yang di sandarkan asal pada meja makan. Itu adalah sebuah secret code diantara mereka. Jika mereka menggunakan tanda iru berarti itu meminta pertolongan.

Galung menggeleng dengan cepat, kaki jenjangnya ia arahkan pada seluruh penjuru rumah. Tapi tetap, sosok yang di carinya tidak muncul sama sekali.

Hampir 1 jam ia gunakan untuk menghubungi teman Bia yang sudah bertukar kontak dengannya. Ia juga berpesan agar siapapun yang sedang bersama Bianya, tolong hubungi Galung. Bahkan kini Defrik juga Ayah sama-sama tengah mencari keberadaan Bia. Katanya, posisi terakhir pelacakan ponselnya adalah di depan rumah mereka, dan hal itu semakin membuat Galung memikirkan hal yang tidak-tidak.

Di tengah kekalutannya, Galung tak sengaja melihat sebuah testpack. Testpack itu, menunjukan 2 garis biru. Yang berarti bahwa Bia sedang hamil, itu berarti alasan istrinya meminta Galung supaya lekas pulang adalah kehadiran si kecil yang baru mereka ketahui sekarang. Di bawahnya ada sebuah surat, ah ternyata usia si kecil di perut Bia sudah berjalan 2 bulan. Tuhan, bagaimana ia tak menyadari tanda-tanda itu? Kenapa Galung tidak peka akan Bia yang terlihat lebih chubby dan selalu mengeluh masuk angin?

Galung mengacak rambutnya asal, pikirannya terus berkelana mencari dimana kira-kira Bia berada sekarang. Bukan tanpa alasan, hanya saja Bia itu tipe yang teliti. Ia pasti selalu membawa charger atau powerbank, atau paling tidak ia akan mengabari dulu Galung ia akan pergi kemana dan dengan siapa. Namun dari sekian banyak kontak teman Bia itu tak satupun kini tengah bersamanya.

Dan hari itu, Galung terus mencarinya tanpa henti. Berharap dimana pun Bia berada, ia akan tetap aman.



🐝🐝🐝

After Letting You GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang