51

123 17 4
                                    

Nih aku update hehehhee, kalo update ini komennya lbh dari 7 + vote banyak aku janji besok sore/malem update lagii hihiii mwahh💜🐝💜🐝

Bantu follow dan mampir juga ke ceritaku yg lain ya sahabat lecil💜💜💜

🐝🐝🐝


Suara pintu yang berderit saat itu menandakan kepulangan Galung, untuk 3 detik pertama ia sibuk celingukan mencari keberadaan Dias atau Bapak. Ah, berbicara tentang itu, kini ia tinggal bersama Galung dan Bapak. Sejak hari pertama mengetahui Dias adalah adiknya, tentu Galung dan Bapak menyuruhnya untuk ikut tinggal bersama. Bertepatan dengan itu juga, Galung memilih mengosongkan rumahnya. Ia kembali tinggal bersama Bapak. Rasanya tidak etis saat ia memilih tinggal di rumahnya sementara Bapak sendirian tanpa ada yang mengurusi. Jadi rumah yang sederhana itu hinggal detik ini tak pernah redup, walau kehilangan salah 1 cahayamya beberapa waktu yang lalu.

"Pak? Yas?" Ucap Galung setelah tak kunjung mendapat jawaban dari salamnya. Ternyata saat itu Dias tengah memasak di dapur, pantas saja ia tak mendengar kedatangan Galung.

"Loh, kapan baliknya lo?" Tanya Dias yang sedang menyusun hasil masakannya di meja makan. Lalu gadis itu reflek mendekat dan mencium tangan Galung.

"Baru aja," Jawab Galung seadanya. "Bapa kemana?"

"Bilangnya lagi mau main catur sama Pa RT tadi mah, tapi belom balik sampe sekarang," Balas Dias yang kini melirik pada jam dinding di ruangan itu.

"Ampun dah, kelayapan terus bapa-bapa satu itu."

Dias terkekeh kecil, "butuh refreshing kali, ga enak banget diem terus di rumah, kan jenuh."

"Tapi ini udah mau maghrib, harusnya udah di rumah gitu, kan Bapa belum makan."

Dias terkekeh, ia lalu menggerakan dagunya. "Bersih-bersih dulu sana, jadi ntar Bapak pulang lo beres mandi. Jadi tinggal makan bareng-bareng," Titah Dias.

Namun sayangnya Galung tak mendengarkan titahan Dias tadi, kakak dari Dibarsha itu malah mendudukan dirinya di sofa yang tak jauh dari meja makan. "Gue mager mandi, dingin Yas."

Dias berdecak, tapi tak lama ia juga ikut mendudukan dirinya di sebelah Galung setelah meletakan cangkir kopi yang akan ia minum nantinya. "Yaudah, mau makan duluan?"

Galung menggeleng sebagai jawaban, tanpa permisi ia malah mengambil alih kopi hangat yang tadi di buat Dias lalu menyeruputnya. "Gue udah makan sebenernya tadi, jadi nanti aja makannya kalau Bapak pulang baru makan lagi."

Semula, Dias ingin protes saat kopinya di minum oleh Galung tanpa permisi. Tapi melihat bagaimana wajah lelahnya jadi membuat Dias mengurungkan niatnya.

"Gimana rumah sakit tadi?"

"Aman," Jawab Galung seadanya. Ia terlihat tenang namun bola matanya cukup bergerak tidak nyaman membuat Dias jadi mengernyitkan keningnya.

"Ayok, bagi-bagi sama gue, jangan di pendem sendirian."

Dias tahu, Galung saat ini sedang menimang apakah ia harus bercerita atau lebih baik ia bungkam saja seperti tak terjadi apapun.

"Nanti aja," Tolak Galung halus.

"Ga gitu, lo ga baik-baiknya sekarang." Keukeuh Dias kini menatap sang kakak dengan serius.

"Cowo lo, keliatan ga baik-baik aja. Makin kurus, penampilan jadi ga serapih dulu. Lama kenal dia, dan baru kali ini gue liat dia se berantakan itu, Yas." Beritahu Galung.

Namun di luar dugaan, Dias malah mengangguk kalem. "Gue tau, dan gue juga hancur ko liat dia gitu. Kita sama-sama ga berbentuk."

"Terus Bang Gian, tadi buat pertama kalinya setelah kepergian ibu, pertamakalinya dalam 5 bulan ini dia duduk di depan gue. Gue ga ngobrol sama dia, tapi gue sadar makin hari dia makin pucet. Gue ga bisa nanyain kondisinya karena dia masih bungkam selama beberapa bulan terakhir ini. Gue sedih liat mereka gitu, kaya..,haaaahhhh salah ga sih gue egois gini?"

"Kita egois, mereka juga egois. Kita salah dan mereka juga salah. Gue tau perasaan lo, gue paham gaenaknya lo tapi kalau lo belum sepenuhnya sembuh ga apa-apa kok, biarinin waktu pudarin sakit itu. Tapi kalau luka lo udah membaik, datengin mereka. Peluk mereka, kasih mereka semangat. Jangan karena gue, lo nya jadi ga bebas, ya?"

"Lo juga, kita coba pelan-pelan buat damai yuk? Semoga secepatnya kita bisa damai sama mereka."

"Gue tuh, cuma penasaran aja alasan mereka cuma diem pas tau fakta kita kembar. Dan lagi, ini Gian sama Mas Ozzy gitu. Mereka yang deket sama kita berdua, ga cuma sama salah 1 dari kita. Mereka yang tau gimana lo sama gue saling cari."


"Sama, selama beberapa bulan ini mereka cuma ngejar maaf doang tapi ga jelasin."

"Jadi selama ini Gian sama Ozzy tau kalian itu kembar?" Tanya Bapak yang ntah sudah datang sejak kapan. Yang jelas adalah saat ini lelaki paruh baya itu tengah menatap si kembar dengan wajah menuntut penjelasan.

Kontan saja Dias dan Galung jadi bertatapan, saling melempar siapa yang harus menjelaskannya pada Bapak saat ini.

"eh Bapak, dari mana ajaa? Udah magrib tumben baru pulang?" Tanya Galung balik seolah tak ingin menjawab atas pertanyaan Bapak tadi.

"Galung Anggara, Dibarsha Asyuni. Ayok jawab," Kata Bapak kali ini terdengad serius.

"Iya Pak, mereka tau. Maafin Dias yang bohong waktu itu ya?"

Baik Dias atau Galung sama-sama terdiam setelahnya, keadaan tiba-tiba menjadi hening untuk beberapa saat.
Mungkin ketiganya sibuk menenangkan pikirannya masing-masing.

"Terus, hubungan kalian sama mereka sekarang jadi renggang?"

Sikembar kompak mengangguk saat itu, tak berniat untuk membohongi Bapak lagi.

"Dengerin Bapak, jangan kelamaan mendem kecewanya nak, saling maafin bukan buat orang lain, itu buat kalian juga."

"Bapak ga marah denger ini?" Tanya Galung hati-hati.

"Jelas Bapak marah, Bapak kecewa. Perjuangan Bapak selama ini baru ngehasilin, padahal jelas dari dulu ada yang tau keberadaan putri Bapak. Tapi, kalau Bapak nyimpen sakit itu, semuanya ga akan berubah. Waktu Bapak, sedihnya Bapak ya memang jalannya."

Baik Galung atau Dias sama-sama tercenung mendengar penuturan tadi, ada sedikit bagian dalam hati mereka yang tercubit. Tamparan tak kasat mata itu jelas tak meleset sama sekali. Semuanya, semua yang Bapak katakan benar adanya, semua yang lelaki paruh baya itu ucapkan tadi semoga saja mampu menyadarkan mereka untuk segera berdamai.

"Tapi, hati kita ga selapang punya Bapak. Masih ada sesuatu yang ngeganjel tau Pak." Keluhan Galung saat itu tanpa sadar di angguki oleh Dias. Si kembar merasakan hal yang sama tentunya.

"Iya, Bapak ngerti. Bapak juga ga maksa buat langsung maafin mereka, cuma Bapak pesen secepatnya ya kalian damai? Demi kalian ko nak, bukan buat orang lain."

Setelah nasihat kecil itu, ketiganya kembali mengobrol seperti biasa. Berterimakasih lah pada Galung yang selalu berhasil membuat suasana apapun mampu mencair dengan mudahnya. Dan mari berdoa agar s kembar mampu berdamai secepat mungkin, agar tak ada lagi yang saling menyakiti, agar seterusnya mereka mampu saling menjaga seperti sedia kala.


🐝🐝🐝

🔉🔉kata lebah kecil, kakak-kakak yang baca jangan lupa klik bintang di pojok kiri ya,komen juga biar teteh semangat nulisnya hihi😋😋

Happy reading all,hope you enjoy 😘

After Letting You GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang