19

284 40 7
                                    

🔉🔉kata lebah kecil, kakak-kakak yang baca jangan lupa klik bintang di pojok kiri ya,komen juga biar teteh semangat nulisnya hihi😋😋

Happy reading all,hope you enjoy 😘😘

🐝🐝🐝

Setelah memastikan bahwa Bia sudah tertidur, barulah Galung berbalik dan melangkah pulang ke rumahnya. Demi Tuhan kini ia seperti remaja puber, rasanya ada banyak kupu-kupu di perutnya.

Padahal Bia hanya membuatkannya minuman, apalagi nanti saat Bia sudah mau kembali berbicara dengannya?

Astagaa, membayangkannya saja sudah mampu membuat lelaki yang tak lagi bisa di katakan remaja itu sangat gembira. Di dalam mobilnya dengan santai ia sesekali bersenandung kecil mengikuti musik yang ia putar untuk menemani malam indahnya.

Sampai akhirnya ia berbelok ke arah rumahnya, memasuki pagar hitam  yang sebelumnya sudah ia buka.

Rumah ini, rumah yang selalu ia impikan agar di isi oleh dirinya serta wanita yang ia cintai. Tentunya siapa lagi jika bukan Fabia. Gadis itu, Satu-satunya gadis yang selalu Galung harapkan untuk menemaninya hingga tua di sini. Gadis yang menjadi alasan mengapa Galung membuat rumah sebesar ini, juga gadis yang selalu menjadi alasannya agar selalu bersemangat kalau lelah menyapanya.

"Haaahhh awalnya gue bangun ini buat lo Bia, buat rumah kita." Lelaki itu menghela nafas, lalu menunduk. "Kesampean ga yah?"

Saat ia sedang sibuk dengan pikirannya sendiri, tiba-tiba ponselnya berdering nyaring. Memecah keheningan di malam itu.

"Ape?"

"Lung, tolong... Perut aku sakit," Ucap seseorang di sebrang sana.

Kontan saja, Galung yang baru saja mendudukan dirinya jadi bangkit kembali. Tanpa sadar tangannya kembali menyambar jaket yang baru saja ia lepas tadi. Dengan langkah besar ia pergi keluar, kembali masuk ke mobil dan pergi menuju rumah orang yang membutuhkannya kini.

"Tunggu, gue ke sana. Sintia, jangan tutup telponnya," Perintah Galung.

Mobilnya terus membelah jalanan Bandung malam kalau itu. Rintihan dari sebrang sana mampu membuatnya semakin mempercepat mobilnya.

"Tunggu gue, Sintia tunggu gue."

~~~

"Gimana? Udah aman kan sekarang?" Tanya Galung yang kini tengan mendudukan diri di sebelah Sintia, gadis yang dulu pernah menduduki tempat teratas di hatinya.

Gadis cantik di depannya ini mengangguk lemah, sembari tersenyum tipis ia mengucapkan terimakasih. "Makasih, maaf aku ngerepotin."

"It's oke, ga apa-apa." Karena bagaimana pun, Galung sudah bersumpah saat menjadi dokter akan menolong siapapun. Termasuk Sintia, meski sebenarnya ia tak ingin.

Jika saja Sintia tak takut pergi ke rumah sakit, jika saja Sintia tak punya trauma saat pergi ke sana. Maka Galung tentu tak perlu repot-repot pergi ke rumahnya ini.

"Lain kali makannya lebih di perhatiin lagi, jangan sampai kejadian gini ke ulang ya? Maagh lo udah parah, kalau terus gini bahaya," Beritahunya.

"Aku minum kopi secangkir doang, padahal," Cicit Sintia.

"Iya secangkir doang tapi bisa buat lo kesakitan banget. Di tambah kondisi lo juga lagi ga baik-baik aja, makannya liat lo di infus."

"Iya bawel, ga lagi-lagi aku gitu."

"Udah kan? Gue balik ya?" Ijin Galung yang membuat wajah Sintia tiba-tiba sendu.

"Ga bisa ya, di sini dulu? Nginep semalem aja, jagain aku," Pinta Sintia.

"Lo masih bisa jalan ke kamar mandi kan?  Kalau ga bisa gue telponan orang buat jagain lo deh, ya?" Tawar Galung yang sebenarnya sudah gatal ingin pergi.

"Tapi aku maunya kamu. " Jawaban Sintia itu kontan membuat Galung jadi merotasi kan matanya sembari melengos malas. Astaga, wanita ini kenapa tak berubah? Tetap manja dan selalu mengganggunya?

Gue dulu di pelet apa dah? Ko mau-maunya sama cewe modelan gini?

"Gue besok praktek pagi, ga bisa kalo gue di sini."

"Lung, semalem aja, please? Aku takut nanti tiba-tiba sakit lagi."

Baiklah, sekali lagi Sintia menang. Sekali lagi ntah mengapa Galung mampu di buat menurut atas seluruh keinginannya.

"Fine, abis ini tolong. Jangan ganggu gue lagi, bisa? Gue mohon," Tutur Galung yang langsung di angguki Sintia.

Lantas, setelah menyetujui hal tersebut. Galung melangkah keluar, membiarkan Sintia beristirahat.

"Kalau ada apa-apa panggil gue," Titah Galung sebelum benar-benar hilang di balik pintu. Meninggalkan ponselnya yang tergeletak di nakas sebelah Sintia.

Tanpa permisi, gadis itu mengambil ponsel Galung. Niatnya hanya ingin memegang saja, namun saat melihat lockscreen ponsel lelaki itu adalah poto Bia ntah kenapa mampu membuatnya berdecih.

"Apaan, balik lagi sama ni anak dia?"

"Mending gue ke mana-mana, " Monolognya dengan tatapan yang menajam.

Disaat ia sedang berbicara sendiri, ponsel di genggamannya ini bergetar. Di sana tertera nama 'adiknya bia'.

Meski samar, namun Sintia masih mampu mengingat bahwa memang Bia ini memiliki adik yang umurnya tak berbeda jauh.

Dengan seringai kecil dan tanpa ragu. Sintia mengangkat panggilan video call itu.

"Gall- lah?"

Sintia tersenyum kecil, tangannya terangkat untuk menyapa Bia yang juga tengah memperhatikan dirinya di belakang sangat adik.

"Long time no see, Fabia."

"Anj, ko HP temen gue ada di lo?"

Defrik yang memang tahu bahwa itu adalah Sintia, yang tak lain adalah mantan Galung itu jadi otomatis menanyakan hal tersebut.

"Galung nya lagi nginep di sini, hp nya ketinggalan di kamarku. Paling ntar di ambil."

Dengan wajah tanpa dosanya, Sintia terus berceloteh sampai suara pintu dan keberadaan Galung membuat perhatian gadis itu teralih.

"Ti, HP gu-LO NGAPAIN?" Bentak Galung tanpa sadar saat melihat ponselnya berada di genggaman gadis itu.

"Ada vidcall, dari temen kamu. Nih. "

Dengan kasar ia mengambil ponselnya dan tubuhnya menegang begitu melihat Defrik juga Bia tengah menatapnya kecewa. Terlebih Bia, yang wajah sendunya benar-benar tak mampu ia sembunyikan.

"Bi-bia, jangan sal-"

"Say goodbye dulu. Sebelum gue tutup semua akses lo buat ketemu kakak gue," Perintah Defrik memotong ucapan Galung.

"Def, ini ga kaya yang lo liat, please please Def, please. "

"Lucu sih, Lung. Dari sekian banyak harus banget cewek itu lagi? Haha, dahlah kalian emang cocok, nikah aja sana. " Sarkas Defrik.

"Gue ke sana sekarang, please gue bakal jelasin. Tolong jangan gini, gue ke sana sekarang."

Di belakangnya, mampu Galung lihat Bia yang melengos dengan air mata yang jatuh membasahi pipinya.

Ah, Lagi-lagi ia gagal. Ia gagal membuat bibir itu melengkung lagi, ia gagal membuat mata itu menyipit karena tersenyum. Dan yang ia lakukan malah membuat gadisnya sakit, lagi dan lagi.

🐝🐝🐝

Wkwkwk welcome Sintia:)
Maaf maksud kehadiran ku hari ini cuma mau drop masalah aja hihihii kabooooorrrr

Oh ya, sehat terus sahabat kecilku, tinggalkan jejak jangan lupa mwah💕💜🐝

After Letting You GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang