"Terima kasih banyak atas makan malamnya. Aku sangat menikmatinya" ucap Ha Na, diikuti pandangan penuh syukur."Aku senang kalau kamu menyukainya" jawab Jin Wook sambil menyetir. Menoleh satu kali pada Ha Na.
"Lain kali aku yang akan mentraktir mu. Ah. Dan kalau senggang, datang saja ke kafe ku. Aku memang tidak jago membuat masakan rumahan tapi aku cukup pandai membuat kue dan makanan penutup" Ha Na sedikit membanggakan diri.
"Aku sudah mencoba kue panggang kopi di kafe tadi, dan rasanya memang sangat enak. Mengingatkanku pada buatan mendiang ibuku saat masih kecil" saat berkata demikian, seulas senyum muncul di sudut bibir kanan si letnan.
"Sungguh? Jin Wook-ssi, sepertinya kamu menyukai kue tapi bukan jenis yang terlalu manis ya?" tanya Ha Na. Mendadak penasaran.
Jin Wook menolehkan leher, menatap Ha Na kaget selama sesaat. "Sepertinya kamu tipe yang cepat memahami orang lain. Nona Yoon".
Ha Na tersenyum tipis. "Apa makanan penutup favoritmu?".
Jin Wook mengembalikan pandangan ke depan. "Apa ya? Hmm, entahlah. Kalau dipikir-pikir aku cukup jarang makan makanan manis. Tapi kurasa kue dengan aroma serta sedikit sentuhan rasa pahit adalah kesukaanku. Ah, dan songpyeon, aku sangat menyukainya. Ibuku suka sekali membuatkannya tanpa perlu menunggu saat perayaan Chuseok ".
"Jinja? Itu juga salah satu kue tradisional kesukaanku. Tapi karena aku tak bisa memakan kacang hijau, eomma selalu membuat dengan isian kacang merah dan karamel".
"Benar. Karamel disiramkan di bagian luarnya. Sangat banyak" Jin Wook menolehkan leher. Kembali memandang Ha Na. Reaksinya yang mendadak penuh semangat membuat keduanya sama-sama terkejut.
Lantas, mereka tertawa berbarengan.
Ha Na, kembali melihat sisi lain dari seorang Kim Jin Wook malam itu.
Ha Na memberitahu Jin Wook agar ia melambatkan jalannya kemudi, karena area tempat tinggalnya sudah semakin dekat. Kendaraan pria itu memasuki salah satu area perumahan elite ternama di Pyeonchang-dong, Seoul. Kemudian mereka berhenti di sebrang sebuah rumah mewah bernomor 19 pada papan berlapis cat emas.
Jin Wook turun lebih dulu untuk membantu membukakan pintu bagi Ha Na. Angin dingin kembali menerpa wajah perempuan tersebut begitu ia turun dari mobil.
"Jin Wook-ssi sekali lagi terima kasih atas malam ini. Aku sangat senang" Ha Na rasanya tersenyum kelewat lebar.
"Semoga aku tidak mengantarkan mu pulang terlalu malam" kata Jin Wook, melirik jam tangan.
Keduanya berjalan menyebrangi jalan dan berhenti tepat di depan gerbang depan rumah Ha Na.
Ha Na bisa menangkap sekelebat rasa cemas di mata pria itu.
"Gwaenchana, baru jam setengah sebelas malam. Aku dan Dae Hee pernah pulang lebih larut dari i.........".
Ucapan Ha Na terpotong kala terdengar bunyi benda berat berderit dari arah pintu gerbang di belakangnya. Baik Ha Na dan Jin Wook memutar badan bersamaan. Sesosok pria melangkah keluar dari dalam bayang-bayang cahaya kuning lampu taman. Bersamaan dengan itu terdengar sebuah suara maskulin memanggil Ha Na, intonasinya meninggi.
"Yoon Ha Na! Dari mana saja kamu?! Mengapa tidak bisa dihubungi dari tadi? Apa kamu tahu betapa cemasnya kami semua menunggumu!".
Pupil Ha Na melebar. Itu Lee Seung Heon.
"Op...pa....apa yang...".
Belum selesai Ha Na bicara, Seung Heon maju beberapa langkah lalu menarik begitu saja lengan kanan Ha Na. Membuat Ha Na sedikit meringis karena kesakitan.
"Masuk, kita bicara di dalam" kata Seung Heon dengan nada memerintah.
Wajah Seung Heon memerah. Dan Ha Na tahu bukan karena mabuk. Ada percikan api terpancar di kedua sorot netra pria itu.
"Ya Seung Heon geumanhae" Yoon Jae Wook muncul dari dalam halaman depan. Wajahnya terlihat lelah.
Tapi Seung Heon tidak mempedulikan ucapan Jae Wook barusan. Dia siap menyeret Ha Na masuk ke dalam rumah ketika.
Kim Jin Wook secara mengejutkan melemparkan diri di tengah-tengah mereka. Berada di antara Ha Na serta Seung Heon. Satu tangannya menekan cukup keras bahu kiri atasannya tersebut.
"Lee Gwajangnim, hentikan. Tindakanmu membuat Ha Na menjadi tidak nyaman".
Ha Na kaget. Dan Jae Wook cukup terkejut melihat ada orang yang akhirnya, cukup berani (atau gila) menghadang sahabatnya saat sedang dalam mode marah.
Atensi Seung Heon kini tertuju sepenuhnya pada Jin Wook. Semakin jelas kalau pria itu sama sekali tidak menyukai kehadiran Kim Jin Wook.
"Letnan Kim jangan ikut campur. Ini urusan keluarga!" Seung Heon semakin terlihat posesif.
Seumur hidup Ha Na mengenal Seung Heon, baru kali ini ia melihat pria itu tampak begitu tidak stabil. Padahal biasanya, dalam situasi paling sulit sekalipun, Seung Heon selalu berusaha terlihat dewasa. Namun sekarang? Membuat keributan di kompleks hanya karena dia terlambat pulang ke rumah?.
Bukankan ini semua tidak masuk akal?.
"Mohon maaf. Tapi saya berhak ikut campur. Pertama, karena saya adalah alasan Ha Na-ssi pulang terlambat. Dan kedua, mau dilihat dari sudut pandang apapun juga, anda tidak berhak bersikap kasar pada Ha Na. Karena saya tahu kalau anda tidak memiliki hubungan darah dengan Ha Na" kata Jin Wook tegas.
Dagu Ha Na pasti jatuh ke tanah sekarang. Dan Jae Wook semakin takjub melihat keberanian Jin Wook.
Seung Heon sendiri ekspresinya sudah seperti manusia yang habis ke setrum. Matanya mendelik. Dia tidak percaya kalau Jin Wook bakal berkata seberani itu padanya.
Seung Heon melepaskan pegangannya dari Ha Na. Dan Jae Wook segera membawa adiknya masuk ke dalam lebih dulu. Awalnya Ha Na menolak namun Jae Wook meminta berpikir jernih dan mempercayakan masalah ini padanya.
Ha Na dan Jin Wook berpandangan sesaat. Ha Na melemparkan tatapan meminta maaf, dan Jin Wook membalasnya dengan sorot lembut. Tanda kalau dia akan baik-baik saja. Seung Heon yang menangkap cara kedua orang ini saling pandang, jadi semakin kesal.
Hal terakhir yang Ha Na lihat sebelum ia berjalan masuk menyebrangi taman depan rumahnya adalah.
Kim Jin Wook yang menghadapi kemarahan Lee Seung Heon tanpa rasa takut sama sekali. Ia terlihat sangat tangguh juga percaya diri.
Ha Na mendesah berat. Sepertinya bakal terjadi perang malam ini. Dan entah kenapa, seperti yang sudah-sudah.
🌌🌌🌌🌌🌌🌌🌌🌌🌌🌌🌌🌌
Ikiiii opooo ...wae keju sekali waeeeee waeee 😂😂🤣🤣🤣. Saya sudah menyerah mencoba membuat cerita yang less keju. Jadi saya biarkan semua mengalir apa adanya sesuai dengan pikiran saya. Misal ntar saya tobat, akan saya edit supaya tidak se keju ini 😂😂🤣. Tapi untuk sekarang, biarkan menjadi kisah romansa klasik menstrim ya gaes. Karena yang dark-dark adalah menstrim gaya baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
[COMPLETED] The Voice of the Spring: #01. Dwilogy the Season of the Voice.
FanfictionYoon Hana (34) Wanita cantik berhati lembut yang selalu percaya pada cinta, serta dunia namun sayangnya tak memiliki banyak waktu. Kim Jin Wook (35) Detektif tampan dengan ekspresi datar, hanya ingin sukses dengan karirnya. Namun justru jatuh cinta...