Namanya Shim Hye Yoon. Usia, September nanti akan genap 27 menurut tahun bulan. Salah satu lulusan terbaik, jurusan seni liberal Seongsan, Daegu. Hye Yoon baru saja kembali lagi ke Seoul setelah sempat tinggal di sini hingga remaja kemudian tinggal di Daegu selama 12 tahun. Bekerja sebagai staff junior editor di sebuah perusahaan penerbitan dan platform membaca online di Seoul. Anak bungsu dari dua bersaudara.
Taecyeon mengetahui ini semua dari data pribadi gadis itu yang ia lihat melalui komputer milik kantor kepolisian subway. Ia bahkan tanpa sadar bisa mengingat nomor jaminan sosial Hye Yoon. Tapi Taecyeon sengaja tidak mau mencatatnya, kesannya justru jadi mengerikan.
Proses memberi pernyataan berjalan lancar, meski sempat terjadi adu mulut antara Hye Yoon dan si pelaku (Yang omong-omong membuat Taecyeon justru semakin terpukau melihat keberanian gadis itu dalam menghadapi penjahat. Mata Hye Yoon bersinar terang tanpa rasa takut ketika membalas ancaman si pencuri kereta api subway).
Setelah semua selesai, Hye Yoon berpamitan tapi Taecyeon tak akan menyia-nyiakan kesempatan begitu saja. Dia menemani Hye Yoon hingga keluar dari kantor polisi. Keduanya berjalan berpapasan, dan tepat saat Hye Yoon mengajak pemuda itu berpisah, Taecyeon berkata.
"Nona Shim, sungguh terima kasih banyak atas bantuan mu hari ini. Penjahat yang tadi sangat licin seperti belut. Video bukti darimu akan mampu membuatnya dikurung minimal 6 tahun penjara" tukas Taecyeon. Berdiri berhadapan dengan Hye Yoon.
Gadis itu tersenyum simpul. "Baguslah kalau begitu. Orang seperti itu tak akan jera sebelum mendapat pelajaran setimpal".
"Tapi omong-omong, sepertinya aku merasa tidak asing dengan anda? Apa mungkin anda pernah ke suatu tempat, bernama kafe Morning Glory?" tanya Taecyeon.
Oke, ini sebuah kebohongan. Dia jelas-jelas masih ingat dengan persis awal pertemuan pertama mereka. Terlalu melekat di hati juga kepalanya. Kemudian mereka berjumpa lagi sekarang dalam situasi tak terduga seperti ini. Taecyeon langsung tahu kalau ini adalah takdir.
Pupil Hye Yoon melebar, ekspresinya kaget. "Benar, sekarang saya salah satu pelanggan tetap di sana" jawabnya, sambil mendekap tas tangan di depan dada.
"Benarkan. Ingatanku tidak salah. Aku melihat anda hari itu. Ngomong-ngomong, saya Taecyeon" ia mengulurkan tangan lebih dulu.
Hye Yoon tanpa ragu menjabat tangan Taecyeon dibarengi senyum lebar. Yang jujur saja membuat jantung lelaki itu jadi semakin dag-dig-dug tidak terkendali. Dan kontak fisik singkat di antara mereka mampu membuat Taecyeon tersenyum bagai orang kehilangan akal.
Taecyeon lantas menawarkan diri untuk mengantarkan Hye Yoon sebagai tanda terima kasih, menunjuk ke arah halaman parkir di luar subway, tempat mobilnya berada. Awalnya Hye Yoon menolak karena merasa sungkan akan tetapi Taecyeon terlalu gigih sehingga diapun mengiyakan.
Sepanjang perjalanan mereka mengobrol ringan tentang kasus sosial umum, sampai Hye Yoon sendiri yang mengalihkan pembicaraan.
"Jadi, apa anda sering pergi ke kafe ini? Morning Glory? Entah kenapa aku tidak merasa heran kalau tempat ini selalu dipenuhi pelanggan. Selain tempatnya indah dan berbeda dari kebanyakan tempat makan di Seoul, makanannya juga sangat lezat, sajangnim orangnya begitu baik, plus super cantik. Aku belum pernah" Hye Yoon memuji dengan sungguh-sungguh sambil menatap ke arah jalanan di depan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
[COMPLETED] The Voice of the Spring: #01. Dwilogy the Season of the Voice.
FanfictionYoon Hana (34) Wanita cantik berhati lembut yang selalu percaya pada cinta, serta dunia namun sayangnya tak memiliki banyak waktu. Kim Jin Wook (35) Detektif tampan dengan ekspresi datar, hanya ingin sukses dengan karirnya. Namun justru jatuh cinta...