CHAPTER TWO.

150 21 3
                                    

Ruang interogasi semakin terasa sempit dan menyesakkan setelah Lee Seung Heon masuk ke dalamnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ruang interogasi semakin terasa sempit dan menyesakkan setelah Lee Seung Heon masuk ke dalamnya. Kehadirannya barang tentu membawa aura berbeda. Bahkan, penjahat tertuduh pelaku pembunuhan dan mutilasi terhadap 7 orang anak remaja itu pada akhirnya berhasil mengakui perbuatannya serta memberitahu lokasi tempat ia membuang korban terakhirnya.

Semua petugas Kepolisian yang berada di dalam ruang interogasi serta dibalik kaca sampai menggeleng-gelengkan kepala mereka. Semuanya kagum melihat cara kerja Seung Heon. Wakil Kepala Unit tersebut bahkan tak perlu melakukan kekerasan fisik terhadap pelaku demi mendapatkan keterangan darinya.

Lee Seung Heon segera disambut oleh sorakan setelah keluar dari ruang interogasi. Kepala Unit Song Da Il menepuk satu bahunya, kepuasan terukir di wajahnya.

"Yak, seharusnya sejak tadi saja Lee Gyejangnim melakukan interogasi. Apa anda tahu sudah berapa lama mereka berada di sana dan tak mendapatkan apapun. Tiga jam bayangkan. Tapi begitu kamu turun tangan, segalanya langsung beres" Da Il membuat gerakan memakai tangan kanannya.

"Anda terlalu memuji, Gwajangnim. Saya tidak sehebat itu" Seung Heon menggaruk bagian belakang kepalanya yang tak gatal. Sedikit merasa sungkan.

"Anda pantas dipuji, Lee Gyejangnim. Aigoo, coba lihat ini. Kalau begini terus karirmu bisa meningkat pesat Song Dae Il-ssi" celetuk pria dalam setelan formal hitam putih, dan terlihat lebih berumur dibandingkan Dae Il.

"Yak. Moo Geomsa, berhenti mengejekku. Memangnya hanya aku yang diuntungkan kalau kasus ini berjalan lancar. Anda juga menginginkan peningkatan karir bukan? Makanya bekerja ekstra keras dalam kasus ini" Dae Il membalas ucapan Jaksa Moo Hyeon Tak sambil setengah mencibir.

Hyeon Tak tergelak. "Anda benar, Lee Gyejang adalah tiket kita bersama. Oleh sebab itu terus pertahankan dia di sisimu. Jaga dia dengan baik serta beri dia banyak bonus juga tambahan hari libur".

"Arraseo...sudah sana lakukan saja tugasmu" tukas Dae Il.

Hyeon Tak lalu bergegas masuk lagi ke dalam ruang interogasi untuk mengurus sisanya. Sementara Dae Il menarik bahu Seung Heon memakai satu tangan. Keduanya berjalan perlahan melewati sepanjang lorong lantai bawah tanah. Tempat interogasi untuk para pelaku kejahatan ditempatkan.

"Sekarang hanya di antara kita saja, sebetulnya apa rahasia mu?" tanya Dae Il. Sambil berbisik-bisik.

"Maksud anda?" Seung Heon terlihat bingung mendengar pertanyaan atasannya.

"Aku tadi melihat mu sempat menuliskan sesuatu di atas secarik kertas dan memberikannya kepada bedebah itu, sebelum menginterogasinya. Beritahu aku, apa isinya?" Dae Il sedikit mendesak.

"Aah. Rupanya soal itu" Seung Heon mengangkat wajahnya. Satu alisnya tertarik naik ke atas.

"Iya. Katakan padaku. Aku berjanji ini hanya diantara kita saja" Dae Il lantas semakin mendekatkan wajahnya ke arah Seung Heon. Memasang telinganya lebar-lebar.

[COMPLETED] The Voice of the Spring: #01. Dwilogy the Season of the Voice. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang