(IUxJungkook) Confession

467 64 2
                                    

Special Edition of IU's 29th Birthday

Happy Our Lilac Day 💜🌸 wish you all the best 🥰

.
.
.

Ini sequel dari story sblmnya yg berjudul new chapter dengan pairing yang sama, Jungkook x IU. Btw ini ya requestan pairing yang kamu minta @churchyyxy

Maaf klo telat post, niat hati mau post tgl 16 tapi ternyata gak kesampean 😅 Kuharap kalian pada suka ya 🤗

.
.
.

Saat Jungkook masuk ke dalam rumahnya, semua lampu telah dipadamkan. Cahaya redup dari lampu taman yang ada di luar rumahnya menyelinap diantara celah terbuka dari gorden, menerangi sebagian ruangan. Ia mengambil langkah pelan, menuju lantai atas dan berbelok ke kanan dimana kamar tidur utama berada.

Perlahan, dia memutar knop pintu. Pemandangan akan punggung kecil yang bergetar itu langsung ditangkapnya. Isakan  lirih mengisi hening yang ada. Jungkook menghela napas pelan. Sepertinya dugaan atas kesalahanpahaman itu benar adanya.

Dia melangkah masuk, membiarkan suara dari pintu yang tertutup terdengar dan lantas menaruh bawaan yang sedari tadi di pegangnya pada buffet kayu yang ada di dekat pintu. Gerakan tangan yang terburu yang dilakukan itu dapat dilihatnya, usaha Jieun untuk menghapus bukti akan tangisannya.

Kemudian, Jungkook mulai berjalan ke arah Jieun yang masih tidak beranjak dari tepian ranjang. Sekalipun begitu, mata itu enggan menatapnya ketika dirinya mendudukan diri di sisi sampingnya, hanya membiarkan rambut panjangnya terurai menutup wajah basahnya.

Jungkook merubah arah duduknya menghadap Jieun. Tangannya menarik dagu Jieun, memaksa wajah itu menghadapnya. Lalu, ia menyelipkan rambut panjang itu pada sisi belakang telinga Jieun dan merunduk untuk melihat lebih jelas wajah itu. Tangannya bergerak naik, menghapus setiap buliran air mata yang masih menganak turun perlahan itu dengan punggung jarinya.

"Apa yang kamu tangisi?" tanyanya pelan. Tangannya tidak berhenti, menyeka setiap bulir air mata yang masih enggan berhenti.

"Apa kamu menangis perihal siang tadi?" tanyanya lagi dan respon yang didapat tetap sama, bisu tanpa sepatah katapun. Hanya air mata yang masih menganak turun, kendati mata itu tidak jua berpandang ke arahnya.

"Aku melihatmu pergi tergesa-gesa dengan keadaan menangis. Maaf aku tidak mengejarmu, aku ada meeting penting setelahnya maka aku meminta asisten Yeo untuk mengikutimu. Aku khawatir akan keadaanmu."

Sama. Tidak ada jawaban apapun. Mata itu masih enggan menatap sekalipun air mata itu mulai berhenti mengalir.

Jungkook menghela napas, ia lantas menarik tangan Jieun, menggenggamnya erat dan berkata dengan hati-hati, "Ji, bisa kamu katakan dengan jujur apa kamu cemburu pada Yerin?"

"Aku tidak keberatan jika kamu mengatakan tidak. Aku mengerti tentang perasaanmu padaku. Jadi aku harap kamu dapat jujur dan mengatakan kesalahanku. Aku tidak ingin hubungan kita seperti ini." Jungkook mengambil jeda dalam ceritanya. Mengamati raut tidak terbaca yang tergambar di wajah sang istri.

Ketika dia memastikan tidak ada penolakan apapun sejauh ini, dia melanjutkan, "Yerin adalah teman sekolahku. Musim semi nanti dia akan bertunangan dengan sahabatku yang juga adalah teman satu sekolah kami dulu. Sahabatku sibuk dan karena itu Yerin yang menemuiku. Aku dekat dengannya juga karena sahabatku sering membawanya saat kami kumpul dengan teman lain, mereka telah menjalin kasih sejak masa sekolah. Aku tidak ingin kamu salah paham akan kedekatan diantara kami."

IU's Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang