(IUxJongsuk) Circles

176 21 9
                                    

We’re lost in a circle
This sickening spinning troll
We’re moving back-to-back, there seems to be no end to this

Too easy and so simple
Take it easy without much thoughts

  - Troll by IU ft. DEAN

.
.
.

Jieun pulang jam satu pagi. Kesibukan syuting dramanya dan persiapan album barunya menuntutnya untuk bekerja lebih keras. Ia baru saja selesai mandi dan mengenakan piama tidurnya ketika ponselnya berdering. Hanya sedikit orang yang menelponnya pada pagi buta seperti ini yaitu manajernya, orang tuanya, Yoo Inna, dan satu orang lainnya...

Jongsuk Oppa. Nama itu memenuhi layar ponselnya. Jieun sudah mengingat kebiasaannya untuk dapat menebak kemungkinan terbesar orang yang menelponnya adalah Jongsuk.

Jieun mengangkat panggilan itu dan menempelkan ponselnya di telinga sembari ia naik ke atas ranjang. Hanya hening yang terdengar beberapa saat dan Jieun membiarkannya selama panggilan itu masih tersambung. Ia lelah setelah bekerja dari pagi hari dan orang yang sama selalu memiliki rencana merusak waktu istirahatnya.

"Kau sudah pulang?" suara itu akhirnya mengudara. Suara yang sedikit melantur. Jieun menduga-duga, apa pria itu mabuk?

"Hm. Belum lama." balas Jieun singkat.

"Kepalaku sakit tapi hatiku juga sakit jadi aku meneleponmu." keluh Jongsuk dari ujung sana. Jieun langsung dapat menggambarkan bagaimana wajah itu tengah mengerut dan bibir itu mengerucut saat ia mengeluhkan kondisinya padanya. Dia terlalu hapal pada segala hal tentang Jongsuk.

"Apa hubungannya rasa sakitmu dengan aku?" tanya Jieun bingung. Jongsuk berbicara hal yang tidak jelas padanya dan ini sudah terlalu malam untuknya memahami kalimat aneh yang diucapkan Jongsuk.

"Aku pusing tapi aku juga merindukanmu. Woobin memamerkan padaku liburannya dengan kekasihnya." balasan itu dan teriring dengan nada merajuk yang sama itu membuatnya memahami situasi Jongsuk saat ini.

"Kalian habis pergi minum?" tanyanya langsung.

"Eung. Aku minum sedikit, tapi kepalaku rasanya jadi berat."

Dugaannya benar. Jongsuk benar-benar mabuk.

"Oh! Aku sudah sampai. Buka pintunya." ucapan itu membuat Jieun langsung menoleh ke arah bel apartemennya yang berbunyi. Tidak lagi...

Jieun bangkit dan tanpa harus mengecek di layar intercom, ia membuka pintu apartemennya. Secara otomatis Jieun menutup hidungnya saat aroma alkohol menguar dari pakaian Jongsuk. Ia menatap lelah pada kondisi Jongsuk yang setengah teler tengah menyandarkan tubuhnya di sisi dinding samping pintu apartemennya.

"Masuklah. Aku akan mengambil pakaian ganti untukmu."

.

Dengan telaten Jieun membantu Jongsuk mengganti pakaiannya dan mencuci mukanya di kamar mandi. Jangan tanya bagaimana bisa ia mendapatkan pakaian untuk Jongsuk karena pria itu sengaja meninggalkan pakaiannya di sini untuknya berganti saat-saat seperti ini.

Jieun telah lelah bekerja seharian ini dan dia tidak dapat melakukan apapun saat ia menemukan Jongsuk mendatangi apartemennya kesekian kalinya dalam keadaan mabuk. Ini sudah seperti kebiasaan baginya, kebiasaan yang dilakukannya setelah beberapa minggu lalu hubungan mereka berakhir dimana Jongsuk akan mendatanginya tiba-tiba saat pria itu mabuk atau suasana hatinya buruk.

"Jieun-ah..." pria itu memanggilnya dari atas ranjang. Suara serak sarat akan kondisinya yang mabuk dan mengantuk. Jieun tahu jelas maksud dari panggilan itu ketika ia melihat bagaimana tangan itu terentang ke arahnya dan mata yang masih dipaksa terbuka setengah itu menantinya.

"Aku ingin tidur." ucapnya lagi.

Jieun tahu betul itu hanya alasan Jongsuk untuknya dapat memeluknya kembali dengan memanfaatkan kondisinya. Namun kendati demikian Jieun tetap bergerak menempati sisi lain ranjang dan bergelung masuk ke dalam pelukan itu.

Senyum itu terbit di bibir Jongsuk. Jelas pria itu senang saat Jieun tidak menolaknya. Pria itu dengan cepat merengkuh Jieun dan memperbaiki rambut yang menghalangi wajah Jieun. Jieun membiarkan Jongsuk melakukan hal itu, kendati dia tahu seharusnya dia memberi batasan jelas pada Jongsuk ketika hubungan mereka tidak lagi sama. Namun dia tidak membenci perlakuan Jongsuk, karena itu dia membiarkannya.

"Hentikan. Ingat kesepakatan kita." ucap Jieun menahan tubuh Jongsuk saat pria itu hendak mendorong wajahnya maju. Dia tahu apa yang akan dilakukan Jongsuk. Ketika mata itu telah menurun pada bibirnya dan ibu jari itu telah mengusap lembut pipinya. Meski dia tidak menolak banyak skinship dengan Jongsuk, tapi setidaknya dia harus membuat Jongsuk sadar akan status mereka.

"Aku merindukanmu." gumam Jongsuk seraya menatapnya kecewa.

"Kita sudah berakhir." balas Jieun mengingatkan.

"Tapi kau masih menyukaiku juga." ucap Jongsuk kemudian.

Jieun tidak membalasnya. Dia tidak mengelaknya juga. Karena itu Jongsuk kembali mencoba mendorong wajahnya sebelum kalimat Jieun berikutnya menahannya.

"Aku melihatnya, berita tentang kesuksesan dramamu dan pesta penutupannya."

Mata itu kembali bertemu. Menatap lurus ke dalam seolah berusaha membaca pikiran satu sama lain.

"Kau tampak begitu ceria dan akrab sekali dengan lawan mainmu. Aku melihat kau merangkulnya." lanjut Jieun kemudian.

"Aku mabuk. Aku tidak terlalu ingat saat aku merangkulnya." ucap Jongsuk.

"Kau juga mabuk sekarang." ucap Jieun seolah mengingatkannya jika ia akan melupakan segala hal tentang malam ini. Namun Jieun tahu baik jika Jongsuk tidak lagi mabuk dari bagaimana cara bicaranya yang berubah lebih stabil dan pandangannya yang menatap fokus padanya. Segala perlakuan yang dilakukan Jongsuk padanya, maupun kalimat yang diucapkannya adalah nyata.

"Kau tahu bagaimana perasaanku, Jieun-ah." gumam Jongsuk membenarkan hal yang telah diketahui Jieun.

Jieun tahu itu namun dia tidak menjawabnya. Dia enggan menjawab ketika ia tahu kelanjutan dari bahasan ini. Ia enggan untuk membahas kelanjutan hubungan mereka ketika ia merasa jika mereka belum benar-benar memperbaiki diri. Mereka hanya terbiasa oleh kehadiran satu sama lain dan mengobrol seperti biasanya. Masalah yang menjadi muasal atas berakhirnya hubungan mereka, tidak pernah dibahas dan mereka enggan menyinggungnya ketika mereka jelas mengetahui jika mereka masih belum dapat memperbaikinya hingga saat ini.

Karena itu Jieun tidak lagi menolak dan membiarkan pertahanannya runtuh untuk kesekian kalinya ketika bibir itu kembali meraihnya dalam ciuman yang lembut. Ciuman yang sarat akan perasaan mendalam terhadap satu sama lain.

Mereka hanya menginginkan kehadiran satu sama lain tanpa harus mengungkit hal yang menyakitkan yang membuat mereka terpisah. Tidak ada pengelakan ketika keduanya tahu jelas perasaan mereka. Mereka hanya menjalaninya tanpa memikirkan apapun, selain daripada perasaan mereka yang masih membutuhkan satu sama lain. Kebiasaan itu seperti siklus yang akan berputar tanpa henti. Kebiasaan yang tidak akan berubah selama perasaan keduanya masih sama.

.
.
.

A/N : cerita yang baru bgt kutulis kemarin. Aku lg mau upload cerita baru (tanpa harus nunggu besok untuk up book sebelah) jadi pas bgt ideku lancar selama menulis cerita ini dan bisa langsung post ini. Semoga kalian suka ya^^

IU's Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang