Pada kenyataannya, Jieun tidak dapat begitu mudah memaafkan segalanya. Ia telah banyak berpikir tentang rencana kedepannya sesaat ia berhasil keluar dari sini. Ia tidak pernah mengindahkan usaha Soohyun terhadapnya. Seluruh kasih sayangnya dilimpahkan secara penuh pada putra satu-satunya. Ia tidak pernah berpikir untuk tinggal lama di sini, namun satu alasan menahan rencananya.
Bagaimana Jieun bisa membuang nuraninya ketika mata bulat yang selalu berhasil membawa ketenangan bagi jiwanya itu menatapnya penuh permohonan saat ujaran kalimat yang begitu ditakutinya itu terucapkan oleh putranya.
"Eomma, kita akan terus tinggal bersama Appa kan?"
Terutama pada pekikan senang yang tertahan saat anggukan itu diberikannya. Jieun tidak tahu sampai kapan ia berpura-pura harmonis dengan Soohyun di depan putranya ketika kenyataan bahwa ia bahkan tidak lagi merasakan apapun pada Soohyun. Ingatan lampau yang telah dialaminya mematikan hatinya. Saat ini ia hanya bertahan karena putranya. Rasa cinta dan kasih sayangnya terlimpah pada anak satu-satunya itu dan ia tidak tahu lagi apa ia masih memiliki rasa cinta terhadap pria yang menjadi bagian masa lalunya tersebut. Terlalu banyak hal pahit yang diterimanya di masa lalu dan terus membayanginya bersama sosok Soohyun.
.
"Kau akan pergi kemana?" tanya Soohyun pagi hari itu saat melihat Jieun yang telah berpakaian rapi tengah memakan sarapannya bersama Seungchan.
Soohyun mengambil tempat di kepala meja makan dan menatap Jieun menanti.
"Eomma akan menonton Seungchan tampil hari ini. Appa juga ikut kan?" Seungchan yang membalasnya dengan antusias yang tidak diduga Soohyun. Pria itu tersenyum dan mengelus puncak kepala Seungchan.
"Aku sudah menyampaikannya dari jauh hari, kuharap kau tidak melupakannya." ucap Jieun seraya melirik pada tas kerja Soohyun yang ada di bufet yang ada di sisi pintu masuk ruang makan. Wanita itu dapat menebak Soohyun memiliki urusan penting hari ini dan dia tidak terkejut jika pria itu tidak bisa menonton penampilan Seungchan.
Soohyun mengikuti arah mata Jieun dan berujar, "Aku tidak mungkin melupakannya. Aku akan menemui klien penting pagi ini, setelah urusanku selesai aku akan menyusul kalian untuk menonton Seungchan."
"Appa akan datang terlambat?" tanya Seungchan seraya menatap kecewa Soohyun.
Pria itu menggeleng dan mengelus puncak kepala Seungchan seraya menjawab, "Bukankah penampilanmu dimulai jam 11? Appa akan datang sebelum jam 10 dan menonton Seungchan tampil."
"Janji?"
"Janji."
.
Jieun telah menduga ini. Soohyun belum juga datang hingga penampilan Seungchan selesai. Soohyun dan janji yang sering tidak ditepatinya. Jieun mengenal Soohyun untuk mengetahui seberapa gila kerjanya pria itu dan dia tidak terkejut jika Soohyun masih mementingkan pekerjaannya ketimbang Seungchan.
Sekiranya Jieun telah mempersiapkan diri lebih dulu jikalau Seungchan bertanya mengenai Ayahnya. Jieun telah memikirkan beberapa ide untuk mengalihkan kekecewaan Seungchan sembari dirinya pergi menuju belakang panggung tempat anak-anak berkumpul. Dia berusaha memasang senyum terbaiknya saat wali kelas Seungchan memberitahu kedatangannya pada Seungchan.
"Samchon!" namun seruan itu tidak diduganya. Putranya berlari melintasinya, menuju sosok pria tinggi yang kini sudah berjongkok merentangkan tangannya di belakang Jieun.
Seungchan masuk ke dalam pelukan pria itu dan tubuh kecil itu digendong oleh sosok pria yang kini dengan senyum lebarnya, berujar, "Aigoo kau semakin berat saja, apa kau makan banyak akhir-akhir ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
IU's Short Story
De Todo-Title say it all- Kumpulan short story bercast IU dengan cast cowok yang beragam *Note : sebagian cerita re-post dari wp pribadi*