(IUxSeokjin) Mommy's Baby

270 41 5
                                    

Wajah itu begitu suntuk. Raut lelah yang mungkin sudah biasa dilihat banyak orang yang bekerja dengannya tidak lagi terlihat. Hanya wajah datar dengan bibir yang menjawab singkat pada setiap pertanyaan yang dilontarkan. Mereka menebak ada masalah yang terjadi dan masalah dengan sang suami menjadi dugaan atas suasana hati buruk yang kini dirasakan Jieun.

Mata itu sedikit bengkak, entah kurang tidur atau menangis. Mereka tidak ingin bertanya lebih jauh dan hanya akan menegur ketika pikiran sang atasan mulai berkelana jauh. Rapat pagi hari itu terpaksa harus dilanjutkan dilain hari ketika jalan tengah atas kendala di dalam rencana terjadi dan sang ketua yang biasanya berperan besar dalam menanganinya, tidak dapat membantu banyak.

"Sajangnim, suamimu datang." suara itu menarik Jieun dari lamunannya. Ia melirik cepat pada Kang Jihwan, sekretarisnya yang tengah berdiri di pintu ruang kerjanya.

Jieun menarik napas dan menghelanya lambat-lambat. Tangannya menaik untuk memijit keningnya ketika tiba-tiba saja pening dirasakannya.

"Kau tidak mengetuk dulu?" tanya Jieun.

"Ye? Aku sudah mengetuk lima kali tapi tidak ada jawaban apapun."

Jieun terdiam mendengarnya. Ternyata dia terlalu tenggelam dalam lamunannya.

"Dimana dia?" tanyanya kemudian.

Belum sempat Jihwan menjawab, suara lain menginterupsi, "Kau bisa pergi sekretaris Kang."

Jihwan berjengkit kecil dan refleks berbalik untuk melihat sosok suami sang atasan kini berdiri tepat di hadapannya. Ia lantas membungkuk, menyapa Seokjin dan beranjak pergi dari sana setelah mengucap pamit.

Sedang Jieun yang masih duduk di singgasananya hanya melirik sekilas sang suami, sebelum beralih pandang pada tumpukan kertas yang ada di mejanya. Berupaya untuk terlihat sibuk ketika nyatanya pikirannya tidak bisa diajak bekerja sama.

"Bersiaplah. Kita makan siang bersama." suara itu mengudara. Jieun tidak membalas, kendati dia dapat melihat melalui ekor matanya jika suaminya itu telah duduk di sofa yang ada di ruangannya.

"Ji..."

Lagi, panggilan itu diabaikannya.

"Jieun."

Jieun menahan napas terkejut ketika ia dapat melihat siluet besar dari sosok suaminya yang telah berdiri di depan meja kerjanya. Dia belum sempat bereaksi ketika tiba-tiba saja tangan itu telah menutup dokumen yang dibacanya dan serta merta membuat Jieun refleks mendongak melihatnya.

"Jangan mengabaikanku Jieun. Aku tahu kamu mendengarku." suara itu tidak meninggi, namun suara rendah sarat akan peringatan itu membuatnya enggan untuk menatap pada sang suami. Ada amarah yang masih tersisa akibat pertengkaran mereka hari lalu dan ada secuil rasa takut yang membuatnya enggan membalas.

"Kita perlu berbicara, tapi sebelum itu aku ingin kamu makan." ujaran itu terdengar saat Jieun kembali menyibukkan dirinya dengan laporan yang sebelumnya dibacanya.

"Aku tidak lapar." sahut Jieun singkat.

"Tapi kamu tidak makan apapun sejak malam kemarin." balas Seokjin cepat. Pria itu mendecak dan memutuskan untuk mengeluarkan sedikit paksaan terhadap istrinya yang masih marah padanya.

"Kemarilah."

Jieun tidak siap ketika tiba-tiba saja Seokjin mendorong mundur kursinya, tubuhnya digiring paksa untuk mengikuti sang suami yang membawanya duduk di sofa yang ada di ruang kerjanya. Pria itu lantas duduk di sebelahnya dan mengeluarkan ponselnya.

"Aku akan memesan makanan. Apa yang kamu mau?" tanya Seokjin tanpa mengangkat pandangannya dari layar ponselnya yang menampakkan aplikasi pemesanan makanan secara online.

IU's Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang