Realised

623 58 2
                                    

I've realized if our relationship is almost over. I have tried to ignore it but the more I ignore it, the more I hurt so. -Lee Jieun

.

Hari semakin larut sejak aku duduk di balkon 1 jam lalu. Angin malam dingin yang berhembus, membuatku semakin mengeratkan sweaterku.

Hanya menatap langit, dengan setiap 10 menit mataku melirik kearah layar ponsel yang masih menampangkan warna hitam.

Masih sama.

Tidak ada sapaan, ataupun ucapan selamat. Sekalipun sekarang adalah perayaan hari jadi kami untuk 3 tahun.

Apakah ia lupa? Ia sibuk? Ia baik-baik saja bukan?

Mengigil, aku semakin mengeratkan pelukanku pada kedua kakiku. Menunduk, tanpa mengetahui jika sakit yang kurasakan telah membuat air mataku merebak keluar, jatuh hingga membasahi lututku.

Ini sudah 2 bulan sejak kami berjumpa terakhir kali. Entah benar atau tidak, aku merasakan ada yang berubah. Aku maupun dia. Tidak ada lagi senyum yang selalu kulihat setiap minggunya, tidak ada lagi suara lembutnya yang berucap padaku, tidak ada lagi pesan maupun telepon masuk setiap malamnya.

Apa aku yang berlebihan? Atau inilah kenyataannya?

"Oppa, apa kau tahu? Aku sekarang sedang sakit." Bergumam pelan, isakanku melirih.

"Jinja appeuda..." Rasa sesak itu tidak berkurang sedikitpun, sekalipun sudah beberapa menit aku menangis. Jadi, inikah rasanya sakit hati? Ini bahkan lebih menyakitkan ketimbang kau dihina oleh orang lain. Sangat memerihkan, membuat rasa sesak yang amat tidak nyaman, membuat air mata ini tidak pernah berhenti keluar.

Sejujurnya, sejak 1 bulan yang lalu, aku sudah menyadari hal ini. Menyadari suatu perubahan yang ada. Mencoba menepis, aku terus berusaha bersikap selayaknya. Namun nyatanya aku kalah, menyerah untuk bertahan. Aku menangis ketika kau mengabaikanku, hanya diam dan tersenyum ketika kau ada di depanku. Aku tidak bisa mengatakannya.

Aku tidak ingin mengakhirinya. Sekalipun aku mengetahui dengan jelas jika hubungan kita sudah diambang batas. Hanya tinggal menunggu, salah satu dari kita menyerah dan mengakhiri semua ini.

Rasa kantuk menyergapku, memaksaku untuk bangkit dan masuk kedalam kamar setelah menutup pintu kaca balkon kamarku.

Merebahkan diri di atas ranjang dengan selimut yang telah membungkus tubuh hingga sebatas leher. Mataku mulai terasa berat ketika sayup-sayup kudengar getaran yang mungkin berasal dari handphone ku.

Pesan masuk :

Maaf, tadi aku sibuk sekali. Ada suatu masalah yang harus kuselesaikan. Kau menelpon sampai 12 kali. Apa ada sesuatu yang terjadi?


-Fin.-

IU's Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang