(IUxSuga) Stay

920 88 10
                                    

 A/N : Warning!! cliffhanger! Bagi yg gk suka digantung (lol) jgn baca ff ini soalnya ini bagian prolog dari ff chapter baru yang blm dipublish. Gw udah lama gk ngepost ff makanya gw post ini. Sorry klo gw kesannya berasa gantungin kalian dgn ngepost prolog doang :D Bagi yg berteman ama gw di fb pasti udah pernah baca ini. Enjoy~ 


.


 

"Ok. Selesai." Teriakan photographer mengakhiri pekerjaan hari itu.

Jieun segera bergegas mengganti bajunya untuk pulang lebih awal. Ajakan makan malam bersama yang disampaikan suaminya di meja makan pagi tadi mengharuskannya mengosongkan jadwalnya malam ini.

Berdalih dengan alasan ia yang memiliki acara keluarga yang harus dihadiri, ia menolak halus setiap ajakan teman kerjanya.

Hari itu adalah perayaan pernikahannya yang ke-5 dan sudah menjadi kebiasaan bagi keduanya untuk merayakannya dengan makan malam bersama.

Jieun tahu jelas bagaimana hubungan canggung yang terjadi diantara mereka namun ia menghargai bagaimana cara Yoongi untuk membangun hubungan baik dengan melakukan suatu hal dihari perayaan pernikahan mereka.

Tepatnya pukul 8 ketika Jieun tiba di rumahnya bersama Yoongi. Ruangan itu gelap selayak tidak berpenghuni. Seusai melepas sepatunya, Jieun berjalan naik kelantai atas menuju kamarnya. Ia berencana untuk membersihkan diri dan mengganti baju demi menunggu Yoongi yang kemungkinan masih dalam perjalanan pulang dari kantor.

Namun ketimbang melihat kamarnya yang kosong, ia menemukan Yoongi telah berada di kamar mereka. Duduk di tepi ranjang dengan mata yang menatap nyalang kearahnya. Wajahnya keras dengan otot rahang yang tampak menegang, seolah menunjukkan emosinya.

"Kau memiliki kekasih?" Tanya Yoongi tanpa basa-basi. Beberapa buah foto yang berceceran tepat di sebelah Yoongi cukup menjelaskan tentang pertanyaan Yoongi.

"Dia bukan kekasihku. Kami hanya teman."

"Teman? Aku baru tahu jika seorang teman bisa berpelukan dan berciuman." Ada tawa kecil yang dikeluarkannya. Tawa penuh ejekan dalam kalimat sindirannya. Sesaat tawa itu menghilang dan tergantikan oleh ekspresi dingin yang ada di wajah itu. Matanya menatap lurus Jieun.

"Kau bercanda? Kau berusaha membohongiku huh?"

Detik berikutnya sesuatu hal yang tidak diharapkannya untuk muncul ataupun dilihat oleh Yoongi, kini tersodor padanya. Sebuah foto ciumannya bersama pria yang menjadi rekan kerjanya.

Jieun membeku melihat foto yang dibuang di lantai oleh Yoongi. Jantungnya terasa kebas mengetahui Yoongi telah menemukan hal tersebut.

"Yoon-" Jieun hendak membuka suara namun kalimat yang dilontarkan Yoongi berikutnya membuat kalimatnya tertahan di tenggorokannya.

"Jika kau tidak tahan bersamaku, katakan saja padaku jangan bersikap seperti jalang Jieun. Kau tahu aku benci pengkhianat." Seru Yoongi sedikit menaikkan suaranya. Nafasnya sedikit memburu, ia telah berusaha menekan emosinya yang hampir meluap pada Jieun.

Jieun benci situasi saat ini. Dimana ia bungkam dalam kesakitan hatinya dan hanya membuang mukanya demi menutup air mata yang telah keluar membasahi wajahnya. Kalimat Yoongi menyakiti hatinya.

"Aku tidak pernah menuntutmu untuk mencintaiku tapi setidaknya jaga kehormatanmu sebagai istriku." Ucap Yoongi, kali ini suaranya merendah namun ketajaman itu masih tertangkap dalam suaranya.

"Jalang?" Gumam Jieun sedikit menertawakan dirinya sendiri. Ia berdalih melihat Yoongi kembali. Membalas tatapan Yoongi dengan dingin yang serupa, ia mengacuhkan tentang air matanya yang mungkin masih tersisa jejaknya di wajahnya.

"Geurae, kau benar Yoongi. Aku melakukannya karena aku tidak tahan denganmu."

Sebanyak perasaan mengganjal yang menentang di hatinya, rasa marah dan benci itu memenangkan egonya dan membuatnya melanjutkan kembali perkataannya.

"Aku benci dan lelah melakukan pernikahan tanpa cinta ini. Aku butuh kebebasan dimana aku bisa berkencan dan menghabiskan waktuku bersama orang yang kucintai." Seru Jieun dengan penuh penekanan dalam setiap kalimatnya. Suaranya sedikit pecah seiring akan air mata yang telah menggepung di kantung matanya.

"Mari kita bercerai, Yoongi." Jieun berucap seiring ia memejamkan matanya guna menahan kesakitannya yang pada akhirnya ditunjukkan dengan sebuah lelehan hangat yang mengalir bebas melewati pipinya.

"Baik, jika itu yang kau mau. Jangan pernah menyesalinya Jieun." Balas Yoongi sedikit memberi penekanan saat ia menyerukan nama Jieun, seolah menunjukkan emosi yang ditahannya.

"Tidak akan dan aku bersumpah atas itu. Jika aku menyesalinya sedikit saja, aku ingin tuhan membentur kepalaku untuk menyadarkanku." Ucap Jieun seraya tersenyum sinis.

Ia berbalik dan melangkah pergi dari tempat itu atau lebih tepatnya keluar dari rumah itu. Ia harus pergi sekarang juga, setelah kalimat tajam yang diucapkan Yoongi padanya, Jieun tidak tahan untuk bersama dengan pria itu.

Wajahnya telah kacau akibat air mata yang tidak pernah berhenti. Isakan yang terus keluar membuat dadanya semakin sesak. Jieun tidak memperdulikannya. Ia tidak perduli bagaimana wajahnya terlihat menyedihkan. Hatinya sakit dan ia butuh pelampiasan untuk mengeluarkan emosinya dan tangisan adalah satu-satunya cara.

Jalanan telah melenggang kala ia mengendarai mobilnya di bagan jalan. Ia tidak tahu kemana tujuannya. Ia hanya tahu ia pergi untuk menjauh dari Yoongi. Pikirannya telah kacau dan ia tidak lagi dalam keadaan sadarnya ketika sebuah mobil dari arah samping mengklaksonnya.

Pada detik ke 5 seusai klakson ketiga berbunyi, Jieun menoleh dan terbelalak menemukan mobil yang tengah melaju cepat kearahnya. Ia tidak sempat memperhitungkan seberapa cepat kejadian yang terjadi, karena detik berikutnya ia merasakan mobilnya telah terpental akibat tabrakan dari arah kiri mobilnya. Kepalanya terantuk pada stir mobil dan suara bunyi bedebum yang keras terdengar kala mobilnya telah berbalik hingga 90 derajat.

Dalam setengah kesadarannya, Jieun melihat bagaimana mobilnya telah berbalik dengan kaca mobil depannya yang telah retak. Sakit menjalar di kepala juga tangannya yang terkena serpihan pecahan kaca jendela sampingnya. Jieun meringis kesakitan.

Dalam keadaan seperti ini, ada satu orang yang diingatnya, Min Yoongi. Ia membutuhkan pria itu sekarang, untuk menolongnya untuk kedua kalinya.

Sekelebat ingatan pertengkaran yang dilakukannya dengan Yoongi terlintas di kepalanya. Ia menertawakan dirinya sendiri dalam pikirannya kala menyadari jika tuhan tampaknya mengabulkan doanya untuk menyadarkan dirinya sendiri atas keputusan gegabah yang diambilnya, untuk berpisah dengan Yoongi.

Tuhan tahu bagaimana keinginan hati terdalamnya. Tanpa keegoisan yang menahan kejujuran. Tuhan membantunya, memilih keputusan terbaik untuknya. Yaitu tetap berada di sisi Yoongi.


Fin.

IU's Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang