(IUxMark) Paint

388 55 8
                                    

A/N : Gk tau kalian bakal suka/gk, yg pasti di sini genrenya lbh ke family dan romancenya gk banyak. Story ini dibuat jg hny untuk tugas sekolah dan di sini IU make nama Cindy.

.

Mark Tuan. Pria berdarah Amerika-Taiwan, seorang pelukis handal yang namanya telah dikenal hampir seluruh wilayah Asia. Tubuh tinggi tegap, kulit putih, wajah rupawan yang dapat menarik banyak perhatian wanita padanya. Umurnya baru saja beranjak 23 tahun sebulan lalu namun kesuksesannya telah didapatnya dari umur 17 tahun.

Berterima kasihlah pada wali kelas yang sempat tidak disukainya karena sifat kerasnya, yang mengirimkan hasil lukisannya secara diam-diam pada sebuah lomba lukis untuk tiap provinsi. Ialah lukisan taman bunga dengan objek seorang wanita cantik yang duduk di salah satu bangku panjang di depan pohon. Lukisan pertama yang mengawali kesuksesannya hingga kini.

Dari sekian banyak penggemarnya, tidak banyak yang mengetahui identitas dari wanita yang ada dalam lukisan pertamanya. Ialah seorang wanita yang amat dicintainya, wanita yang telah melahirkan dan merawatnya sejak kecil, Dorine Tuan.

"Huh..." Ia berharap jika beban berat di kepalanya dapat keluar bersamaan helaan nafasnya. Matanya menutup, merasakan angin sejuk yang menyentuh pipinya. Pemandangan sunset indah di ujung pantai seolah tidak dihiraukannya, pikirannya tenggelam dalam ingatan 1 tahun lalu saat upacara pemakaman sang ibu.

Samar, rasa sesak itu kembali lagi dan memancing luapan air mata itu jatuh dari pelupuk matanya. Ingatan itu begitu menyakitkan dan membuat harinya menjadi buruk.

Tangan yang semula menjadi kebanggaannya saat melukis tiada berguna lagi. Apalah arti puluhan pemandangan yang memenuhi potret di dinding ruang kerjanya jika tangannya enggan bekerja menorehkan warna di kanvas putihnya.

Bayang-bayang sang ibu selalu hadir dalam benaknya ketika kuas ada dalam genggamannya. Kuas itu adalah kuas yang dihadiahkan ibunya diulang tahunya yang ke-20.

Di 4 bulan pertama ibunya meninggal dunia, banyak usaha yang dilakukannya untuk mengembalikan segala inspirasi melukisnya. Dan ini terhitung sudah 8 bulan terlewat sejak ia tidak lagi memegang kuas miliknya. Ayahnya, Raymond tuan, menyarankan padanya untuk berlibur di suatu tempat. Dan di sinilah ia, berpijak di pantai Kuta, Bali, menikmati keindahan alam ciptaan sang maha kuasa.

Indera penglihatannya mulai berpaling, melihat pada samping kanannya dimana sosok wanita berambut hitam panjang dalam balutan dress putih pendek tanpa lengan sedang berdiri diam di bibir pantai. Senyum tipis tersungging di bibir wanita itu, berlainan akan rasa sedih yang tersorot dalam matanya.

Termangu, untuk beberapa saat Mark tidak beranjak melihat dari sosok yang kini menarik segala perhatiannya. Sesuatu pada wanita itu mengingatkannya tentang ibunya. Mungkinkah ia berhasil mendapat objek baru?

.

Tangannya bergerak pelan, menggoreskan pensil miliknya pada kanvas putih di depannya. Sesekali, ia berhenti sejenak demi melihat pada goresan yang dibuatnya, mengecek apakah garis wajah yang dibuatnya tepat atau tidak.

Ia tersenyum tipis saat goresan pensil itu telah selesai. Wajah wanita cantik dengan hidung kecil, bibir tipis, dan rambut hitam lurus panjang memenuhi kanvasnya.

Masih tersenyum, matanya berdalih melihat foto berukuran 4R yang terbingkai di atas meja kecil. Foto berlatar belakang pantai dengan wanita yang berada diakhir 40 tahunnya. Wajah itu begitu lembut dengan senyum tipis yang tersungging di bibirnya namun mata itu tidak memancarkan kebahagiaan, kesedihan tersorot di dalamnya.

Kala itu adalah 2 minggu awal ketika dokter mendiagonis ibunya memiliki kanker paru-paru stadium akhir. Permintaan terakhirnya ialah menghabiskan waktu bersama keluarga.

IU's Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang