"Jieun-ah." panggilan itu menyela perbincangan yang seru antara Jieun dengan rekan aktor juga staf lokasi syuting. Kelima orang yang tengah berbincang itu menoleh dan menemukan Jongsuk yang telah berdiri di sisi Jieun.
"Oppa sudah selesai?" tanya Jieun seraya memutar tubuh menghadap Jongsuk dan menatapnya yang tengah berdiri menjulang di sampingnya.
Jongsuk mengangguk dan menjawab, "Hm. Ayo kita kembali. Manajermu sudah mengurus segalanya."
"Baiklah." jawab Jieun mengangguk. Ia berpaling kembali pada keempat orang yang sedari tadi hanya diam memperhatikan interaksinya bersama Jongsuk dan tersenyum tipis seraya berpamitan, "Kurasa aku harus berpamitan lebih dulu. Terima kasih atas kerja keras kalian."
Bungkukan sopan berikut ujaran pamit yang disampaikan oleh Jieun juga Jongsuk dilakukan keduanya sebelum mereka benar-benar beranjak pergi dari lokasi syuting tersebut. Jarak penginapan dengan lokasi syuting tidaklah jauh mengingat hotel yang disewakan masih satu kawasan dengan lokasi syuting dan hanya berjalan kaki selama beberapa menit hingga mereka tiba di lobi hotel. Tidak ada percakapan yang dibagi sepanjang perjalanan menuju kamar hotel dan genggaman tangan yang terpaut sejak keduanya mulai berpamitan di lokasi syuting itu tidak pernah terlepas.
"Kartumu." ucap Jongsuk sesaat mereka telah sampai di depan kamar inap milik Jieun. Wanita itu tidak bertanya apapun dan hanya memberikannya pada kekasihnya.
Secepat pria itu membuka akses kamar hotel Jieun dengan kartu yang diberikan, secepat itu pula dirinya memasuki kamar seraya menarik Jieun masuk bersamanya.
Jieun baru saja menutup pintu kamar dan melepas sepatunya ketika tiba-tiba saja tubuhnya terdorong pada dinding yang ada di sisi pintu. Bahunya didorong ke dinding sedang mata yang menatap turun padanya tampak menggelap oleh emosi yang telah disadari Jieun sejak awal pria itu menghampirinya di tenda istirahat tadi. Orang-orang mungkin akan tertipu pada wajah yang selalu tampak tenang dan serius itu, namun Jieun dapat menyadari dengan cepat perubahan suasana hati pria tersebut hanya melalui bahasa tubuhnya. Dia menyadari jika ada sesuatu yang mengganggu kekasihnya dan mereka membutuhkan ruang bagi keduanya untuk berbicara, karena itu dia tidak menolak ajakan Jongsuk untuk pamit lebih awal.
"Katakan." ucap Jieun langsung seraya menatap lurus pada mata Jongsuk.
"Dia menatapmu berbeda."
Jieun telah menebak hal ini sebelumnya dan dugaannya ternyata benar. Ini bukan hal baru bagi mereka. Kebersamaan mereka yang terkikis oleh kesibukan jadwal satu sama lain membuat segalanya terasa baru dan perasaan cemas yang berlebih itu tidak dapat dicegah saat pikiran berlarut terhadap hal negatif.
"Aku sudah menolaknya sejak lama dan dia tahu statusku saat ini." jelas Jieun untuk kesekian kalinya.
"Aku tetap terganggu olehnya."
"Aku sudah berusaha menjaga batasan dengannya. Aku hanya berbincang banyak dengannya ketika ada orang lainnya di sekitar kami. Oppa tahu itu."
Tangan Jongsuk melepas eratan di pundak Jieun, kakinya melangkah mundur memberi sedikit jarak, sedang tangannya menaik mengacak rambutnya sendiri dengan emosi yang mengaduk di dalam diri.
"Oppa terlalu memikirkannya lagi."
Jongsuk menghela napas dan menunduk dengan mata yang terpejam singkat. Ia memegang kedua pundak Jieun lagi dan berujar, "Dia jelas masih menyimpan rasa padamu. Karena itu aku sangat terganggu melihatnya di sekitarmu."
"Dan aku kekasihmu. Aku telah memilihmu untuk bersamaku." balas Jieun.
Tangannya menaik menangkup pipi yang mulai menirus itu dalam tangkupan tangannya dan membelai halus pipi itu saat kepala itu turut menyamankan diri dalam sentuhannya. Jieun tersenyum tipis melihatnya dan membubuhkan kecupan ringan pada bibir yang mengerucut itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
IU's Short Story
Rastgele-Title say it all- Kumpulan short story bercast IU dengan cast cowok yang beragam *Note : sebagian cerita re-post dari wp pribadi*